3/7/11
25 | Netes
Jenuh dengan seminar, jenuh dengan pendidikan, pengajaran bahkan penghikmahan yang diformalkan, itu mungkin makanya saya begitu menikmati Mocopat Syafaatan beberapa bulan ini bersama Cak Emha dan simbah-simbah Kiai Kanjeng di Yogya.
Mungkin kejenuhan yang sama yang membuat saya betah bersendiri-sendiri di atas kereta, di atas rel atau di atas bangku peron stasiun. Mungkin kejenuhan yang sama pula yang membuat saya begitu menikmati obrolan penuh hikmah di ruang tamu Ponpes Cintawana bersama Ust. Rofiq.
Jengah dengan dunia wacana, muak dengan kehidupan yang terkotaki filosofi. Rasanya ingin mencebur ke dunia nyata seperti anak-anak mencebur di bawah air terjun kali bacin. Rasanya ingin menetas dari kesempitan hari-hariku ini seperti anak ayam memecah cangkang telornya.
Capek dicurigai terus, yang berdampak akupun menjadi orang yang penuh curiga. Capek dirongrong target-target luar biasa diatas landasan jam demi jam, hari demi hari yang biasa-biasa saja. Capek ditendensii terus yang berwalhasil akupun menjadi manusia tendensius.
Mimpi yang terus-terusan diikat hingga tak pernah melesat. Dendam yang terus ditim dalam dandang kecurigaan dan prasangka negatif. Utang yang terus membubung seiring dengan naiknya grafik apresiasi emas.
Umur yang semakin menua menjadi sebuah warning buatku untuk lebih berhemat dan cermat menggunakan waktu. Bosaaaaan hidup di dunia wacana.
Saatnya netes, saatnya mencebur, saatnya memelarkan semua yang mengekang... Welcome to : Expanding of March.
*Netes : Menetas
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment