8/20/09

Tenang Wae Cah Bagus, Cah Ayu

"Aku yakin rizqi-ku tidak akan tertukar, karenanya akupun tenang dalam menjemputnya", yup yap yip yep, buener tuh. Yang namanya rizqi bukan cuma gaji, ditraktir teman juga rizqi, hadiah lomba 17an juga rizqi, ban motor lama nggak bocor juga rizqi, dikasih uang jajan ortu juga rizqi... .

Tak usah kuwatirlah, kayak nggak punya Tuhan saja... .Ikan di kolong terumbu karang saja dikasih-Nya Rizqi, semut yang dipenjara (emang salah apa dia?, maksudnya memang dia hidup di tembok-tembok penjara) juga dikasih rizqi, nyamuk yang untuk sesuap darah manusia nyawanya harus selalu ia pertaruhkan juga dikasih rizqi.

Karena itu, tenanglah, keep calm down men... tenang tapi cekatan, disiplin tapi dinamis, tanggung jawab tapi inovatif, konsisten tapi kritis.

Lalu, bagaimana mengimplementasikan tenang menjemput rizqi itu? Ada dua caranya, pertama : Asuransikan rizqi kita.

Apa maksudnya? Pernah ke perusahaan asuransi? Atau pernah naik kereta api? (ekonomi juga nggak apa-apa), disitu ada tulisan "tiket sudah termasuk Asuransi Jasa Raharja". Nah, kalau asuransi yang ini beda, bukan ke Jasa Raharja atau Prudential Syariah atau lainnya... garansikan ya ke Allah SWT... caranya dengan.... dengan... jeng jeng jeng jeng... dengan sedekah.

Ya, sedekah itu ibarat bayar premi asuransi. Karena itu jangan terlalu berharap begitu sedekah kita langsung akan mendapat balasannya, tenang.... yakin saja, rizqi kita sudah aman, kalau terjadi apa-apa dengan diri kita (misal sehari nggak bisa makan, atau tambal ban nggak punya uang, atau duit didompet digerogoti kecoa, hehe), tenang saja, yakin saja... polis asuransi sedekah kita akan cair di waktu yang tepat dalam bentuk yang tepat pula.

Berapa besarnya polis? Wallahu'alam... hitung-hitungan minim saja, ya 10x lipat lah dari premi, tapi sangat bisa lebih... hingga 700x lipat, juga masih bisa lebih... . Nggak percaya? Buktikan sendiri deh... sedekah yang gede, jangan berpikir pas sedekah uang berkurang, berpikir saja sedang bayar premi asuransi rizqi kita..

Lalu, apa cara kedua untuk mengimplementasikan ketenangan diri dalam menjemput rizqi : ubah mindset.

Apa maksudnya ubah mindset? Ubahlah racun di pikiran kita yang menyatakan kalau kita harus punya pendapatan tetap, harus gajian bulanan, harus punya NIP... ingat ngger "urip iku mung mampir ngombe" (hidup itu sekedar mampir minum), cuma sebentar hidup ini... jadi anak-anak maksimal 10 tahun, jadi remaja nggak ada 9 tahun, jadi dewasa paling 20 tahun, jadi tua 15 tahun... kalau umur kepanjangan juga kita repot sendiri.... Nah, pendek kan umur kita?

Karena itu, daripada pusing memburu pendapatan tetap (input), mending memikirkan aksi kita (output). Dari rizqi yang saya punya sekarang, bikin apa ya? ngembangin apa ya? apa ya? dan bukan cuma berpikir tapi bertindak...

So, akhirnya hidup kita tidak cuma menunggu tanggal 1 (gajian), tapi kita bisa semakin meningkatkan urat produktif kita.

Kalau sudah begini, insyaallah bangsa ini maju. Lho? Iya... satu yang membedakan bangsa kita dengan Jepang adalah, bangsa Jepang punya mindset investasi, sedangkan bangsa kita mindsetnya konsumsi... .

Ngger, cah bagus, cah ayu, sing sregep le latian wae, sedekah & investasi. Wokeh? ya, harus wokeh, ga boleh sitik.. .

No comments:

Post a Comment