11/29/12

Desember : Lebih Cepat

Kalau November lebih pagi, maka Desember nambah : lebih cepat.

November ndilalahnya didukung oleh alam, dimana matahari memang bangun lebih pagi dari biasanya, makanya jam 05.00 saja sudah padang njingglang.

Desember ini kudu tekan gas lebih keras, jarang2 injak rem, jangan keseringan liat spion, ya senggal senggol marka sesekali nggak apalah, karena memang hanya dengan 'lebih cepat' lah revenue kita tidak akan terlalu banyak dimakan cost.

waktu adalah berharga. karena itu, "Lebih baik lebih cepat!"

11/28/12

Pasangan Dunia Akhirat

Di dunia kamu bareng dia, di akherat kamu bareng dia.

11/20/12

SME Packaging Center Plan

Fakta bahwa, produk usaha kecil menengah atau UKM, sering disebut pula dengan SME atau Small and Medium Entreprize kalah bersaing dengan produk-produk komersial milik korporasi nasional dan korporasi global.

Sebut saja kripik singkong, dengan citarasa yang tidak kalah enak, produk Small and Medium Entreprize kalah oplah penjualannya dengan produk kripik singkong komersial yang harganya berkali lipat lebih mahal.

Hal ini terjadi karena kemasan. Masyarakat bukan hanya membeli isi, tetapi membeli kemasan. Sedangkan Small and Medium Entreprize kurang memiliki sumber daya untuk membangun kemasannya.

Sebetulnya perhatian pemerintah terhadap Small and Medium Entreprize cukup besar. Namun, sayangnya masih terlalu berorientasi pada permodalan dan alat produksi. Padahal, mana ada Small and Medium Entreprize yang memiliki alokasi budget pemasaran yang cukup untuk memasang Billboard besar di pusat kota, misalnya.

Dan saya tidak bisa membayangkan, misalnya ada billboard 10 x 15 meter di pusat kota berisi gambar iklan kripik singkong dengan bungkus kemasan plasti disablon saja. Haha..

Saya menggagas SME Packaging Center bertujuan untuk masuk dalam fenomena ini. Agar bagaimana Small and Medium Entreprize bisa memiliki desain kemasan dan grafisnya yang mampu berdaya saing dengan produk-produk komersial di pasaran.

Produk mereka tidak lagi terkesan murahan, tetapi juga yang harus saya perhatikan adalah daya beli Small and Medium Entreprize terhadap jenis kemasan yang saya tawarkan. Kalau terlalu mewah dan mahal, mereka tidak mampu donk mengalokasikan budget untuk membuat kemasan tersebut. Terlebih, harga penjualan akan menjadi tinggi dan segmen konsumen akan menyempit.

Oleh karena itu banyak strategi yang saya rencanakan dalam SME Packaging Center ini, diantaranya pertama : merger produksi, dimana saya menghimpun sekian banyak Small and Medium Entreprize terlebih dahulu untuk mencetak kemasan bersama-sama.

Misalnya untuk cetak dengan mesin Rotto ada limit minimal 30 juta sekali cetak. Tapi di plat silinder cetaknya bisa muat enam desain kemasan yang berbeda. Nah, maka biaya bisa dibagi enam, masing-masing Small and Medium Entreprize cukup keluar uang lima juta rupiah.

Kedua : Berafiliasi dengan pemerintah, dan Business Development Services yang ada agar dana bantuan untuk Small and Medium Entreprize lebih besar dialokasikan untuk pemasaran, salah satunya untuk kemasan. Maka, Small and Medium Entreprize yang terpilih bisa mendapatkan bantuan kemasan gratis dari pemerintah.

Dan banyak lagi strategi-strategi lainnya yang akan ditempuh. Intinya competitive advantages bisnis ini nantinya akan ditumpukan pada dua hal : pertama, kekuatan desain. kedua, jejaring perusahaan distribusi yang akan kita tawarkan kepada klien-klien kita.

Sehingga klien-klien Small and Medium Entreprize akan mendapatkan kemasan yang mampu bersaing dipasaran dengan biaya produksi yang rendah, serta didukung sosialisasinya dengan murah pula melalui perusahaan distribusi-perusahaan distribusi yang menjadi mitra kita.

