2/24/10

Menggeser Pengharapan

Kata “entrepreneurship” yang di Indonesiakan menjadi “Kewirausahaan” berasal dari kata perancis “entreprende” yang berarti berusaha. Dalam konteks bisnis berarti memulai sebuah bisnis. Ada banyak definisi dari kata entrepreneurship yang dikemukakan para ahli. Salah satunya yang paling saya sukai adalah menurut Peter Drucker yang menyatakan bahwa yang dimaksud entrepreneurship adalah “aktivitas yang secara konsisten dilakukan guna mengkonversi ide-ide yang bagus menjadi kegiatan usaha yang menguntungkan.

Sebenarnya latar belakang keilmuan saya sangatlah tidak memadai untuk membahas apa dan bagaimana atau seluk beluk entrepreneurship itu sendiri. Hanya karena perjalanan hidup memaksa saya (tentu saja bersama suani) untuk mau mempelajarinya. Melalui tulisan ini pula sebanarnyalah saya dalam rangka belajar sembari memenuhi tantangan pak Ersis untuk mewujudkan menulis. Tema ini yang saya pilih karena saya merasa inilah yang paling berkaitan dengan apa yang saya alami.

Dimulai sekitar 6-7 tahun yang lalu ketika buku Rich Dad Poor Dad nya Robert Kiyosaki ramai diperbincangkan orang. Buku yang betul-betul telah sanggup mengguncang dunia. Saya sendiri ketika membeli buku itu tidak tahu-menahu isinya bakal bagaimana. Saya hanya tertarik judulnya. Toh begitu selesai membaca, saya penasaran untuk mengikuti seri selanjutnya Cashflow Quadrant kemudian Retire Young Retire Rich. Agak-agak terprovokasi juga dengan pemaparan dan segala iming-iming yang ditawarkan buku tersebut. Siapa orangnya yang tidak menginginkan kebebasan financial, punya lebih banyak waktu luang untuk keluarga, tidak perlu bekerja keras (karena uang yang akan bekerja untuk kita) dan akhirnya bias pension di usia muda –kaya raya- bisa berkeliling dunia. Siapapun orangnya pastilah tergiur.

Dalam keadaan masih membayang-bayangkan untuk berani memulai usaha sendiri, tiba-tiba suami dihadapkan pada pilihan yang sulit. Perusahaan tempatnya bekerja menawarkan 2 opsi. Pertama terus bergabung dengan menejemen baru yang artinya masa kerja dianggap nol tahun. Atau keluar dengan mendapatkan sejumlah pesangon (waktu itu masih sesuai keputusan menteri). Normalnya, kabar tersebut akan membuat kami panik, tetapi saya biasa saja menanggapinya bahkan bisa dikata justeru bersyukur. Singkat kata akhirnya kami memutuskan untuk memulai bisnis kecil kami sendiri.

Kami pulang ke kota kecil darimana saya berasal, dengan pertimbangan kami sudah pernah membangun ruang usaha yang terpaksa saya tinggalkan karena harus mengikuti suami yang sering berpindah-pindah.Di kota kecil ini kami memulai usaha kami. Dalam waktu singkat, usaha yang kami rintis tumbuh dengan cukup signifikan. Kami pun tergoda untuk segera menambah jenis usaha lain. Dan inilah awal bencana. Karena menjadi tidak fokus, usaha pertama yang secara fundamental sebenarnya belum cukup kuat mengalami kemunduran bahkan akhirnya benar-benar kami tutup di tahun ke empat. Sedih sekali rasanya.

Jatuh bangkrut apapun alasan dan penyebabnya terasa begitu menyakitkan. Beruntung masih ada usaha semacam business opportunity yang kami miliki. Waktu itu kami benar-benar hanya sanggup menggaji satu orang pramusaji (karena bisnis makanan) untuk bergantian jaga dengan suami. Itupun pada saat-saat ramai saya harus turut membantu. Anda bisa bayangkan bagaimana kehidupan kami waktu itu. Hampir semua harta yang kami punya terjual, bahkan TV dan computer yang semestinya satu-satunya hiburan ikut terjual.

Bangkrut adalah suatu kondisi yang benar-banar sanggup menghancurkan segala potensi diri maupun keluarga. Begitu sakit begitu membuat nyaris putus asa. Pada saat kesedihan begitu mendalam tidak ada lagi yang bisa kami perbuat selain tetap bekerja meski dalam keputus asaan.

Pada saat inilah hadir buku yang sangat menyejukkan hati La Tahzan Jangan Bersedih. Saya beli juga buku itu meski harganya cukup mahal untuk ukuran kami, karena setiap rupiah yang kami kumpulkan harus dibelanjakan dengan sangat hati-hati. Buku inilah yang sanggup membangkitkan semangat kami kembali. Buku ini pula yang mengajari kami untuk berani menghadapi hidup dengan segala manis getirnya, naik turun, susah senang. Karena hidup tidak selalu bergula.

Dari perjalanan hidup kami ini, ada yang ingin saya bagikan kepada anda dan kita semua Pertama, jika anda dan kita semua masih menganggap bahwa entrepreneurship adalah tentang cara bagaimana menjadi kaya, adalah suatu kesalahan. Kewirausahaan lebih mengacu kepada nilai kemampuan dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang akan dihadapi. Kedua, Kewirausahaan bukan semata-mata tentang mengajari cara untuk berdagang dan memulai bisnis sendiri. Karena dalam kewirausahaan selalu ada prinsip-prinsip keluhuran budi, jujur, ksatria mau bekerja keras dan tidak mudah menyerah.

Kita melihat bagaimana para wirausaha yang berhasil dengan gemilang selalu mengajarkan bahwa tidak ada jalan mudah menjadi kaya, semua diawali dengan kerja keras, konsisten dan berkelanjutan. Tidak cepat puas dan selalu bersyukur untuk kemudian tidak dengan egois kekayaan itu digunakan untuk bersenang senang semata.

Terakhir yang ingin saya bagikan adalah jika anda sedang bersiap memulai bisnis anda sendiri, camkanlah nasehat ini. Merintis usaha semata-mata untuk menjadi kaya bisa dipastikan gagal. Geserlah pengharapan dengan menambah nilai-nilai yang ingin dicapai dari usaha anda itu. Karena seberapa kecilpun ukuran suatu usaha jika dimulai dengan niat baik, cara-cara bersih, keberanian dan kemandirian akan jauh lebih mulia bila dibandingkan dengan sebuah perusahaan besar yang bergelimang fasilitas sarat kolusi dan penuh keculasan. Ketika semua kebutuhan diri dan keluarga telah bisa dipenuhi segeralah bekerja untuk orang lain. Itulah nilai-nilai kewirausahaan atau yang dalam bahasa kerennya disebut entrepreneurship.

