5/31/17

Belum Tentu

Kalau ngomong bab bebrayan, bisa brayan di kala rekasa belum jaminan akan tetap bebrayan di kala gembira. 

5/12/17

Sok Sufi

Bukan hanya bakat spiritual yang menjadi kecenderungan orang timur. Hidup di kota ini juga lingkungannya sangat mendukung untuk menjadi spiritualis.

Spiritualis dalam arti anti-materi, itu yang repot.

Padahal spiritualis harusnya beyond materi. Kapan bedanya kita menjadi anti-materi & beyond meteri? Cek saja, kamu anti manajemen, atau kamu mengerjakan 10 hal dan salah satunya yang tidak terlupakan adalah 1 hal : manajemen.

Menjadi sufi di sini gampang. Apalagi sekedar berlagak nyufi. Yang sulit minta ampun di sini itu : menjadi profesional.

5/5/17

Tabungan

Apa itu tabungan? Sesuatu yang kita miliki, tetapi dititipkan pada orang lain atau pada suatu tempat.

Aku ingin bercerita tentang tabunganku. Sebuah tabungan yang kalau-kalau di depan nanti ada hal mendesak, semoga bisa aku pecahkan kendilnya.

Kalau aku merasanya keadaan sudah mendesak, tapi kendil tak jua bisa dipecahkan. itu artinya keadaan belumlah mendesak. Perasaanku saja.

Setelah sekitar satu setengah tahun aku merintis sebuah usaha beberapa tahun yang lalu, sebagian pra-sarana sudah nyaris sempurna. Sebagian modal aku dapatkan dari kawanku yang menjadi sekutu pasif kala itu, sebagian dari kantong pribadiku.

Sampai pada suatu ketika, salah seorang dari timku 'membelot'. Santun cara yang dia lakukan memang, aku dirongrong urusan uang. Sebuah pilihan tema klasik sebetulnya, uang. Solusinyapun sederhana: Silahkan kamu keluar, bahwa semua yang ingin kamu bawa. Dan betul, nyaris semua yang sudah dibangun bersama-sama ia bawa, plus aku sangoni dia beberapa gepok uang cash.

Selesai perkara, begitu pikirku. Akupun kembali merintis dari awal. Tidak dari nol sama sekali, sebab banyak juga aset intangible yang melekat di benakku dan tidak bisa dia bawa.

Sempat kaget, bahkan beberapa aset intangible pun ia bawa pula. Jejaring pasar salah satunya.

Thats okay, aku kembali mengalah. Cari pasar baru.

Dua kali mengalah belum cukup, harus sekali lagi mengalah. Apa itu? Orang itu tentu tidak ingin mendapat cap jelek sebab membawa untuk dirinya sendiri sesuatu yang sudah dibangun bersama. Tahu apa yang orang itu lakukan?

Orang itu menyiarkan kepada orang-orang, bahwa aku meninggalkan orang itu sebab aku sudah berhasil mengeruk uang. Ada dana hibah yang aku peroleh, ia siar-siarkan dana hibah itu aku peroleh sebab telah berhasil mengumpulkan data dari orang-orang yang selama ini aku ajak terlibat.

Padahal aku tidak pernah mengumpulkan data yang ia maksud, apalagi menjualnya. Dana hibah aku peroleh karena penilaian atas ide usahaku, bukan atas usaha eksisting yang ia bawa pergi itu semua.

Aku pun lagi-lagi memilih diam. Malas aku bersengketa urusan begitu. Kalau mau bukti, cek saja bendel dokumen hibah itu, apa ada data orang-orang yang seperti ia sebut-sebut itu. Cek juga, semua dana hibah aku belanjakan untuk investasi, tidak ada cash yang aku ambil.

Oh pantas saja, tidak ada satupun orang yang menanyakan tidak pernah hadirnya aku di tempat itu lagi. Sebab orang-orang tahunya aku adalah penjahat sosial, yang datang meng-collect data, lalu kabur setelah mendapat hibah.

Itulah yang aku maksud tabunganku. Ketika sekian tahun berlalu aku bertemu dengan orang itu di sebuah acara makan siang di sebuah hotel, semua berlangsung baik-baik saja seolah-olah semua sudah benar adanya.

Begitulah. Untuk pelajaran mengalah aku sudah lulus. Aku tidak akan mengungkit-ungkitnya lagi. Catatan ini cukup sebagai arsip saja.

Setelah bab mengalah, berikutnya setelah ini aku tinggal mengambil SKS ngotot.

Selamat belajar.

Mei Hectic

Diluar prime activity, ada 10 project yang berdatangan bulan ini, Mei. Baru ada 4 team yang qualified. Selebihnya mau tidak mau musti dikerjakan sendiri. Sudah tidak ada waktu mengkualifikasi team tambahan.

Sebisa-bisa saja. Kalau pun tidak tuntas, gak patheken! 

Ngono wae cah!