Mungkin betul kata Mbah Nun, Agama Tauhid itu sudah berkembang di tanah Jawa jauh sebelum masuknya Risalah dan Syariat Rasulullah SAW. Itulah kenapa disini banyak sekali istilah-isitilah yan merepresentasikan prinsip-prinsip keanggunan dan keagungan moral. Bahkan orang yang berkualifikasi tinggi, berkelas atas, disebutnya "njawani".
Jawa, di tanah ini kita bukan hanya disuruh mempraktekkan salah dan benar, baik dan buruk, tetapi juga indah dan tidak indah. Salah satu prinsip moral yang benar, baik dan indah adalah "ngewongke".
Apa itu "ngewongke"? dalam makna luas mungkin butuh satu jilid khusus hanya untuk sekedar memaparkan kata ini. Kali ini kita batasi dulu. Contoh ngewongke itu stiker yang Aa Gym buat di pintu kamar mandi masjid Daarut Tauhid, disitu tertulis dengan simple dan rapih tapi cantik : TSP : Tahan buang sampah sembarangan, simpan sampah pada tempatnya & pungut sampah insyaallah sedekah.
Bandingkan kalimat-kalimat di atas dengan kalimat ini : DILARANG KERAS mempergunakan masjid untuk hal-hal yang tidak-tidak.
Kalimat pertama menunjukkan bukan hanya satu kesantunan kalimat, tetapi juga ruh kalimat dimana si pembuat kalimat "ngewongke" orang yang diajaknya itu berperadaban tinggi, berakhlak positif dan pantas disayangi.
Bandingkan dengan kalimat kedua, seolah orang-orang disekelilingnya yang menjadi obyek tulisan itu adalah dia : berperadaban rendah, berakhlak yang tidak-tidak dan bukan saudara sendiri. Bukan hanya pakai kata DILARANG, tetapi juga KERAS bayangkan.
Betapa kalimat pertama di-ruh-i dengan kepercayaan yang begitu tinggi bahwa yang membaca akan mengerti dengan cepat dan tepat, sedangkan kalimat kedua di-ruh-i kecurigaan bahwa ada peluang besar ia akan dilanggar mentah-mentah.
Itulah ngewongke salah satu bentuknya, kata Bunda Ery, ngewongke itu lebih tinggi derajatnya dari "open". Anda tahu "open"? Open saja sudah demikian tinggi kemuliaannya, lah ini kok di atasnya lagi.
Mari kita belajar ngewongke, bukan memperlakukan orang sebagaimana yang kita inginkan, bahkan bukan memperlalukan orang sebagaimana kita ingin diperlakukan, tetapi memperlakukan orang sebagaimana orang itu ingin diperlakukan.
*e pada open dibaca seperti e pada pepes.
** ngewongke as harfiah means : mengorangkan
No comments:
Post a Comment