::Penulis : Ibu Reny Widyaningrum::

Bagaskara Menjer Kawuryan

Kabut pekat masih menyelimuti, semua limbung dan menderapkan langkah sekadarnya. Entah, arahnya salah atau benar, yang penting tidak ditempat.

Ditengah terbatasnya jarak pandang, muncul masalah baru, yakni saling curiga. Taktikpun disusun, untuk bagaimana-bagaimananya yang terbaik. Semua berpencar dan pada saatnya akan sampai di satu titik, di titik dengan sandi Bagaskara Menjer Kawuryan.

Artinya, matahari yang bersinar terang, tidak kabut lagi.

???

Pre-Test

Orang pada kasta ketiga adalah dia yang merasa untuk berubah, dirinya perlu orang lain. Untuk berbuat, dia menunggu variabel diluar dirinya, entah itu waktu, materi, teman, atau apa saja yang bisa dibuatkan dalih. Inilah kasta orang-orang yang merasa dirinya bergantung oleh dunia diluar dirinya, entah itu orang lain, uang atau waktu.

Orang pada kasta diatasnya adalah dia yang tidak lagi bergantung, dia bisa memulainya seorang diri, dia bisa memikirkannya seorang diri, dia bisa mengerjakannya seorang diri. Inilah kasta orang-orang yang mandiri.

Orang pada kasta diatasnya lagi, kasta teratas adalah dia yang sudah memulai, mengerjakan dan sampai pada titik kesadaran bahwa dirinya membutuhkan keterlibatan orang lain untuk bisa mempertahankan apa yang telah ia mulai, yang telah ia kerjakan. Itu sajakah cirinya? Tidak, ciri lainnya adalah dia menjadi pribadi yang sadar bahwa dirinya dibutuhkan orang lain, perannya dinantikan orang lain, keoptimalan perannya adalah harapan orang lain. Ya, merasa membutuhkan sehingga dia tidak membatasi antara dirinya dengan orang lain, dan merasa dibutuhkan sehingga ia mencoba dirinya yang semaksimal dia bisa, menjadi him or hersuperself.

Itulah kenapa kita harus ngotot untuk memaksimalkan diri. Bukan agar panggung penampilan kita berbinar, tetapi agar orang lain menerima yang terbaik yang bisa kita berikan. Apalah artinya kita ada, kalau kita tidak bisa digunakan oleh orang lain? Bukankah cita-cita tertinggi kita adalah menjadi manusia yang berguna? Itulah Strategic Collaboration.

Akan Selalu Dipersalahkan atau Salah

Akan selalu ada orang yang akan menyalahkan tindakan kita. Karena setiap tindakan memiliki banyak kemungkinan motif, karena setiap motif bisa diintepretasikan dengan beraneka sudut persepsi.

Selalu ada alasan untuk menyalahkanmu. Selalu, selalu, selalu itu. Namun, selalu ada celah untuk tetap mempertahankan bahwa tindakanmu itu benar.

Satu-satunya tindakan yang tidak punya celah untuk dibenarkan adalah ketika kita diam saja, tidak berbuat. Yah, memang ketika diam, atau sedikit berbuat, orang sedikit menyalahkanmu, bahkan tidak ada satupun orang yang menyalahkanmu. Namun, jangan bangga, bisa jadi di saat itu adalah saat dimana kamu salah tanpa dipersalahkan orang atau salah tanpa sadar bahwa itu salah.

Teorinya seperti itu, prakteknya pedas, pahit, asin, getir dan membikin mual, tahan saja. Self Control.

Berharaplah pada Manusia, dan Tunggulah Saat Kecewa

Datang ke seseorang dan berharap dia akan memperkayamu? lupa ya kalau diapun butuh kekayaan
Datang ke seseorang dan berharap dia mengangkat derajatmu? lupa ya kalau diapun butuh meninggikan derajatnya sendiri
Datang ke seseorang dan berhadap dia mendengarkanmu? lupa ya, sewajarnya manusia biasa, diapun butuh untuk didengarkan orang lain.
Datang ke seseorang dan berharap dia membantumu? lupa ya, diapun manusia biasa yang tidak bisa hidup tanpa pertolongan orang lain
Datang ke seseorang dan berharap dia mengertimu? lupa ya kalau diapun butuh untuk dimengerti

Berharaplah pada orang itu, dan bersiaplah kamu kecewa karena harapanmu hanya akan bersisa kosong belaka.

2/22/10

Apakah

Apakah, pada akhirnya saya akan ditertawai cicak?

Masih ada waktu untuk bisa menjawab pertanyaan itu dengan jawaban :  
TIDAK.

2/20/10

Inspirasi

Nanti kalau kas sudah "great" lagi, saya punya kepengenan, kita ada seminar bulanan atw dua bulanan temanya "Inspirasi Entrepeneurshiip". Nggak usah mahal-mahal lah, syukur2 sponsor mengcover, khusus delegasi hima/bem/komunitas tertentu gratis.

Niat utama buat nambah temen, saya percaya kok, ada banyak orang diluaran sana yang sedang mencari teman-teman se-visinya. Mungkin kita adalah yang mereka cari.

Jangan Ikut Komunitas!

Jangan ikut komunitas, itu pelajaran yang aku dapat hari ini. Iya, jangan ikut komunitas kalau mau hidupmu pindah-pindah jalur enggak konsisten.

Seorang fotografer tak akan jadi fotografer dahsyat tanpa ikut komunitas fotografi. Seorang railfan tidak akan menjadi railfan super tanpa gabung di komunitas railfan. Seorang motivator tak akan jadi motivator great tanpa terlibat dalam komunitas motivasi.

Beberapa hal yang menjadi inspirasi saya memaknai hal di atas :

1. Obrolan dengan seorang trainer waktu itu yang menyampaikan pemahaman bahwa, seorang guru juga butuh guru, seorang trainer juga butuh training, seorang konsultan juga butuh konsultan. Ya, sekalipun status kita adalah pembagi ilmu, kalau kita tidak menambah ilmu maka siap-siaplah ditelan bumi. Bukankah komunitas adalah tempat yang tepat untuk saling timpal menimpali ilmu?

2.  Seorang teman yang begitu idealis kini mengubah jalan hidupnya. aku mencerna hal itu sebagai karena dia tidak intens berkomunitas. Komunitaslah yang akan menjaga keyakinan kita disaat down dan mensupport kita disaat up.

3. Membangun komunitas itu tidak mudah, betul, ada instrumen yang sensitif di dalamnya, yakni : komunikasi, kepentingan dan kesediaan untuk saling memaklumi/melengkapi kekurangan. Ya, ternyata memang komunitas itu dahsyat, kita saja yang tidak menyadari kedahsyatannya. Maka wajar sulit, ibarat komunitas adalah sistem yang akan melajukan kita ke visi kita seperti pesawat yang melajukan badan kita keliling dunia. Membangun komunitas sesulit merakit pesawat, menjaga komunitas sesusah memaintenance pesawat.

