Sudah gelap, apalagi kalau gerimis turun, semakin terasa gelapnya melintas jalur yang disisi kirinya ada sungai buatan memanjang mendampingi jalan. Ditambah lubang-lubang dijalan yang cukup menguji suspensi kendaraan kita, sempurnalah perjalanan melewati daerah yang dinamai orang Ketanggungan itu.
Dengan kecepatan maksimal yang bisa dicapai, dan menyakitkannya lubang-lubang yang membuat kita kejeglong disana, rasa-rasanya putus asa deh berpikir Jakarta bisa dicapai hanya dalam beberapa jam. Hm, tidak enak memang ketika episose perjalanan hidup masih di area ketanggungan.
Cengap-cengep, serasa hidup segan mati tak mampu. Membuat target-target baru hanya mencekek leher saja. Menyiapkan uang Tol Bakrie juga terlalu dini. Belum ketar-ketir rasa hati, merasa sendirian karena hanya ditemani sepinya padang ilalang dan lubuk semak belukar di kiri kanan, satu-satunya teman ngobrol hanya penyiar radio. Ada suara, dekat dan keras, tapi dia ngobrol sendiri, kita ngobrol sendiri. Hueh...
Daripada putus asa, mending jalan terus saja pelan-pelan. Yakin saja kamu tidak sedang salah jalan. Memang kalau mau ke Jakarta ya lewat situ, ketanggungan. Dan setidakenakpun trek di ketanggungan, jangan pikirkan itu, tidak selamanya kok treknya seperti itu, nanti juga ada tol pejagan, ada tol kanci ada tol cikampek.
Kalau kamu pernah ke Jakarta, dijelaskan adanya tiga tol itu mah percaya-percaya saja. Tapi coba bayangkan kalau yang diberitahu bahwa nanti juga akan ada tiga tol itu kepada orang udik, nderik, ndeso, katro yang perjalanan terjauh cuma sampai Gunung Lurah, ya butuh puluhan seminar motivasi untuk meyakinkan bahwa tol-tol itu benar-benar ada.
Jangan berhenti dulu, ini masih Ketanggungan.
ga nyasar ko ka,,cuma belum nyampe,,ayo semangat!!
ReplyDelete