Kebanyakan pengungsi adalah anak dibawah umur, dan orang tua di atas umur. Anda bayangkan malam ini Anda sedang persami, tidurnya memang tidak di dalam tenda tapi di ruangan, dan diruangan itu kecukupan alas tidur terbatas, paling ada terpal dan klasa, juga kardus.
Kalau itu Anda, tidak jadi soal. Tapi bayangkan kalau nenek Anda tidur tanpa kasur di atas udara lantai dan ruangan yang dingin. Celana dalam yang ganti baru tidak membuat serta merta mereka menjadi terlindungi daya tahan tubuhnya dari meriang.
Ini arah tulisan saya bukan sedang membanding-bandingkan ini lebih penting dari itu atau sebaliknya, bukan, arah saya adalah bahwa inilah kepedulian beberapa orang disana, makanya ketika SBY datang ke posko pengungsi Balita dan Manula dipinjami kasur. Sayangnya, setelah SBY pulang kasurnya diambil lagi, hanya takut ditegur mungkin "Ini kok tidur tanpa kasur!"
Berangkat dari itulah mengapa obyeknya kasur. Kasur menjadi kebutuhan mendesak tahap II, kalau di taap I tanggap darurat bencana tentu makanan dan keamanan lebih prioritas. Tetapi di tahap II pemulihan ini, penjagaan kesehatan mesti ditingkatkan. Terlebih kasur bermanfaat bukan hanya ketika sedang mengungsi, tetapi untuk mengganti kasur mereka yang rusak serta yang seumur hidup belum pernah menikmati kasur untuk tidur mereka.
No comments:
Post a Comment