Saya niatkan untuk lebih menghargai komunitas, saya tidak mau bersedih karena baru merasa setelah kehilangan, seperti terharunya Ria atas UGM saat-saat wisuda.

"Jangan karena ada, njur kita meremehkan. Pas nggak ada, baru nyari-nyari." Bukankah tidak ada sesi yang paling menyebalkan selain ketriwalnya kunci motor?

Berita Mengejutkan Pagi Ini

Betul, betul, ya ketawa ya ngikik, ya geleng-geleng, ya nggak percaya. Ketika tiga hari yang laluan seorang berinisial AFI bilang pengen segera keluar & membuka sekolah sendiri. Ealah ini seorang DWA jadi PNS? Tidak, sesuatu yang dulu buatku mustahil, dengan idealismenya, dengan daya tahan bantingnya...

Haha, aku jadi ingat kata2 seorang KP kemarin ketika bercerita seorang temannya (yang dulu juga bercerita dengan menggebu-gebunya tentang bisnis) diterima PNS, KP bilang dengan nyengirnya "malah murtad dia", begitu komentarnya.

Ah, itu si tak masalah buatku, jalan hidup adalah pilihan masing-masing. Hanya aku berdoa dan terus memaksimalkan upaya, agar aku bisa tetap survive apapun yang terjadi, sebagai aku, tetap sebagai superaku. Tepatnya superaku yang super sukses yang tidak melanggar Dasadharma dengan berkoar2 entrepeneur tapi berstatus employee negara.

Semoga tetap dikuatkan aku untuk memegang prinsipku, kalau aku harus masuk birokrasi, itu jadi presiden, tidak pada jabatan yang lain, sekalipun eselon 1 (menteri) tidak juga untuk menjadi yang tak bereselon (PNS biasa).

Kecuali :
1. PNS saat dilantik tidak pakai sumpah lagi (takut dibilang pengkhianat kalau sudah aku minta jabatan ke negara tapi diniatkan nyambi)

2. Aku sudah terlanjur kaya, seperti Dahlan Iskan, gaji dan semua fasilitas dinas untuk yatim-dhuafa 100%.

Tuhan tau niatku ini baik, semoga Dia membantuku menguatkanku, menjagaku, memberhasilkanku, amin...

Oya, ini cuplikan kabar berita dindingnya, cukup simak bagian yang dikotak ijo aja :

2/19/10

Duniaku adalah Dunia Pendidikan, Dunia Pendampingku adalah Dunia Kesehatan

Yah, begitulah, setiap melihat seorang tokoh hebat, Prof Yohanes Surya misalnya, di webnyaa ini yang terpikir di benakku adalah, bagaimana nih caranya mengundang ini orang untuk membagikan ilmunya, aku yang mengorganizeri. Begitu melintas gedung megah, yang terpikir spontan adalah, hm, gedung ini muat berapa orang ya, seminar apa yang cocok di adakan disini.

Persis seperti salah seorang sepukuku bilang, Mas Yudi namanya, ketika itu sedang jalan-jalan dan lihat orang-orang berkerumun, berceletuk dia "Pasti Rizky lagi mikir, pelatihan apa nih yang cocok & dibutuhkan mereka". Begitu juga kalau aku menyaksikan berkerumun anak-anak mahasiswa di sebuah kampus swasta sedang menunggu jam kuliah, yang terpikir, hm, kapan aku punya seperti ini, megah, aku mau lah mengajar di kampus milik sendiri.

Duniaku memang dunia pendidikan, aku ingin merampungkan buku pertamaku bukan karena ingin booming, lebih karena itu adalah syarat utama agar aku bisa menulis buku keduaku dan seterusnya sampai banyak. Aku nyaman mengisi talkshow dan pelatihan ringan. Aku suka membuat slide, membuat note, karena aku banyak terinspirasi banyak slide dan bertambah pengetahuan dari banyak note.

Aku suka menasehati secara terselubung adik-adikku, seolah sedang mempraktekkan metode belajar yang tanpa nggurui, tapi meneladani dan menginspirasii. Aku suka bertualan meraup ilmu baru, aku bermimpi akan mendapat gelar Doctor Honoris Causa atas kiprahku, tentu di bidang pendidikan.

Yah, pendidikan, pendidikan dan pendidikan. Tapi, tentu semua tahu, kalau aku sama sekali tidak bercita cita menjadi menteri pendidikan, Presiden, itu, tidak ada tawar menawar, mau ya sudah, enggak ya mending enggak usah terjun ke birokrasi. Birokrasi eselon terbawah sekalipun (CPNS).

Tanpa sadar, itulah yang aku identikkan dengan diriku dan kegiatanku selama ini. Berbeda dengan figur pendampingku, pelengkap kekuranganku, pendukung langkah-langkah majuku, penjaga keistiqomahanku, pemaklum khilaf alphaku.

Memang apotek dan klinik yang ingin aku bangun bersama dengannya. Namun, itu sekedar simbol saja kok, tak ada maksud 1%pun sedang menyentil seorang figurpun, sama sekali tidak. Aku hanya menuliskan yang tergambar dibenakku, bahwa pendampingku adalah orang yang mumpuni di bidang kesehatan. Tentu, tidak harus dia dari fakultas kesehatan dan ilmu kedokteran, kesehatan bisa dipelajari oleh latar belakang disiplin ilmu manapun.

Karena yang aku maksud adalah kesehatan-kesehatan tersederhana, pola minum air putih, tips menjaga gigi, keseimbangan gizi makanan, pertumbuhan fisik anak yang optimum. Simple-simple saja kan? Jadi, jangan GR yang orang kesehatan, jangan pula minder yang dari fakultas lain... hehe, piss.

2/18/10

Itulah

Tajam, itulah Visi
Terpola, itulah Karakter
Kokoh, itulah Pengendalian Diri
Lepas, itulah Berbagi

JK Guru Imajinerku

Lupakan atribut politiknya, abaikan nomor urut perolehan suaranya. Aku banyak belajar dari pemikiran-pemikiran gesitnya. Satu saja aku bagikan disini, kata JK, kalau mau menyelesaikan masalah, temukan dulu akar masalahnya.

Sederhana teorinya, tapi sesederhana itukah prakteknya? Ini tahap-tahapannya :

1. Jangan lawan gravitasi, ketika masalah itu memang menjatuhkanmu, ikutlah gerakan terjatuh (down) itu. Setidaknya itu tidak menguras energimu di awal.

2. Rasakanlah tidak enaknya diri dalam kondisi "down". Tapi, tetaplah berpikir waras (rasional), saat down itu bukankah saat yang paling tepat untuk meyakini kebenaran kata-kata ini : "roda kehidupan itu berputar, kadang di bawah dan kadang di atas".

