Dulu mereka mungkin pemberani. Aktivis yang giat di jalanan bahkan mungkin pernah kena sentuhan penjara. Bentrok dengan polisi dan terntara bisa jadi menu sehari-hari. Tapi nyali itu ternyata tidak berusia lama. Keberanian kerap kali kurang bertahan panjang di badan. Semangat perlawanan dan anti kemapanan nyatanya mengenal kata istirahat. Uang dan jabatan telah membuat mereka bersimpuh. Nyali berganti watak pengecut. Suara kritis berubah jadi kompromi. Lalu sikap anti kemapanan berubah menjadi pribadi borjuis yang haus akan popularitas dan posisi. Sehingga ketika menjadi pengecut, mereka sibuk membela diri.
Sehingga ketika menjadi pengecut, mereka sibuk membela diri.
(Eko Prasetyo, APTR Hal 129)
No comments:
Post a Comment