Memasuki tahun dua ribu belasan ini, saatnya Small and Medium Entreprize berjaya. Saat ini ada slogan "local is sexy". Ya, sumber daya lokal itu sangat potensial dikembangkan, sangat seksi untuk laris manis di pasaran.

Kalau sudah punya kemasan yang bagus, Small and Medium Entreprize memasang billboard di tengah kota juga percaya diri nantinya.


3 + 1 Kebohongan yang Mendunia

1. Teori Kelangkaan
Para saintist dan pebisnis dunia masa lalu berkonspirasi, menciptakan teori bahwa minyak akan habis. Bahwa tidak ada sumber daya alternatif selain minyak. Berkali-kali minyak diprediksi habis, walhasil sampai sekarang belum. Cadangan masih tersedia, energi alternatifpun mulai tercipta.

Teori ini bertujuan untuk menaikkan nilai komoditas minyak. Berhasil, sampai sekarang setiap negara berebut minyak, harganya seperti siluman, naik turun tidak jelas siapa pelaku penaik penurunnya.


2. Teori Spesialisasi
Bangsa Aria yang feodal ingin memproteksi kaum bangsawan dengan melakukan spesialisasi kepada kaum-biasa dan kaum bawah. Makanya diciptakanlah pengertian spesialisasi : tukang jahit, tukang kayu, pelaut, tukang batu, dll profesi.

Orang tersegmentasi, dan dirinya merasa rendah diri. Sampai sekarang, profesi dianggap lazim bahkan harus, adanya.

3. Teori Schooling
Sekolah pertama diciptakan saat Rusia War, dibuat untuk rekrutmen prajurit. Model sekolah diadopsi di zaman revolusi industri, digunakan untuk menyerap tenaga kerja. Teori sekolah berjalan sampai sekarang, yang enggak sekolah merasa rendah diri.

Seolah-olah, hidup enggak sekolah adalah kemalangan besar.

1. Teori Global Warming
Pemanasan global itu tidak ada. Cuma diada2kan oleh pebisnis yang berkecimpung di alat-alat/komoditas yang berhubungan dengan komoditas yang berkaitan dengan ramah lingkungan, green, dll. Termasuk untuk melancarkan para LSM hijau beraksi.

Benar tidaknya 3+1 kebohongan itu, silahkan ditelusuri sendiri. Ini postingan cuma titik berangkat, bukan penghakiman akhir.


Niat demi Niat

"Perbuatan itu dengan niat. Setiap orang beroleh apa yang ia niatkan. Maka, siapa yang hijrahnya menuju Allah Swt dan RasulNya, maka berarti hijrahnyapun kepada Allah Swt dan RasulNya; dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang akan ia peroleh atau karena perempuan yang akan ia nikahi, maka berarti hijrahnya hanya akan sampai pada apa yang ia hijrahi." 
Shahih al-Bukhari, Bab Kaifiyyah Bad'i al-Wahy, Vol.II, hal.002

Kalau hijrah itu berpindah dari tempat lama ke tempat baru, kalau hijrah bisa diartikan juga berpindah dari hidup lama ke hidup baru. Maka ketika seseorang mendapat ucapan selamat menempuh hidup baru, berarti ia sedang berhijrah.

Kalau nikahnya karena Allah Swt dan RasulNya, maka tidak ada alasan untuk mencuri start. Kalau nikahnya karena (ingin pengakuan) dunia, mendapatkan legitimasi sosial, maka yang didapat lebih banyak gelamor eksternal ketimbang kekokohan rumah tangga internal. Kalau sekarang begitu nikmat diketiaki pasangan, didominasii pasangan, dijajah pasangan, disetir pasangan, ditelusuri lagi, jangan-jangan dulu niat menikahnya lebih karena ngebet ke premepuan yang akan engkau nikahi saja.

Banyak fenomena disekelilingku, yang jadi pelajaran praktikal buatku tentang niat demi niat. Niat itu terlihat pada tindakan, terbaca pada perilaku. Cuma manggut-manggut dan geleng-geleng saja menyaksikannya. Dan merefleksikannya ke diriku sendiri.

Rumus Diputus Pacar

JK Rowling, penulis Harry Potter atau Andrea Hirata, penulis Laskar Pelangi. Novel-novel yang fenomenal itu, konon kabarnya tidak memiliki latar belakang kepenulisan fiksi. Tapi kok bisa boom ya karyanya?