3. Batasi ke'lebai'anmu dalam merasakan rasanya terjatuh itu, ketika kamu merasa itu sudah berlebihan, hingga bersifat destruktif, hingga terasa berlarut-larut seperti terjebak si pekat putih, nyalakanlah lampu kabut. Mengajak diri mengucapkkan "roda kehidupan itu berputar, kadan di bawah dan kadang di atas" adalah langkah pertamanya, menghela nafas panjang, sepanjang yang kamu bisa sembari bersama nafas itu kamu gelontorkan emosinya adalah cara berikutnya. Realease your emotion, entah apapun caranya.

4. Kamu gagal merealease? wajar, tidak apa-apa, jangan buru-buru mencap dirimu bodoh. Coba koreksi, ada yang masih keliru tidak? Biasanya realease itu gagal, karena disaat kamu terjatuh itu :

a. Tidak berani mendengar caci maki, cercaan dan sikap-sikap orang lain yang mengabaikanmu yang sebenarnya semua itu adalah isyarat semaphore  yang akan menuntunmu menuju akar masalah yang akan menjadi kunci penyelesai kejatuhanmu

b. Tidak berani mengakui bahwa kamu salah, kamu keliru, dengan sedetail-detail pengakuan kesalahan terhadap diri sendiri

5. Realease emosimu akan berhasil bersama ditemukannya akar masalah, bila point 4.b itu betul-betul total kamu laksanakan.

6. Cabutlah akar itu dalam batas kemampuanmu mencabut, jangan memaksakan diri.

Panjang-panjang aku menulis ini, aku hanya ingin memberitahu diriku sendiri bahwa, cara menyelesaikan masalah adalah dengan menemukan akarnya terlebih dahulu. Dan cara menemukan akar masalah adalah dengan membuat pengakuan sedetail-detailnya, sejujur-jujurnya kepada diri sendiri.

Sederhana.

Bagaimana Menjaga Kartu Alumni MCB?

Diantaranya pertama, dengan menjaga kualitas impian (niat sukses-mulia) kita. Kartu alumni itu akan usang seiring dengan menumpulnya pernyataan rencana masa depan kita, kalau baru dihadapkan pada kesulitan-kesulitan kecil sudah down dan merasa semuanya berakhir. Sungguh bukan tantangan yang mudah.

Kedua, dengan menjaga sholat-sholat kita tetap di awal waktu. Itu kan kunci terpeliharanya karakter hebat kita? Sama juga, tidak mudah itu.

2/15/10

Bongkar Polanya

Tahukah, apa yang dilakukan seorang anak, yang polos, lugu, tanpa banyak pengalaman, saat membangun balok mainan untuk membangun sebuah kerajaan. Lalu di tengah jalan idenya buntu, putek, stress, down?

Kemungkinan-kemungkinannya, pertama : dia nangis. kedua, dia bongkar total yang sudah dibangunnya itu, lalu dia bangun lagi sebuah pula baru, dengan kecepatan yang baru, semangat yang baru dan hasil yang baru.

Level-Level Kita & Keterbatasan-Keterbatasannya

Hambatan untuk memulai adalah keterbatasan informasi

Sering tidak, orang menginginkan dan memimpikan sesuatu, tetapi ketika berusaha mewujudkannya dia bilang "tapi bingung harus mulai dari mana?". Memulai adalah hal yang sulit, sebab sulitnya adalah karena terbatasnya akses informasi kita.

Karena itulah, cara terbaik untuk memulai segala sesuatu adalah dengan membuka diri seluas-luasnya pada akses informasi yang tidak terbatas. Dalam hal bisnis, hanya orang yang terbuka seluas-luasnya terhadap akses informasi pengepulan sayuran, informasi pemasaran komoditas ikan, informasi relasi percetakan, informasi kebutuhan pangsa pasar terhadap pelatihan dan lainnyalah yang bisa berhasil untuk memulai.

Kalau kita melihat sayur hanya ketika sudah di pasar, melihat pelatihan hanya sebagai peserta, melihat ikan hanya pada saat menyantapnya, maka kita tidak bisa memulai untuk berbuat apa-apa. Jadi, kalau hari ini masih bingung bagaimana cara memulai? bukalah otak kita terhadap akses informasi yang tidak terbatas di sekeliling kita, nyalakan internet, ambil microphone keluarkan suaramu untuk bertanya, berjalan-jalanlah gali, gali dan gali. Jangan pasif terhadap informasi.


Hambatan untuk bertahan adalah keterbatasan pengalaman

Beberapa bulan belum juga menuai untung, dipilihlah gulung tikar, atau menjual bisnis kita dengan harga murah. Mari kita koreksi, kalau bisnis yang kita jalankan itu mudah, pasti ada orang yang lebih pandai dari kita dan dia lebih berhasil serta melibas kita. Kalau bisnis itu sulit, maka orang akan enggan mengerjakan bisnis yang sama dengan kita dan kalau daya tahan kita kuat, maka kita berpotensi untuk sukses.

Bertahan itu bukan seperti menyetir di jalan yang lurus, bertahan itu persoalan meliak-liuk, menggunakan kecepatan paling efektif dengan manajemen resiko yang paling cermat. Bertahan itu seperti menyetir di track yang mengerikan, yang tidak biasa, oleh karenanyalah, siapa yang berhasil bertahan adalah dia yang memiliki pengalaman. Karena tahu setelah belokan ini, lalu belok kesini, lalu jalan licin, lalu ada reruntuhan dan lainnya semua sudah bisa dipersiapkan dengan sigap.

Nah, tapi kan seringkali itu adalah pengalaman pertama kita, bagaimana kita bisa memiliki pengalaman yang tidak terbatas? Bisa kita peroleh pengalaman itu dari orang lain. Setiap orang adalah guru bagi kita, pandai-pandailah menggali pengalaman orang lain, itu kalau mau bertahan.

Dan, kalau kita pandai menggali, bukan hanya kita diberi pengalaman, tetapi juga akan diberi simpati, misalnya dalam bentuk pinjaman uang, atau jaminan untuk pinjam uang di tempat lain, disaat-saat kita masih tekor terus.

Hambatan untuk berkembang adalah keterbatasan mimpi

Berapa banyak orang yang sudah mencapai level aman tertentu tapi mereka stagnan disitu? Karena mereka tidak mempunyai mimpi. Membebaskan diri kita dari keterbatasan untuk bermimpi adalah kunci untuk mencapai hal-hal yang luar biasa.

Karena itulah, ada kata bijak yang intinya begini "ada enam yang siap mengantarkanmu menuju sukses, dia adalah who, what, why, when, where & how."

Selamat menuju sukses dengan bertanya, bertanya dan terus bertanya.

Memoles & Membangun Marketing

Marketing, adalah pilar utama dalam setiap bisnis. Bahkan bukan hanya bisnis, tetapi juga dalam mempopulerkan karya hingga dakwah agama. Banyak orang mengetahui itu, tapi sebagian memperhatikan betul marketingnya, tetapi sebagian sisanya tidak mementingkan apa itu marketing.

