Kalau
Jogjakarta bagian selatan menawarkan eksotisme pantai, sedangkan Jogja bagian
tengah menyodorkan keistimewaan sejarah dan heritage,
maka lain lagi dengan bagian utara wilayah Kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat
ini. Di bagian utara wilayah salah satu kerajaan Nusantara yang masih lestari
ini kita disuguhi karismatiknya panorama dari menjulangnya Gunung Merapi.
Suguhan
panorama karismatik milik salah satu gunung api teraktif di negeri kita ini
tidak membutuhkan waktu yang lama untuk ditempuh dari pusat kota Jogja. Dengan
jarak lebih kurang 27 km dari pusat kota, kita membutuhkan waktu kurang lebih
satu jam untuk bisa sampai ke salah satu titik di lereng merapi yang bisa kita
jadikan titik awal pengembaraan kita memburu pengalaman baru di wilayah atapnya
Jogjakarta ini.
Becak melintasi Tugu Landmark Jogjakarta. Foto oleh : Rizky |
Kita
bisa mengambil jalan ke arah timur bila kita berangkat dari Stasiun Kereta Api
Tugu Jogjakarta, atau sebaliknya kita bisa memacu kendaraan ke barat kalau Kita
berangkat dari Bandar Udara Internasional Adi Sucipto Yogyakarta. Nanti kita
akan menemukan ruas jalan bernama Jalan Kaliurang yang pada kilometer 5 dari
jalan ini akan berpotongan dengan Jalan Ring Road Utara Jogjakarta. Jalan
Kaliurang inilah yang harus kita tempuh untuk menuju kawasan wisata Kaliurang
di ketinggian lereng Merapi.
Jalan
yang halus dan lebar membentang dari selatan ke utara ini cukup nyaman untuk
ditempuh. Sesekali mungkin tersendat kalau ada lampu merah dan juga ketika
sudah sampai di gerbang masuk kawasan wisata untuk mendapatkan tiket masuk. Ada
beragam destinasi yang bisa kita pilih, untuk sekedar rekreasi ringan, disana
tersedia Taman Rekreasi Kaliurang, Gardu Pandang dan Taman Nasional Gunung
Merapi yang didalamnya terdapat obyek wisata Tlogo Putri, Hutan Wisata, Goa
Jepang serta beberapa lagi lainnya. Sedangkan bila kita menginginkan
petualangan, tersedia disana paket Lava
Tour, berpetualang seru menaiki mobil jeep.
Lain lagi bila ingin mendapatkan pemahaman edukasi, kita bisa mengunjungi
Merapi Volcano Museum serta ada juga Ullen Sentalu Museum.
Foto oleh : Rizky |
Di dalam Taman Nasional Gunung Merapi. Foto : Rizky |
Gardu Pandang Merapi. Foto oleh : Rizky |
Setelah puas menyantap panorama dan melahap gudeg, kita bisa segera merapat ke basecamp lava tour untuk segera mengantri memesan jeep petualangan. Ada beberapa paket tour yang ditawarkan dengan kisaran biaya 300ribu rupiah kita bisa menaiki jeep bersama tiga hingga 5 kawan kita. Kendaraan ini siap mengantarkan kita off-road untuk menjelajahi sisa erupsi merapi yang terjadi tahun 2010 lalu. Diantara destinasi yang dituju adalah daerah Kali Kuning, Kali Adem, Kinahrejo dan beberapa destinasi lainnya.
Menjelajahi kawasan pasca erupsi
Merapi seolah-olah kita diajak untuk mengumpulkan puing-puing pesan kehidupan
dari bencana memilukan yang pernah melanda daerah ini beberapa tahun yang lalu.
Salah satunya adalah pesan bahwa kita hidup tidak sendiri, kita hidup bersama
berdampingan dengan alam. Manusia memiliki watak, alampun punya watak. Watak
yang sebaiknya kita kenali, kita akrabi, sehingga kita tidak kaget oleh siklus
si alam, juga tidak membuat “kesal” si alam, karena kita tidak mengenal alam
dengan baik.
Jeep Wisata Merapi. Foto oleh : Rizky |
Foto oleh : Rizky |
Mbah Marijan bukan orang sakti, ia
hanya orang biasa yang memiliki karakter yang luhur serta berusaha menjaga alam
dengan sebaik-baiknya. Setia pada tugasnya, tidak takut mati. Ketika gejala
erupsi melanda, warga disekitarnya dipersilahkan turun, sementara dirinya tetap
tenang di atas dan bersikukuh tidak mau turun karena bukanlah sikap ksatria
jika beliau turun sementara masih ada warganya yang tinggal di atas. Beliau
juga mengajarkan kesantunan bersikap kepada alam, beliau mengajarkan sebutan “Merapi
sedang membangun”, bukannya “Merapi sedang meletus”. Beliau juga mengajarkan
untuk tidak menyebut luncuran awan panas dengan sebutan binatang, wedhus gembel
misalnya. Begitulah penghormatan Mbah Marijan kepada alam dan kepada tugasnya. Hingga
diakhir hayatnya, jasadnya ditemukan dalam posisi sujud kehadirat Ilahi.
Kini bekas rumahnya bisa kita
saksikan sebagai sebuah museum sederhana, didepannya dibangun tourist information dan outlet merchandise. Di Kinahrejo kita juga bisa
menyaksikan sisa bangunan, rongsokan mobil dan tulang belulang hewan ternak
akibat dampak erupsi yang menimpa desa tersebut.
Pasca erupsi, kini masyarakat lereng
Merapi mulai menggeliat kembali. Lahan pertanian yang bertambah subur mulai
menghijau kembali. Pasir muntahan Merapi dengan kualitas tinggi tidak
habis-habisnya dikeruk, saking banyaknya. Ditambah lagi dengan menggeliatnya sektor
wisata minat khusus, yang sedikit banyak memberikan dampak bagi warga untuk
ikut mengais rezeki.
Kalau ingin lebih lengkap mengetahui
tentang bekas luncuran lava erupsi dan pengetahuan tentang kegunungapian lebih
lanjut, selanjutnya kita bisa menuju
ke Merapi Volcano Museum. Sedangkan untuk melengkapi pengetahuan kita tentang
sejarah dan heritage Jawa, kita bisa
menuju ke Ullen Sentalu Museum, sebuah museum yang cukup eksklusif dibanding museum
pada umumnya di Indonesia. Museum ini cukup percaya diri memasang tarif hingga
lima kali lipat dibanding tarif museum di Indonesia pada umumnya.
Wah artikelnya menarikk..
ReplyDeleteBagi informasi nih.
Tinggal 5 Hari Lagi Berwisata Gratis ke Macau Plus iPhone 5: Tertarik? Ikuti lombanya. Ayo, ikuti lomba blog "Why Macau" di sini http://bit.ly/WhyMacau.
Caranya cukup mudah, tuliskan keinginanmu untuk pergi ke Macau. Topik nya bisa tentang kuliner, objek wisata, kebudayaan, dan tempat populer di Macau. Sertakan foto atau video agar tulisanmu lebih menarik.
Selengkapnya di sini http://bit.ly/WhyMacau
Ditunggu artikelnya
terimakasih :)