Aku ketemu jawabannya minggu lalu dari CoachYusa. Ia menerangkan bahwa di dalam kehidupan kita ada dimensi-dimensi. Dan persoalan di satu dimensi tidak bisa diselesaikan di dimensi yang sama, harus di dimensi atasnya. Hal di satu dimensi hanya bisa benar-benar ditaklukan melalui dimensi diatasnya.

Dimensi itu adalah physic ada di paling bawah, emotion ada di nomor dua, mind ada di nomor tiga dan soul ada di paling atas. Yang Coach sampaikan sebagai contoh kemarin adalah misalnya kita sakit di badan kita. itu tidak selesai dengan dipijat atau minum obat sebetulnya, karena itu hanya stimulan, tapi sakit itu selesai kita kita bisa mengubah persepsi emosi kita atas sakit itu.

Ini seperti kasus GusDur yang waktu itu klicir berdarah-darah jarinya karena terjepit pintu. Dan dia hanya memprogram emosinya (sekarang dikenal dengan istilah self-hipnosis) dan akhirnya ia tidak merasakan itu sebagai sakit. obat dan pijat ada di dimensi yang sama dengan sakit badan, yakni physyc. Sedangkan self-hypnosis ada di dimensi emotion, dimensi diatasnya.

Samahalnya, rumus orang diputus pacar itu bukan mencari pacar baru. Rumus orang ditinggal nikah itu, bukan merem mencari kambing dibedakin terus dinikahin. Karena sakitnya diputus dan ditinggal nikah itu ada di dimensi emosi, ya kita main-mainnya jangan di dimensi yang sama, mainlah di dimensi atasnya, di mind. Caranya, merenunglah, menyendirilah, untuk me-reprogram tentang arti berpacaran, tentang arti pernikahan, jadi, kita bisa kebal dari rasa sakit itu, lalu bisa berfikir dengan sehat dan menjalani hidup dengan  bebas dari pengaruh negatif perasaan memilukan itu.

Lalu hubungannya dengan Joko Rowling dan Andrea Hirata apa? Kata mentor Rama kalau mau jadi sineas profesional, haruslah menonton film sebanyak mungkin. Kata mentor Ike, kemarin juga bilang begitu. Kata Ahmad Tohari, kalau mau jadi novelis, harus lahap semua novel. Loh, tapi Mas Joko dan Mas Andrea tidak melakukan itu, malah melebihi pencapaian2 novelis lain? Kok bisa?

Ya, karena rumus dari mentor itu berlaku pada konteks tertentu dan tidak berlaku pada konteks lainnya. Kalau kita hanya ingin menyamai atau menang-menang dikit dengan sineas atau novelis yang sudah ada, ya syaratnya adalah mempelajari semua karya yang pernah ada.

Tapi kalau kita ingin mencapai pencapaian ultimate, ya bisa jadi semua itu malah akan memenjara proses kreatif kita. Karena proses kreatif itu tanpa batas. Kalau mempelajari teknik perfilman dan kepenulisan itu ada di dimensi mind, maka proses kreatif itu ada dimensi atasnya lagi : soul.

Mind tidak bisa diselesaikan di mind juga. Harus di dimensi atasnya : soul.




Kagum Membabi Buta (Ijo)

Kalau orang menang kompetisi, itu nggak harus dikagumi. Kalau orang kalah kompetisi, nggak pula harus berkecil hati. Kemarin, nonton-nonton profil pemenang sebuah kompetisi, ya ternyata seperti itu profilnya. Seperti itu gimana? menghina ya kamu? haha...

Ya bukan begitu. Artinya begini, ketika mendapatkan sebuah profil pemenang, tidak serta merta kita harus manggut-manggut kagum membabi buta (ijo) dan impactnya merendahkan diri sendiri... tapi daya analitis kita bisa kok tetep dijalankan. Jangan demi menghindari sikap iri dan sikap menghina, kita memilih untuk tidak analitis.

Karena dari cara berpikir analitis, biasanya kita akan dapat pelajaran-pelajaran baru. Misalnya tentang, bagaimana kejelasan konsep sosialnya? Bagaimana produk yang mereka suguhkan benar-benar mempertahankan nilai keekonomisan sebuah proses produksi? Bagaimana penggunaan kreativitas desain dalam penyuguhan ide. Dan lain sebagainya, bisa untuk masukan kita kedepan loh itu.