Dari sekian banyak yang mementingkan marketing, tidak semuanya berhasil, karena sebagian hanya memoles dan sebagian sisanya membangun. Yang membangun marketing inilah yang berhasil.

Inilah beberapa diantara perbedaan antara memoles dan membangun marketing


Memoles marketing :
-Cukup dalam waktu singkat
-Biasanya membutuhkan dana besar (maklum, memake-up...)
-Dilakukan dengan menyebarkan brosur, kartu diskon, spanduk dan aneka rupa re-reklame-an lainnya
-Setelah brosur habis, booming issue-pun memudar, apesnya kalau issue belum booming, brosur sudah habis (layu sebelum berkembang)
-Kuncinya adalah kreatif, kreatif membuat media promo yang mahal dan wah

Membangun marketing :
-Membutuhkan waktu lama
-Kebutuhan dana dikondisikan bisa
-Dilakukan dengan memperbanyak kabin sehingga pengunjung tidak jera tiap-tiap datang harus antri, dilakukan dengan memberikan pelayanan produk jadi tepat waktu, kualitas rasa yang membuat ketagihan untuk kembali, kualitas jaringan dan teknisi yang siap dihubungi 24 jam, isi materi yang berkualitas
-Media akan menulis profilnya tanpa dibayar, orang akan menularkan promosi dari mulut ke mulut tanpa disuruh
-Kuncinya adalah telaten, telaten rugi di awal, tetap optimis walau tekor-tekor terus di awal

Hm, jadi bisa membedakan yah antara memoles dan membangun? Kalau memoles, yang penting adalah bagaimana kita menampilkan sedangkan kalau membangun yang penting adalah bagaimana kita menyuguhkan.

Belum tentu orang diuntungkan dengan tampilan menarik kita, tetapi pasti orang berkesan dengan suguhan menarik kita.

Termasuk dalam memarketkan blog kita, berikanlah pengunjung suguhan, bukan tampilan.

Bulan demi Bulan Berlalu

2009, Februari : Bulan Asuransi

Di bulan ini saya banyak berurusan dengan asuransi, mulai dari asuransi jiwa crew yang sedang muter-muter keliling Jawa, hingga ganti rugi kerugian-kerugian akibat banyak kelalaian, diantaranya kelalaian merusak kendaraan operasional. Alhamdulillah, semua kelalaian dan kesalahan yang terjadi di bulan ini bisa tercover

Maret : Bulan Somasi

Di bulan ini, rencana pembelian armada terhenti akibat sebuah pertikaian tidak bermutu. Ujung dari pertikaian adalah somasi, yang setelah kita konsultasikan kesana-kemari kita memutuskan untuk mengabaikan saja itu somasi. Dan toh, keputusan itu akhirnya benar juga, sampai hari ini kita yang disomasi masih berkibar, mereka sudah bubar.

April : Bulan Lamongan

Selain makan-makan 3 hari berturut-turut membahas rencana crew ke depan, perjalanan berkesan lainnya di bulan ini adalah roadshow ke Temanggung dan Sukoharjo. Di sukoharjo ada "someone" yang waktu itu sedang beraktivitas di gedung sebelah begitu memesonanya, sayang di sayang, sampai pulang tak sampai kita berkenalan.

Lalu apa hubungannya dengan lamongan? ya, sepanjang jalan makannya selalu di lamongan terus. Sebuah tanda kesejahteraan,hehe (seporsi kan hampir 15ribuan). Setelah itu sampai saat ini, seingat saya belum pernah deh makan di lesehan lamonganan lagi.

Mei : Bulan Sancaka

Purwokerto-Solo-Surabaya balik lagi ke Purwokerto lalu ke Malang. Setelah diantar Sancaka Bisnis dari Solo Balapan, disambut ringtone "surabaya oh surabaya" yang hanya diperdengarkan di stasiun Gubeng, akhirnya bisa menginjak gedung termewah di Surabaya, Empire Palace. Sebuah bulan perenungan diri yang melelahkan.

Juni : Bulan Radio

Kording break terbit, April 2009 edisi terakhir yang masih muncul, masih niat terbit, tapi entah kapan, mungkin ketika salah satu dari kami menikah, atau setelah masing-masing menikah semuanya. Yang jelas akan terbit lagi. Sebagai gantinya sebuah radio memfasilitasi untuk siar motivasi diri seselasa sekali.

Juli : Bulan Busway

Perjalanan di atas trans-Jakarta, menyusuri rute busway terlama yang pernah kita lakukan. Belum lupa bagaimana pegalnya Antri di Halte Matraman sampai hampir sejam mungkin, dan ditutup dengan menikmati trans-jakarta kosong dari Pademangan malam hari. Mengamati ada apa si di tengah-tengah sebuah bus gandeng, kok itu bus bisa nekuk?hehe

Agustus : Bulan Bu Puji

Di bulan ini warnet opening. Hari-hari banyak berkutat di Sumpiuh, berinteraksi dengan Bu Puji, si Ibu kontrakan kios, dengan segala kelucuannya.

September : Bulan Puasa

Bulan puasa ya aktivitasnya puasa, sayangnya seingat saya tidak pernah sekalipun buka puasa bersama crew. Idul Fitri seperti tahun2 sebelumnya diisi dengan jalan-jalan bersama belasan sepupu-sepupu, waktu itu nonton film-nya Merah-Putih. Ada satu kata-kata menarik di film itu ketika pasukan terdesak dan kocar kacir, kata-kata dari seorang anak buah kepada pimpinannya "Pemimpin boleh mengatakan apa saja kepada kami, kecuali mengatakan 'tidak tahu'!"

Oktober : Bulan Ngampus

Setelah rajin di kampus, entah apa yang didapatkan, selain deretan nilai-nilai di transkrip. Entah nilai ini nantinya buat apa, buat memantaskan diri menjadi kuli atau robot-robot berperasaan?Mungkin...

November : Bulan Martabak Unyil

Mengurusi gerobak kaki lima, waktu itu baru satu, ribetnya mengurus perusahaan kecil dengan aset dibawah 5juta, apalagi mengurus perusahaan besar ya? ah, belum tentu juga. Mulai bulan ini, banyak berinteraksi dengan orang-orang yang banyak hidup di jalan, salah satunya Pak Sarwin. Jadi tahu, bagi Pak Sarwin, bagi Pak Nasi Goreng setengah gosong, bagi Pak bakul dawet dorongan, bagi Mas penjual bakpao, ternyata arti 10.000 sehari itu sudah mewah.

Karena itu, hargailah (cara menggunakan) uang. Dan tidak lama setelah itu, sampai saat ini, saya menjalankan kembali aktivitas yang dulu pernah pas SMA, lalu terhenti, di awal di Purwokerto jalan lagi, lalu terhenti lagi, dan sekarang jalan lagi, mudah2an tidak terhenti sampai punya manajer pribadi : Aktivitas mencatat arus keluar masuk uang pribadi dengan BUKU KAS.

Desember : Bulan Agreement

Di bulan ini ada dua pertemuan yang menelorkan hasil penting, pertama di Kafe Tugu, kedua di Kafe Stasiun. Masih konsisten saya jalanka hasil-hasilnya sampai saat ini, walau kalau ditanya soal kecepatan, kadang cepat kadang lelet, perlu pembenahan.

2010, Januari : Bulan Jalan-Jalan

Hampir tidak ada pencapaian besar bulan ini, paling yang berkesan ya jalan-jalan, evaluasi besar untuk tidak terulang lagi di bulan-bulan berikutnya. Sebulan itu mahal, sangat mahal. Tapi perlu latihan keras untuk dapat meningkatkan penghargaan kita terhadapnya.

Pilih Sulit untuk Mudah atau Mudah untuk Sulit?

Mas Eko Laksono di postingan terbarunya mengutip tentang perbedaan pemenang dan pecundang, salah satu bait katanya kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, "seorang pemenang memberikan inspirasi dan solusi, sedangkan seorang pecundang menunggu orang lain memberikan inspirasi dan solusi."

Salah satu benda yang saya takuti saat ini adalah jam dinding, betapa detakannya mendegupkan kecemasan yang tiada mereda. Kok waktu berjalan secepat ini ya? Ketika banyak orang menunggu saat lulus, saat naik jabatan, saat ini dan itu, saya kok malah cemas, kenapa saat ini begitu cepat berlalu. "tolong, jangan cepat berlalu, saya belum berbuat banyak."

Memang, paling mudah saat kita dirundung kecemasan yang amat sangat ketika tidak bisa berbuat banyak adalah menyerah pada aliran waktu. Tapi Jamil Azzaini menimpali di halaman web-nya sebuah kutipan, "orang yang memilih mengerjakan yang mudah-mudah saja, dia akan menjumpai kesulitan. Orang yang mau mengerjakan yang sulit-sulit, dia akan mendapati kemudahan nantinya."

Jadi, jadi apa ya....

*merenungnya belum selesai...*

2/11/10

Bagaimana Mimpimu Sekarang

Ditanya seperti di judul itu, jawab saya "baik-baik saja".

Menara Bisnis 2010
Ruko tiga lantai yang tersekat jadi tiga sayap bangunan, tempat beroperasinya bisnis. Bangunan megah ini hidup oleh topangan marketing agent dan production agent yang betul-betul great. Ada tuh yang bagus, di Barat Alun-alun. Satu sayap untuk FO percetakan dan gudang di lantai pertama, ruang manufaktur dan finishing produksi di lantai kedua dan ruang mesin di lantai teratas.

Sayap tengah untuk ruang FO training center, diatasnya ruang manajemen segala unit-unit bisnis yang ada sekaligus ruang pimpinan dan lantai teratas aula sekaligus meeting room.

Di sayap kiri ada display roti dan snack di lantai dasar, mushola dan perpustakaan di lantai serta di lantai atasnya ada asrama penjaga gedung, transit lembur dan kamar tamu. parkir mobiloperasional bisa di depan, salah satu sayap diberi atap kanopi.

Toko Online 2011
Dengan pengelolaan web yang lebih profesional, komunikasi antara pusat dan kantor cabang dan marketing-marketing lepas serta end konsumen yang ada di luar kota bisa tetap tertangani dengan baik di toko online ini. Bayar mahal adminnya, itu tidak akan merugikan perusahaan, justru akan meleverage penjualan. Admin dibawah kendali dan kekuasaan tim marketing agent yang menghidupkan penjualan produk dan jasa kita secara super.

Kampus & Learning Center 2012
Seperti STMIK ANTAR BANGSA, nuansa kampusnya Islami, dan atmosvernya adalah motivasi. Kampus dengan angka pengangguran 0% dengan pampangan data nasib lulusan yang valid bisa dibaca semua orang. Area kampus dibangun secara hijau, sehingga dapat dimanfaatkan untuk widya wisata bahkan reguler outdoor learning activity bagi sekolah-sekolah di sekitarnya bahkan luar kota, karena disini dilengkapi dengan media pembelajaran yang mendukung.

Bukan jamannya lagi study tour tanpa tujuan yang optimal, ini jamannya motivation tour, dan tidak perlu jauh-jauh, cukup datang ke kampus kita, berinteraksi dengan pengajar dan mahasiswa disana serta memanfaatkan taman belajar dan sarana belajar yang ada.

Grha 2013
Aula terbesar, berkapasitas up to 1000 orang. full AC, full catering service, paling mewah deh di kota ini. Selain manajemen pengelolaan gedung, berkantor pula disini yayasan zakat, wakaf & sedekah. CSR bisnis dikelola disini, mitra-mitra bisnis juga selalu digiring untuk sering-sering berkunjung dan sebanyak-banyaknya setor ke tempat ini.



* Biarpun sudah 22+, masih boleh kan bermimpi?

Ngasto teng Pundi?

Idealisme memang hanya milik anak muda. Setelah sudah tidak muda lagi, kita berhadapan dengan "besok istri makan apa?", berbenturan dengan "apa kata mertua tentang status saya?" dan bla bla bla...

Karena itulah, memang di masa muda satu yang harus disadari adalah bahwa kita tidak punya pilihan, satu-satunya pilihan adalah kita harus habiskan masa itu tanpa menikmati "masa muda" sebagaimana lazimnya masa muda orang kebanyakan.

Iya, itu adalah cara untuk membuka kesempatan yang lebar dan masuk akal untuk tetap hidup dengan terus mendekap "idealisme" hingga masa muda berakhir, hingga masa tua datang, bahkan hingga waktu yang tak terhingga.

Betul kata Aan-Betutu, salah kalau sudah tidak muda lagi, tapi lebih menomorsatukan idealisme dan mengenyampingkan istri. Maka itulah, kesempatan menomorsatukan idealisme hanyalah di masa muda. Karena di masa tua (bagi yang berhasil bertahan), idealismelah yang akan membuat kita jadi nomor satu. Senada seperti kata guru olahraga saya pas SMA, Pak Sawidi namanya, kata beliau "nanti kalau sudah seumuran saya, baru tahu mahalnya waktu."

Ya, waktu menjadi begitu mahal di masa tua, bila saat muda kita banyak menghamburkannya. Idealisme menjadi hal salah untuk dipertahankan bagi orang yang sudah tidak muda, karena hal itu terjadi saat muda orang itu tidak menomorsatukannya.

Kita masih punya waktu, walau hanya tinggal hitungan bulan. Kalau kata The Massive, "Jangan Menyerah...". Semoga waktu yang sedikit tersisa ini, yang setiap harinya saya cemaskan kalau-kalau tidak produktif, bisa mengantarkan saya pada keberhasilan. Keberhasilan apa? Keberhasilan meng-goal-kan idealisme, sehingga ketika masa muda saya habis, saya masih tetap bisa memeluknya, mendekap idealisme saya itu.

