Jaman saya kecil dulu, kalau teraweh ribut sendiri, jalan-jalan, lari-lari, njungkel-njungkel tidak jelas. Begitu sudah witiran baru ikut sholat dan pas doa penutup menunjukkan ekspresi paling khusyuk. Hm, apakah sikap saya itu tidak diketahui oleh sesepuh pinisepuh yang sholat di deretan terdepan? Saya yakin mereka tahu, hanya saja mereka mahfum, lumrah-lah, namanya juga anak.
Lumrah, hal ini pula yang diungkapkan Kanjeng Nabi Muhammad SAW ketika diludahi, bahkan dilempari kotoran. Beliau tidak marah, tidak membalas, bahkan orang yang tiap hari mencaci maki, suatu kali sakit, beliau jenguk.... Baginya : Lumrah kok, karena mereka belum tahu.
Sambil senantiasa berharap, untuk dosa-dosa kita yang diulang terus menerus. Untuk tobat-tobat yang penuh basa-basi. Untuk doa-doa kita yang wagu-wagu. Untuk amal-amal kita yang kecil-kecil tidak ikhlas pula. Semoga Allah pun mengatakan : Lumrah... namanya juga manusia, hamba-hambaKu, memang begitu adanya, Aku syukuri upayamu.
As a lumrah is same with as a default. May be...
lumrah wong lare napa napa ngih di lakeni ^_^
ReplyDelete