Terus lagi, di Indonesia ini kan kalau kita lihat, kebanyakan kompetisi anak muda itu bagaimana si? Modelnya mendaftar atau penelusuran? Hampir tidak ada atau jarang sekali yang model penelusuran. Kebanyakan adalah mendaftar. Jadi, bisa diterka-terka kan, bagaimana tipikal pemenangnya. Karena orang mendaftar pasti punya motivasi, punya niatan. Entah niat untuk populer, niat untuk mendapatkan hadiah, niat untuk bernetworking atau lainnya.

11/19/12

Hobi Merepotkan Tuhan

Misalnya, Tuhan sudah mentakdirkan aku akan dapat proyek dengan omzet 300 juta hari ini. Tapi, karena aku malas memfollow up 10 customer yang sudah aku list tadi malam. Ya batal lah takdir itu. 

Lalu Tuhanpun merevisi takdirnya, omzet itu jadinya aku dapatkan besok. Karena baru besok aku menghendaki diriku untuk tidak malas. Nah, takdir 300 juta itu geser sehari. 

Lalu, karena hari besok kegeseran takdir yang seharusnya terjadi hari ini. Maka, otomatis donk, takdir besok tergeser juga jadi besoknya lagi? Geseeeeer semua jadinya kan.... ouh, betapa Tuhan sudah direpotkan atas tindakan kita malas di sebuah hari, karena takdir di hari esok dan seterusnya jadi geser.

Nah, karena takdirku besok berhubungan dengan orang lain, dengan orang yang mungkin mendapat rejeki lewat aku, orang yang membutuhkan pertolonganku, orang yang mengharapkan kedatanganku dan seterusnya. Maka karena takdirku geser, maka takdir orang-orang yang bersangkutpautan dengan kita di hari besok juga geser juga kan? lalu takdir orang-orang itu lusa, besok lusa, besok besok lusa, bulan depan, tahun depan, geser juga kan?... terbayang betapa repotnya Tuhan karena ulah kita malas memfollow yp list customer itu.

Lalu orang yang takdirnya geser karena batal ketemuan dengan kita besok misalnya, dia juga bersangkutan dengan orang lainnya lagi yang harus ketemuan di hari yang sama dengan orang lain lagi itu. Maka orang lain lagi itu tergeser pula takdirnya, orang lain lagi itu bersangkutan dengan orang lainnya lagi, orang lain lagi yang bersangkutan dengan orang lain yang bersangkutan dengan orang yang harusnya ketemuan dengan kita itu juga punya besok, lusanya sendiri. Hedew, makin rumit, pelik, njelimetnya takdir yang harus diubah.

Sampai sejauh itukah kita berpikir, saat kita malas mengikuti bisikan hati dan memilih untuk bermalas-malasan meninggalkan sebuah peluang tindakan?

Maka, mengapakah kamu tidak berpikir?


Korupsi itu Masalah No. 2

Kalau negara sudah bebas dari korupsi. terus?... Indonesia jadi sejahtera begitu? *sambil koprol & bilang wow... Ketungkul ngurusi korupsi. sangking ketungkulnya, sampai-sampai uang hasil sitaan dari para koruptor jangan2 dikorupsi lagi dan enggak ketahuan.

Korupsi barulah masalah nomor 2. Lalu apa masalah nomor 1 nya? masalah nomor 1 negara ini adalah tidak bisa mengelola anggaran. Sok diperiksa saja, berapa banyak diklat pemerintah dilakukan di hotel-hotel mewah. Haruskah?

Tindakan Ahok mewakili pimpinan DKI memangkas anggaran PU 25% adalah langkah yang lebih solutif ketimbang rame-rame menghakimi koruptor yang ujung-ujungnya dihukum ringan dan mereka tetapa kaya raya. Karena perbaikan anggaran itu ada salah satu dampaknya yakni sbg langkah preventif memberantas korupsi.

Ya, anggaran dari tingkat negara sampai kabupaten itu, sekalipun separohnya dikorupsi, 50%nya raib dimakan para penguasa, masih cukup kok untuk membuat rakyat sejahtera. Asal bisa mengelola itu sisa uang  yang tidak dikorupsi dengan baik saja.

