Orang hebat sering menunggu waktu free, waktu menganggur, karena di waktu kosong itu dia bisa mengeksplorasi dirinya dan membuat reka-cipta daya-karya yang baru, yang menantang dan yang memberi manfaat.
Tapi tidak dengan sarjanawan dan diplomawati kebanyakan di Indonesia. Menganggur adalah masa yang menyiksa, menganggur adalah saatnya lamar sana lamar sini berharap dapat pekerjaan. Saya tahu, walau mereka yang melakukan malah sendirinya justru tidak tahu. Tahu bahwa sebenarnya yang mereka cari atas pekerjaan itu bukanlah serta merta uang. Lalu? Apa yang mereka cari? Yang mereka cari adalah instruksi.
6 tahun di SD, 3 tahun di SMP, 3 tahun di SMA dan 5 tahun di kampus atau total 17 tahun adalah waktu yang lebih dari cukup untuk membonsai keberanian, gagasan, inovasi, daya-cipta, kemampuan reka-karya yang ada dalam setiap diri manusia. Tragis sekali, memilukan sekali. Yang lebih memilukan, mereka yang mengalaminya justru tidak menyadarinya.
Saya berbelasungkawa atas itu. Atas orang yang bingung mau ngapain ketika menganggur, bukannya mencari ke dalam diri, tetapi kursus disana-sini, ngikut disana-sini, ngelamar disana-sini berharap mendapat instruksi "ini saya mesti ngapain?".
Tapi tetap saya memberikan apresiasi tinggi, kepada mereka yang kursus untuk mempertajam potensi diri, yang ngikut orang untuk menduplikasi benih-benih keberhasilan dan yang melamar sana-sini untuk mendedikasikan potensi. BUKAN untuk mengemis instruksi dan sekedar menyadong rejeki.
No comments:
Post a Comment