Kalau saya nanti mengajar jadi dosen, itu bukan karena keharusan, tapi memang karena pilihan. Kalau istri saya harus bekerja di apotek, itu bukan apotek siapa-siapa, itu apotek sendiri. Ya, bukan karena ancaman besok tidak bisa memberi makan istri, bukan juga karena kebisingan sekeliling "ngasto teng pundi?"

Hayo, mumpung masih muda, walau tinggal beberapa bulan saja time out.

Mencari Untung dari Kesalahan

Banyak orang rugi atas perbuatan salah yang dia bikin sendiri, beberapa orang ya bisa lah balik modal. Nah, sebenarnya bisakah dari kesalahan kita justru malah kita untung? Bisa, sedikitnya ada dua cara :

Pertama : Ambillah Intan
Orang yang berbuat salah biasanya akan down, yah turun, seperti diamblaskan ke bumi rasanya. Sesak, gelap dan di depan matanya ada menganga rongga bernama "putus asa". Orang memang akan benar-benar hancur dan sirna ketika down dan tidak berusaha kembali ke permukaan lagi. Tapi orang yang cari untung, dia bukan hanya akan tetap berusaha mencari jalan untuk up kembali, tetapi pas di kondisi-kondisi terbawah, secerdik mungkin dia berusaha mencari intan disana, untuk di ambil, dan dibawa ke atas.

Intan itu bisa dalam bentuk slide presentasi pengalaman yang bisa dibagikan ke orang lain, intan itu bisa menjadi lampu merah yang akan selalu menyala ketika jurang yang bisa membuat "down" mengancam kita. Jatuh, bukannya puas dengan cidera, tetapi jatuh adalah kesempatan mengambil intan.

Kedua : Tukarkan dengan Poin Plus-Plus
Kalau kesalahan seseorang bernilai 80 point, tetapi dibalas oleh sekelilingnya hingga 200 point, maka selisih 120 point adalah potensi keuntungan orang tersebut. 120 point yang tadinya berbentuk kesabaran, tinggal dijalani saja, diterima saja cercaan, hukuman, sikap-sikap tidak enak, dan semua-muanya dengan satu niatan. Nanti kalau balasan itu sudah pool, tinggal dibawa ke point changer, agar bisa ditukar dengan poin plus-plus (nilai positif diri).

2/10/10

Menutup Sendiri Terwujudnya Do'a

Bahkan jenggotpun tidak tumbuh dalam waktu sekejap. Butuh waktu. Sekali waktu mungkin seseorang pernah bedoa kepada Tuhannya, bahkan biasanya pada saat ulang tahun teman-temannyapun ikut mendoakan, "Selamat ulang tahun, semoga semakin dewasa".

Doa minta ditambahi kedewasaan tidak "ujug-ujug" kita lantas menjadi bertinggi dan berberat badan tertentu, tidak langsung berjenggot tebal dalam sekejap. Sehari dua hari mungkin doa itu terasa seperti angin lalu saja. Lalu hari berganti bulan, bulan berganti tahun, rundungan masalah datang, dia membuat sebuah kesalahan, entah besar, entah kecil, masalah itu membuat banyak orang dirugikan. Diapun terpuruk.

Masalah lama baru akan selesai, masalah baru muncul, orang lain membuat dia marah, kesal bukan kepalang. Gantian dirugikanlah dia. Oooo.... mungkin sekilas itu seperti kejadian-kejadian biasa saja yang tidak berhubungan satu sama lain. Tapi siapa yang tahu, bahwa kesalahan yang ia perbuat, bahwa kesalahan orang lain yang merugikan dirinya, adalah bagian dari cara Ke-Mahabijaksaaan Tuhan dalam mengabulkan doanya di hari ulang tahunnya dulu?

Bagaimana seorang akan menjadi dewasa, kalau dia tidak bisa menjadi pribadi yang "memahami", memahami bahwa dalam dirinya bukan hanya ada kelebihan, tetapi juga ada kekurangan. Bagaimana pula seorang akan menjadi dewasa, kalau dia tidak bisa menjadi pribadi yang "menerima", menerima kenyataan bahwa kekurangan adalah bagian tak terpisahkan dari dirinya. Dan bagaimana seorang akan menjadi dewasa, kalau dia tidak bisa menjadi pribadi yang "mampu memaafkan", memaafkan diri sendiri atas kekurangan dirinya, memaafkan orang lain atas kekurangan orang tersebut.

Dan bagaimana seorang bisa menjadi pribadi yang memahami, menerima dan mampu memaafkan kalau tidak dikenai dengan suatu peristiwa yang melibatkan dirinya langsung, yakni masalah?

Ya, masalah adalah perintah Tuhan kepada kita untuk berubah. Berubah menjadi bertambah dewasa adalah salah satu bentuknya. Maka, pilihan di tangan kita, beberapa orang akan berkata "aku maafkan diriku sendiri" dan "aku maafkan engkau" karena ia mengijinkan doa yang ia lafadzkan sendiri itu terijabah.

Dan beberapa orang lainnya lebih memilih menutup terwujudnya doa yang sebetulnya sudah dikabulkan Tuhan, dengan terus menggerutu "kenapa aku begini? saya tidak berguna" dan "kenapa kamu begitu? saya tidak terima".

Itulah keistimewaan manusia, bahkan pilihan untuk terkabulnya doanya sendiri, ada ditangannya.

Alat Ukur atau Kekayaan?

Seringnya "pengalaman" digunakan untuk hal-hal yang kurang pas. Alih-alih pengalaman dipandang sebagai sebuah kekayaan yang menjadi milik kita, banyak orang menggunakan pengalaman hanya untuk menjadi alat ukur kejadian-kejadian saat ini dan imajinasi-imajinasi di masa depan kita.

Atas alasan itulah, mengapa orang yang tidak memiliki pengalaman justru bisa melompat-lompat dengan lincah tak terukur secara rasional, sementara orang-orang yang terlalu banyak pengalaman justru berjalan lambat bahkan jalan di tempat. Orang yang tidak pernah berpengalaman membeli motor justru berani memikirkan mobil dan mimpi-mimpi besar lainnya, sedangkan orang yang sudah pernah berpengalaman membeli motor, lebih takut untuk memikirkan mobil apalagi yang lebih besar, karena setiap kali bayangan itu muncul, terpentalkan oleh pengalaman susahnya mendapatkan motor. Kalau motor saja susah, apalagi mobil.


Padahal, pengalaman adalah guru yang terbaik. Merasa kayalah dengan segudang pengalaman yang kita miliki, bukannya merasa terbatasi. Pengalaman tidak selalu bisa tepat untuk dijadikan alat ukur hari masa kini apalagi masa depan kita.

