Angka 1000 bisa diartikan mengisyaraktkan banyak makna, bisa juga diartikan tidak bermakna apa-apa. Sekedar angka, wujud tekstualitas belaka bahwa yang me-rengga (menopang) program ini banyak kalangan, ada teman-teman dari Red Apple, dari kalangan L22 dari Kukuh Prasetiyo Foundation (KPF), dari Alumni SMA 2, dari Stematel, dari Komunitas Blogger, dari komunitas sepak bola, dari sivitas kampus, dari Ormas dan lain sebagainya.
Kali ini saya ingin memaknai dari sudut pandang saya pribadi kenapa menyepakati keberadaan angka 1.000 itu. Begini... jreng jreng jeng jreng...
Hari-hari terakhir ini, hal yang mebuat saya resah adalah soal kesungguhan diri saya sendiri. Mungkin ini syndrom dari membaya buku MYELIN karya Renald Kasali. Saya obrolkan hal ini dengan teman baik saya, kenapa ya ini, itu, anu, ono tertunda semua?
n
Angka 1000 saya baca sebagai target yang 'banyak', apalagi ada pewaktu deadline akhir. Salah satu pemicu kesungguhan adalah target. Kenapa beberapa hal tertunda demikian parah hari-hari belakangan ini adalah karena saya tidak mencangkan target kuantitas dan target waktu, walhasil, seolah berapapun yang saya dapat, saya syukuri, sehingga karena merasa sudah cukup alim dan tawadhu' dengan syukur itu makanya yang saya dapat tidak ada, kecuali ketertundaan.
Begitupun, karena tidak ada target waktu, seolah-olah umur saya turah-turah terlewat panjang, lupa kalau satu setengah bulan lagi sudah ganti tahun. Alangkah naasnya nasib diri ini akibat pengabaian penyusunan target sebagai salah satu alat mencapai kesungguhan.
Di 8 hari yang mengawali bulan Dzulhijah ini, saya ingin mengoreksi semua itu dengan memaksimalkan upaya saya di program Wakaf 1000 Kasur ini. Kalau angka 1000 tercapai bahkan terlampaui, bukan popularitas bahwa program ini besar yang saya kejar, tapi bahwa saya sudah melatih diri saya untuk tahu bagaimana caranya sungguh-sungguh.
Mari baca 1000 sebagai 'kesungguhan'. Selamat belajar yang mau sama-sama belajar dengan saya.
No comments:
Post a Comment