2/13/17

Muru'ah

Kamu harus memenangkan, bukan untuk semua target-target materiil. Bukan untuk semua cheklist beban-beban. Yang harus kamu menangkan adalah muru'ah orang-orang lemah di sekitarmu.

2/2/17

#5 Oleh-Oleh

Puncak dari acara berpergian adalah berburu oleh-oleh. Begitulah pandangan dan keyakinan mainstream orang jaman sekarang. Gugusan mal ada di kawasan Bukit Bintang menjadi penyalur aspirasi penganut mahdzab itu.

Siapkan saja stamina dan betis yang prima untuk membeli belah alias oleh-oleh atau apapun saja. Barang-barang juga kuliner dengan berlevel-level kelas merk ada di sana. Kalau ingin mencari yang harganya miring, carilah diantara gugusan mal-mal itu yakni mal bernama Sungai Wang. Letaknya ada di sebelah stesen monorel Bukit Bintang persis.

Walaupun sebetulnya kalau mau mencari harga miring, masih lebih banyak pilihan menuju Pasar Seni di Central Market atau Petaling Street di Chinatown. Cokelat biasanya menjadi oleh-oleh favorit, selain juga kaos dan aneka pernak-pernik.

Tidak seperti Jogja yang punya bakpia, Medan yang punya Bika Ambon atau Madiun yang punya Brem, aku sendiri masih bingung, apa yah oleh-oleh khas dari Kuala Lumpur?


#4 Batu Caves

Penduduk Kuala Lumpur cukup beragam, akan sering kita menjumpai mereka yang berparas Melayu, juga ada China dan India. Ya, di metropolitannya Malaysia ini memang ada banyak bangsa-bangsa yang tinggal disana. Tak ubahnya seperti di Indonesia, bahkan lebih beragam di kita : Melayu, China, India, Batak, Sunda, Jawa, Madura, Bugis, Ambon dan banyak lagi lainnya.

Di Kuala Lumpur, ada tempat yang kalau kita menuju kesana, kita berasa masuk  ke film-film India. Batu Caves namanya. Tempatnya sangat mudah diakses, hanya setengah jam perjalanan KTM Commuter  dari KL Sentral. Merupakan kompleks kuil yang terintegrasi dengan wisata alam berupa bukit kapur.

Patung-patung Dewa-Dewi dalam ukuran besar berada di sisi bukit. Wisatawan yang datang biasanya tak puas jika tak mendaki bukitnya juga. Sudah ada undak-undakan untuk menaiki bukit. Kalau eskalator atau elevator belum ada.

Di atas bukit kita bisa melihat pemandangan kota, melihat patung-patung, juga ada kera konservasi. Walau menurutku, belum sebanding perjuangan mendaki sekian ratus anak tangga, dengan ekspektasi yang aku harap dapatkan di atas sana.


#3 Naik-Naik ke Genting Highland

Diantara tujuan wisata paling favorit bagi pelancong yang pergi ke Kuala Lumpur adalah kawasan dataran tinggi Genting. Moda paling mainstream menuju tempat berjarak sekitar 45 menit dari pusat kota ini adalah menggunakan bas. 

Ada pemberangkatan dengan jadwal seharian dari KL Sentral, kawasan pusat transportasinya Kuala Lumpur. Yang mesti diperhatikan adalah, datanglah sepagi mungkin untuk membeli tiket menuju ke Genting. Karena kalau kesiangan, bisa-bisa baru mendapatkan bas di sore hari. Sepertinya jumlah pengunjung dengan ketersediaan bas tidak berimbang.

Sesampainya di pemberhentian bas di Genting, kita akan disambut dengan kereta gantung Awana Skyway. Harga tiket sudah include, tinggal tunjukkan tiket dan naik saja. Dengan menaiki kereta gantung selama sekitar 15 menit, kita akan sampai di pusat destinasi wisata yang kerap berselimut kabut ini, yakni sebuah mal besar yang terintegrasi dengan indoor theme park, casino dan juga hotel.

Awana Skyway adalah kereta gantung yang sangat modern dan serba auto. Menaikinya adalah sesuatu yang mengesankan, melewati track yang menanjak curam sembari melihat pemandangan alam yang cantik disekitarnya. Bertambah mengesankan ketika kereta gantung memasuki kabut, tak terlihat apa yang ada disekitar, seolah sedang sendirian menggantung di angkasa. 

#2 Menara Kembar

Kalau Jakarta punya Monumen Nasional (Monas), Kuala Lumpur punya Menara Kembar (Twin Tower). Berada di jantung kota, mudah dijangkau dengan apa saja, LRT, bus, apalagi taxi atau taxi online. 

Sebab berada di negeri asalnya, branding hijau Grab berukuran besar-besar begitu mencolok di seantero kota. Saya tak sempat menjajalnya, karena semua perjalanan sudah tercukupi menggunakan bus dan train.

Turis dimanjakan sekali dengan adanya bus gratis GoKL yang mempunyai empat jalur yang saling bersinggungan di dalam kota Kuala Lumpur. Green, Red, Blue dan Purple Line. Kalau mau menggunakan train pun, tarifnya relatif murah satu atau doa koma saja dalam mata uang Ringgit. Kuala Lumpur punya 4 jenis train : Monorel untuk city center, LRT untuk keliling kota, commuter untuk menuju daerah di sekitar Kuala Lumpur dan KLIA express/transit untuk menuju ke Bandara.

Tak ubahnya seperti Jakarta, macet adalah pemandangan keseharian di kota ini. Yang nampak berbeda adalah, jumlah motorsikal (sepeda motor) persentasenya sedikit dibanding jumlah mobil.

#1 Nge-basecamp yang Dekat Kemana-Mana

Liburan tahun baru yang terlambat. Meski sudah beberapa kali melancong ke ibukota negeri jiran, tetep saja urusan travel planing adalah sesuatu bikin pening.

Dengan membawa mini rombongan, cuma bertiga, trip diawali dari Bandara Yogya. Penerbangan sore dengan AirAsia, meski lumayan ontime tapi tetap saja kemalaman karena antrian panjang imigrasi kedatangan di bandara KLIA 2. Praktis tak ada agenda jalan-jalan dulu, yang penting segera chek in hotel.

Hotel yang diambil dijadikan basecamp di trip kali ini berada tidak jauh dari Masjid Jamek, salah satu landmark Kuala Lumpur yang terletak di central business distric-nya kota ini. Cukup jalan 10-15 menit dari hotel sudah ketemu MRT stesyen, atau berjalan ke arah lainmya sudah ketemu halte bus GoKL, bus gratisnya Kuala Lumpur.

Bagian dari travel planning yang penting menurut saya adalah pointing lokasi hotel dengan halte bas, stesen dan fasilitas transportasi publik lainnya. Pengalaman dulu pernah, dapat hotel nyaman tapi lumayan jauh akses transportasi publiknya. Itu enggak basecamp-able namanya.