Tepuk Tangan Belum Tentu Tanda Sayang

Apa si anehnya, seorang yang berhasil menggondol piala lantas orang itu disenangi setiap orang? Tepuk tangan bisa jadi hanya karena memang harusnya tepuk tangan, tepuk tangan bisa juga hanya karena ikut-ikutan, tepuk tangan bisa juga karena sedang membersihkan serbuk tepung di tangan.

Bukanhkan, ketika kita membuat kesalahan? ketika kita mengalami kegagalan? ketika posisi kita pada sebuah kebuntuan? Disitu adalah tempat terbaik untuk kita mengetahui adakah orang-orang yang betul-betul menyayangi kita?

2/9/10

Ditunggu di ...

Alamat :
PT. NASMOCO PURWOKERTO
Jl. Gerilya Timur No.56
Tlp ( 0281 ) 634436(hunting)
Fax ( 0281 ) 640678
E-mail : purwokerto@nasmoco.co.id 


Segera...!!!

Apatis

Apple to Apple, not Apple to Kesemek
Kita merasa tidak berguna pada saat kita membandingkan kekurangan kita dengan kelebihan orang lain.

Kelemahan adalah kekuatan yang belum ditemukan kegunaannya
Kalau melihat seseorang dengan berkasih sayang, kekurangannya itu tidak ada.

Koreksi upaya kita
Setinggi-tingginya gaji pegawai ada batasnya, serendah-rendahnya pendapatan seorang wirausaha hanya dibatasi oleh bagaimana upayanya

Bukan Be Yourself
Be Yoursuperself. Buat apa jadi diri sendiri yang malas, penunda, peragu. Tidak ada rajin dan tegas yang dengan sendirinya, semua itu dilatih.

Jadilah peniru yang luas, dalam, detail
Menirulah dengan sungguh-sungguh, hingga kita menjadi pribadi yang sulit ditiru, itulah yang namanya orisinil.

Kesimpulan
Menirulah orang-orang yang baik, pilihlah pribadi-pribadi terkemuka, tirulah untuk menyamainya kemudian tirulah untuk melebihinya. Selalu lihat diri kita sebagai pribadi yang bisa menjadi lebih.  


MTGW 1/2/10 Penjara Identitas

3B Menilai Teman Sejati

B yang pertama : Bepergian bersamanya

Ketika makanan tersisa sedikit, siapakah yang lebih diutamakan dirinya atau kita. Ketika mendaki gunung dan kita ketinggalan, ditunggui atau diabaikan. Ketika lelah, bagaimana reaksi dan sikapnya.

B yang kedua : Bermalam di rumahnya

Hanya dirumah sendirilah orang menampilkan watak ter-aslinya. Bagaimana dia bersantai, bagaimana pula saat tidur.

B yang ketiga : Berbisnis dengannya

Inilah ujian terberat seorang teman sejati, karena bisnis sangat erat dengan kepentingan. Kepentingan untuk untung, kepentingan untuk aktual. Kita atau kepentingan, mana yang lebih penting baginya?

*3B dari Supardi Lee

2/8/10

Bapak Ahmad Bahrudin

Orang tsb adlh bpk Ahmad Bahrudin, mr.kobayasi-nya sekolah qaryah thayyibah.
Simaklah pernyataan beliau ketika ditanya soal ijazah kuliah :

"wong ijazahnya tidak saya ambil sampai sekarang. Jadi setelah selesai ujian skripsi itu, sudah lulus, ya sudah. Wisuda enggak saya urus, jadi sampai sekarang saya enggak punya ijazah. Dalam hal ini, saya tidak punya gelar karena gelar itu kan dasarnya ijazah. Lha untuk apa wisuda, wong cuma dapat sertifikat."

Thkz to :: Afi

2/6/10

Menahan

Sabar itu banyak cabangnya,

Lupa tidak dipamiti, ya sabar...
Bertanya tidak di jawab, juga sabar...
Minta tolong dan balik menyuruh, lagi-lagi sabar...

Puasa itu bukan bergerak, puasa itu bergerak untuk menahan, puasa itu menahan.

2/3/10

Fungsi Handphone

Secara fungsi dasar, hape bagi saya hanya berfungsi untuk menerima dan membalas SMS. Paling adanya alarm dan agenda, fitur penting yang sering dipakai. Untuk facebookan atau konek internet, belum perlu, kenapa? karena ternyata online 24 jam dengan internet itu membuat kita justru tidak produktif. Tetap butuh waktu untuk mengisolasi diri dari internet.

Apalagi saya termasuk orang yang tidak suka menelepon, apalagi di telepon. Seperti selama ini urusan telepon menelepon lebih sering saya minta tolong Andri. Kalau urusan pribadi lah baru, itupun sangat terbatas.

Namun, hape memiliki fungsi lainnya. Yakni fungsi pencitraan. Kalau seberapa maju perekeretaapian suatu bangsa adalah cermin seberapa cerdas iptek bangsa itu, maka seberapa mewah hape seseorang bagi orang awam akan menjadi indikator seberapa tinggi derajat ekonomi orang tersebut, sekali lagi ini hanya berlaku "bagi orang awam".

Hape akhirnya dibutuhkan bukan atas fungsinya, tetapi atas perlunya kita terhadap pencitraan akibat kita memilikinya.

Pilih Mana

Lebih indah mana si? Disakiti oleh orang yang kita cintai atau disayangi oleh orang yang tidak kita cintai? Cinta, memang sesuatu yang luar biasa. Betapa, cercaan dari si-dia yang kita cintai masuk ke telinga sebagai sebuah sapaan. Sementara, belaian dari dia yang tidak kita cintai hanya membuat risih belaka.

Rumit, rumit ... nanti kau akan mengerti

*Lagi dengerin albumnya Dee "Recto Verso"

2/1/10

Jauhi MENTAL MINDER

  • Di jaman Suharto - Indonesia punya Pelita & Repelita. Sistem ini di pakai China.
  • Bali di bangun berdsarkan keunikannya - kembali di tiru di negara-negara kepulauan seperti Fiji hingga Afrika.
  • Indonesia pakai sistem ZEE, kembali di tiru Korea Selatan, China & Singapura
  • Pembinaan Bulutangkis Indonesia di pakai & di sempurnakan China 
  • Indonesia negara penemu Gerilya dipakai Vietnam.
  • Sistem mandiri ala Muhammadiyah dalam mencari dana utk organisasinya menurut saya jauh lebih sempurna daripada sistem pencarian dana ala Obama!

Di dunia, tidak ada satu negara yang punya ribuan kebudayaan serta bahasa yang hidup rukun berdampingan........ Bangsa Indonesia terlalu besar menjadi bangsa kecil!

Ingat pesan Sukarno: Jauhi MENTAL MINDER=NRIMO Adat Feudalis Raja-raja Lenong/Ondel-ondel di Jawa penjilat VOC.

BERSATULAH Kita Bangkit dan Mandiri!


From : Mikail Jz