Puluhan sopir penjemput anak sekolah dan penggu rumah sakit di ruas Jl. Gatot Soebroto, Purwokerto kisruh dengan Satuan Polisi Pamong Praja. Keributan ini terjadi karena Satpol PP yang sendiko dhawuh dengan Bupati itu menggusur mobil-mobil yang parkir mengganggu ketertiban di ruas dan bahu jalan sekitar SMA Bruderan itu.
Hm, mungkinkah berita itu beneran? 100% mustahil. Tidak ada mobil orang kaya yang berjejer setiap hari menyalahfungsii ruas jalan untuk parkir menjemput anak sekolah dan menunggui rumah sakit itu disebut menyalahi fungsi penggunaan sarana publik, apalagi disebut mengganggu ketertiban umum.
Yang mengganggu ketertiban umum itu lapak-lapaknya orang miskin, yang keluar rumah meraup pahala dengan nawaitu menghidupi keluarga. Kadang malah untuk lapak-lapak itu satpol PP digiring seperti Assshuu!!! oleh majikan-majikan yang bhaanggsaaatttt!!! (Berita penggusuran kaki lima adalah berita yang paling saya benci, laknat! Mbok ya pake cara yang lebih baik Su!!!)
Bercita-cita jadi presiden samahalnya bercita-cita menjadi herder. Sejak zaman kumpeni sampai saat ini, tidak ada yang berubah dalam tatanan kedaulatan bangsa. Dulu Inlander tunduk manut kepada Kapitalis dari Pemerintah Hindia-Belanda. Sekarang juga begitu.
Rakyat pribumi itu dapat golongan kelas 3, kereta ekonominya kayak kandang ayam, menggusurnya kayak menggusur ayam. Sedangkan orang China mendapat kasta kelas 2, tokonya enggak bayar pajak enggak apa-apa. Eh sementara orang-orang barat kastanya nomer 1, baliho perusahaannya dimana-mana. Mal, pabrik merusak lingkungan hidup, dibiarkan saja.
Negara itu cuma kaki tangan, cuma alat, bagi kepentingan kapitalisme global. Pensejahtera rakyat sesungguhnya adalah kapitalis lokal baik hati. Mending belajar jadi itu saja.
No comments:
Post a Comment