11/10/12

BaGoes : Sebuah Kolaborasi Bagus Anak Muda dan Masyarakat


Orang bilang pemuda adalah tulang punggung bangsa. Wah, memang apa yang dipunyai pemuda sehingga bisa punya julukan sehebat itu? Empat hari di sebuah komunitas anak muda Greeneration Indonesia (GI) kemarin, aku menemukan jawabannya. Di Bandung GI berdiri, berkolaborasi dengan masyarakat pelaku industri konveksi rumahan, menciptakan sebuah produk tas inovatif yang berfungsi mengerem ketergantungan masyarakat kepada kantong plastik. Tas BaGoes namanya, sebuah tas berbahan aneka jenis kain dengan grafis desain yang menarik dan bisa dilipat rapih karena memiliki retsleting pelipat, sehingga mudah dan trendy dibawa kemana-mana.

Yang dipunyai oleh anak muda, pertama adalah : Inovasi. Inovasi kerap lahir dari generasi muda, bukan dari generasi tua. Generasi tua yang meliputi orang-orang yang berumur tua, maupun anak-anak muda yang merasa tua, terjebak oleh rutinitas, tuntutan kewajiban ekonomi bulanan, tuntutan strata sosial, sehingga tidak sempat mengeksplorasi dirinya. Anak muda yang masih berjiwa muda mudah melahirkan inovasi, karena cara berpikirnya masih bebas, luwes dan semangatnya meletup-letup. Dari inovasi inilah sebuah produk akan mendapat sentuhan nilai tambah. Tas BaGoes misalnya, sebagai tas inovatif memiliki nilai ekonomi dua kali lipat lebih ketimbang produk tas konvensional dari bahan sejenis.

Yang dipunyai anak muda berikutnya adalah : Jejaring. Ketika masyarakat pelaku industri konveksi rumahan sudah habis waktu dan daya juangnya untuk menyelesaikan orderan jahit yang menumpuk, anak-anak muda di GI masih lincah meloncat kesana-kemari mencari ceruk baru untuk memasarkan produk tas BaGoes hasil kolaborasi mereka. Tidak tanggung-tanggung jejaring yang  mereka miliki, perusahaan kelas nasional yang mereka akses sebagai pasar mereka. Walhasil, masyarakatpun senang dan sangat terbantu, karena jumlah order dalam jumlah (quantityi) besar dan berkelanjutan (contiunity) membuat mereka tenang dalam bekerja. Tugas selanjutnya adalah bagaimana mereka menjaga kualitas (quality). Itulah sekelumit kisah, sentuhan anak muda untuk menopang perubahan bangsanya.


"Komunitas muda mempunyai inovasi dan jejaring, 
sedangkan masyarakat mempunyai skill dan pengalaman.
Ketika keduanya dikolaborasikan dalam sebuah platform Social Entrepreneurship, 
maka lahirlah manfaat dan kebahagiaan bagi kita bersama."



Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dari http://www.bankmandiri.co.id dalam rangka memperingati HUT Bank Mandiri ke-14. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan merupakan jiplakan.

11/9/12

Saatnya Gula Jawa Naik Kelas

Saya seorang pengusaha pemula di bidang agrobisnis. Komoditas yang saya kembangkan adalah gula Jawa yang merupakan gula dari bahan baku nira kelapa. Dalam banyak forum gula kelapa, seringkali saya menjadi peserta yang paling muda. Begitulah yang terjadi, industri gula Jawa tidak lagi dilirik oleh generasi muda, selesai di generasi kakek dan bapak kita. Karena memang menjadi pelaku industri gula Jawa itu identik dengan kampung, terbelakang, terpinggirkan dan pendapatannya sedikit.

Namun, siapa yang menyangka, masyarakat modern di belahan dunia yang saat ini resah dengan gaya hidup tidak sehat justru mulai mengidolakan gula Jawa. Gula Jawa disebut-sebut sebagai gula masa depan, karena hasil riset menunjukkan gula Jawa memiliki kandungan nutrisi yang lengkap dan yang lebih penting adalah aman bagi gula darah karena memiliki index glycemyc paling rendah diantara jenis gula lainnya, yakni hanya 35.

