Gosipnya, mulai tanggal 1 Januari 2011 nanti BBM bersubsidi dilarang dipakai untuk kendaraan tahun 2005 ke atas. BBM jadi mahal. Kita cemas dengan hal itu? Sebagian besar dari kita pasti mengatakan "Iya, saya cemas". Cemas boleh, tapi jangan berlebihan, karena sesungguhnya ada yang lebih cemas dari kita. Siapa mereka yang lebih cemas dari kita atas pemberlakuan aturan itu? Mereka adalah perusahaan-perusahaan penjualan mobil, mereka sangat perhatian pada kita, cemas kalau-kalau kita tidak bisa menggunakan mobil hanya karena tidak bisa mengisi bahan bakar.
Begitu juga ketika kondisi politik memanas, perlukah kita cemas akan ada kerusuhan disana-sini yang membuat mall dan pasar tutup? Tidak perlu kita cemas, karena ada orang yang begitu perhatian dan mencemaskan kita, siapa mereka? Perusahaan asing yang sudah kadung mengirim produk-produknya untuk dijuali di sini.
Back up kita cukup kuat, sehingga tak perlu cemas kalau Malaysia menabuh genderang perang. Negara-negara maju yang mengirimkan produk mobilnya hingga membuat banjir asap negeri ini akan ada digaris depan, cemas kalau-kalau calon pembeli yang notabennya adalah rakyat Indonesia tidak aman dan menunda membeli mobil.
Praktek apa ini? Ya praktek pengamanan untuk Indonesia, Indonesia dilindungi oleh seluruh dunia, sehingga bencana harus cepat pulih, karena kalau berlama-lama, produk2 mereka di supermarket area bencana akan mubazir.
Sesungguhnya praktek semacam itu bukanlah hal baru, itu sudah berlangsung sejak zaman Soekarno masih bertahta. Sayangnya Soekarno tidak pro kepada mereka, Soekarno lebih berterima kasih kepada Blok Timur yang memberi tanpa pamrih, menyumbang tanpa iming-iming, berhibah tanpa pikir panjang.
Ketidaksukaan Soekarno pada niat baik negara-negara Blok Barat yang dipimpin oleh yang kita agungkan bersama sang Amerika Serikat membuat mereka geram. Geram karena niat baik mereka melayani Indonesia tidak bisa dilakukan secara mulus, Soekarno terlalu cerdas untuk dibodohi.
Maka, melalui CIA disusunlah berbagai propaganda revolusi Indonesia, revolusi untuk mewujudkan Indonesia yang leluasa untuk dilayani. Dan goro-goro nya adalah peristiwa G30S/PKI, satu tonggak perubahan besar sebuah bangsa yang tidak pernah serius untuk ditelusuri kebenaran atas fakta-faktanya.
Tidak ada tindak lanjut setelah jenazah A.Yani divisum dan tidak ditemukan adanya bekas tanda-tanda penganiayaan di tubuhnya. Tidak tergerak untuk menseriusi investigasi ketika jutaan set tulang belulang ditemukan di daerah Jawa Timur.
Guru sejarah tidak sungguh-sungguh dibantu untuk dapat menjelaskan, kalaulah G30S/PKI adalah sebuah pemberontakan besar, kenapa semudah itu dipatahkan. Siapakah yang mematahkan? Sehebat itukah? Atau ia sekedar tukang tambal ban yang menyebar sendiri paku yang akhirnya menempel di ban kendaraan yang dia tambal itu?
Dari mobil-mobil yang terus lestari di jalanan negeri ini, bertambah pesat tiap tahunnya, terproteksi kemampuan beli penduduknya, hingga kejanggalan-kejanggalan dibalik proses massal antipatiisme kepada PKI, akan terunut, di tangan siapakah kedaulatan negeri ini dipegang?
No comments:
Post a Comment