Ketika gula tebu sudah mulai dihindari oleh sebagian masyarakat, kemudian gula jagung yang disebut-sebut sebagai gula sehat juga diindikasii masih mengandung zat-zat yang dihimbau untuk dihindari. Gula Jawa lah yang kini menjadi primadona. Indikasi ini diperkuat dengan bagusnya pertumbuhan permintaan terhadap gula Jawa dari dalam dan luar negeri. Dari dalam negeri, industry roti dan farmasi mendominasi permintaan. Sedangkan dari luar negeri, Belanda, New Zealand, Kanada dan Jepang adalah beberapa negara yang mengimpor gula kelapa ke negara mereka.

Manisnya progresivitas permintaan gula Jawa ternyata belum memberikan dampak langsung kepada produsen, yang notabenenya adalah petani tradisional di desa-desa. Dimana pengrajin gula Jawa terbesar berada di daerah saya, Kabupaten Banyumas. Maka wajarlah Banyumas menjadi pemasok terbesar gula Jawa nasional.

Hal ini terjadi karena pertumbuhan permintaan gula Jawa tidak diimbangi dengan upaya peningkatan kemampuan produksi SDM petani gula di desa-desa. Mereka tidak mendapat kesempatan untuk mengakses inovasi produk, kemudian teknologi produksi yang lebih modern, serta mereka tidak memiliki kesempatan untuk memperoleh akses harga beli yang lebih tinggi.

Gula Jawa yang diinovasi menjadi bentuk kristal yang saya kembangkan bersama rekan-rekan saat ini diharapkan dapat memberikan manfaat lebih yang berdampak terhadap kesejahteraan petani di tingkat hulu produksi. Mengingat harga gula Jawa kristal atau dikenal pula dengan brown sugar memiliki nilai ekonomi yang lebih baik ketimbang gula Jawa bentuk konvensional.

Diimbangi dengan pemberian edukasi standarisasi produk, manajemen pengelolaan usaha dan akses teknologi modern, diharapkan para petani gula kelapa dapat lebih percaya diri menggarap produk mereka. Sehingga kedepan, anak cucu mereka dapat mengenal bidang industri gula kelapa sebagai bidang yang prospektif untuk dijalani, tidak lagi apatis seperti saat ini. Mengingat gula kelapa, adalah komoditas incaran dunia, bukan komoditas pinggiran.

Beberapa tindakan nyata yang sedang dan terus akan saya upayakan dalam membuat semua komponen pelaku industri gula kelapa naik kelas, diantaranya adalah dengan memberikan sentuhan inovasi sebagai berikut :
  1. Membangun top brand nasional untuk produk gula kelapa. Saat ini gula tebu dan gula jagung merk   tententu sudah ada yang menjadi top brand di pasar dalam negeri, tetapi gula kelapa belum. Gula kelapa baru beredar di pasar tradisional dan pasar modern tanpa kemasan.
  2. Melakukan riset nutrisi secara lebih mendalam. Sehingga masyarakat tahu secara signifikasi nilai kesehatan gula kelapa.
  3. Memangkas rantai distribusi dengan memiliki merk dagang sendiri, dimana produk dapat didistribusikan langsung ke konsumen tingkat akhir.
  4. Sosialisasi teknik produksi gula sehat kepada petani lebih luas, sehingga semakin banyak petani yang mampu membuat produk gula kelapa yang memenuhi standar perdagangan internasional.
  5. Penambahan variasi kemasan, dari kemasan biasa hingga kemasan sachet yang lebih eksklusif. Keberadaan kemasan yang eksklusive akan memudahkan gula kelapa diterima untuk konsumen kelas atas.
  6. Mengakses pameran promosi agrobisnis internasional, untuk dapat mengakses pembeli langsung. Sehingga proses ekspor komoditas tidak harus dilaksanakan melalui pihak ketiga seperti yang terjadi saat ini.#
Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dari http://www.bankmandiri.co.id  dalam rangka memperingati HUT Bank Mandiri ke-14. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan merupakan jiplakan."

Saya dan tim Gula Jawa SWEETJAVA bersama Wamendag Bayu Krisnamurthi

11/2/12

November Lebih Pagi

Salah satu tips menghemat umur adalah dengan bangun lebih pagi, memulai beraktivitas lebih pagi. Sehingga, apa yang bisa dikerjakan hari ini tidak harus dikerjakan besok. Bahkan, apa yang bisa dikerjakan besok, syukur-syukur bisa dikerjakan hari ini.