10/31/11

Tiket Gratis Euy

Sumber Alam akan meluncurkan aramada barunya, Shuttle Bus Purwokerto Jogja, 50 pcs jumlahnya. Akan resmi beroperasi 16 November nanti. Tarifnya cuma 42.500. Satu armada muat 17 orang.

Hm, seperti apa ya rasanya naik itu si Elf panjang Sumber Alam? Tiket gratis sudah ditangan euy, besok meluncur ke Jogja gan... semoga lancar perjalanan, feel comfort, with Shuttle Sumber Alam. Mudah-mudahan...

Tahayul Modern (Draft)

Lebih baik bayi tidak pakai pampers.
Bagaimana kalau sebulan tidak pakai pembersih wajah.
Ada yang alah kalau sehari tidak pegang hape.
Penyedap rasa.
Display monitor.
Efek pakai mouse.
Biaya pelantikan pejabat.
Resepsi pernihakan.
Bahaya tidak sekolah,
bahaya sekolah.
Keseimbangan otak dalam permainan bonang.
Brand, Gengsi.
Internet dan jalur2 otak.
Buang air dengan peper.
Gelang kayu & ijasah
Wisuda & grebeg sura.
Upacara peresmian pejabat & upacara pemeliharaan keris "jamasan".
mie instan, fastfood & potasium alami.
pemanis buatan vs pemanis alami.
ngompol & pampers.
bakar kemenyan & twitteran.
sesar & alami.
pupuk urea & krupuk.
daun sirih, air sirih, pasta gigi & mouthwash.
mouthwash, bodywash & facialwash.
vitawex.
Mobil dinas pejabat
Tahayul Freeport
Perdagangan Bebas & impor garam


Aku Tidak SMS Komodo

Kabarnya sekarang sudah digratiskan, vote sebanyak-banyaknya, yang 100 lebih smsnya namanya akan ditulis di monumen.

Sejak pertama gembar-gembor SMS Komodo muncul sampai hari ini aku belum pernah sekalipun meng-sms. Sudahlah, itu penyetiran pikiran. Coba saja pikir, pada akhirnya mau memperjuangkan nama besar Komodo atau mau agar nama kita tercantum di monumen?

Biar saja Pulau Komodo tidak dicatat dalam 7 Keajaiban Dunia Baru. Yang penting kita akui keistimewaannya, wong memang istimewa kok. Apa karena ketidakmampuan kita mempopulerkan keistimewaannya, maka kita memaksa-maksa pokoknya harus dimasukkan 7 Keajaiban Dunia.

Apa si arti predikat yang dibuat Weber begitu itu. Artinya terlalu remeh dibanding dampak buruknya, dampak buruk karena kita sudah jadi komoditas isu. berapa puluh juta orang coba yang jadinya mikirin itu SMS. 

Ini kasus penyetiran pikiran. Persis seperti di kampus : Yang belum bayar SPP tidak boleh ikut Ujian. TUMPULLL otak kita, antara uang dan ilmu dikait-kaitkan begitu kok diam saja! kapitalisasi ilmu pengetahuan! apa tidak dungu itu namanya.

Jangan gampang disetir isu kawan.



Obrolan-obrolan

Hari pertama kemarin aku ngobrol panjang lebar dengan Si Awal, anak IPB Darmaga penghuni asrama PPSDM apa ya namanya, bea siswa khusus dari Nurul Fikry yang digawangi oleh Renald Khasali, Arifin Panigoro, dkk. Menyenangkan sekali, di asrama yang hanya 30an anak, tp sebulan sekali didatangi tokoh sekaliber Yusuf Kalla. Ah, tentu aku sudah tidak punya kesempatan seperti itu, tapi adikku masih. Bisa bertemu sg Yusuf Kalla, Sandiaga Uno, Renald Khasali dll, bisa ke luar negeri sekedar konferensi atau exchange, bisa dapat banyak pengalaman yang tidak didapat oleh mahasiswa biasa.

Hari kedua aku berdialog panjang salah satunya dengan Dessy, seorang Budhist yang aktif di LSM international Tseching. Banyak hal aku dapatkan, satu diantaranya, jujur aku kagum dengan akhlak dan keterbukaan pikirannya.

Pantas saja steve job kabarnya masuk buddha, andai aku tidak ketemu maiyah, aku mungkin juga sudah muak dengan bising orasi para ustadz dan bisa jadi kepincut dengan ketinggian akhlak budhist.


With Jacob & Dessy
Dan hari ketiga, aku ngobrol sejam menunggu kereta di warung soto stasiun bekasi dengan pengusaha skotlet mantan karyawan perusahaan kontraktor. Detail dan runut aku diberi kuliah tentang dunia lelang dan penunjukkan langsung. Besok atau lusa akan sangat bermanfaat pasti ini.


Sent using a Nokia mobile phone

Tiket Ganda Kereta 3-10A

Perjalanan sudah sampai stasiun purwokerto. Di tiketku, tertulis no kereta 3, nomer tempat duduk 10A, stasiun tujuan purwokerto.

Tapi aku agak nakal, turunnya mau di Kroya saja. Ya sebenarnya tidak nakal lah, harga tiket jakarta-pwt dan jakarta-kroya kan sama.

Belum belum aku turun, eh ada sieorang ibu naik, tiketnya sama denganku, kereta 3, nomor kursi 10A. Hanya bedanya stasiun berangkat dan tujuannya purwokerto-solo.

Oh, jadi PTKAI menjual tiket dobel untuk satu kursi yang sama? Lalu kenapa harganya tidak separohnya kalau cuma sampai purwokerto?

Berantakan sekali pertarifan kereta api kita. Ayo provider kereta swasta, datanglah... Datanglah.... Kedatanganmu kutunggu...

Sent using a Nokia mobile phone

10/30/11

Memotret

Kalau pas giliran jadi tukanh foto, apa yg dilakukan oleh kita ketika agar semua orang yang akan kita foto bisa masuk?

Caranya adalah dengan kita mundur beberapa langkah.

Begitu itu kalau kita kesulitan memotret keseharian kita. Mundur sejenak, untuk melihat gambaran yang lebih luas.

Caranya dengan berperjalanan, atau cuti dari aktivitas. Bertemu dengan orang yang sama sekali berbeda sudut pandang dengan kita. Menghirup udara kota yang begitu tidak biasa dengan kota keseharian kita.

Maka dengan cara2 itu, kita lebih mudah menjawab pertanyaan : jadi, selama ini sebenarnya apa yang sedang kita lakuin?

Sent using a Nokia mobile phone

Retsleting

Membeli tas mahal itu tidak melulu berarti membeli gengsi. Membeli tas mahal berarti membeli retsleting berkualitas, mau ditetel2 kayak apa, tidak jebol. Praktis kali pakai tas ini, tidak perlu lagi tenteng apa2, semuanya masuk jadi satu.

Terima kasih Bodypackku

Sent using a Nokia mobile phonemem

Hape, krupuk, nasi & panggilan Tuhan

Stasiun bekasi sore hari, satu persatu kereta ke arah jawa melintas. Nonton orang2 di dalam gerbong, gaya orang2 sama di setiap gerbong, pegang hape dan beberapa pakai headset.

Teknologi itu alat bantu, tapi kaprah jadi gaya hidup. Krupuk dijadikan nasi, nasi tidak dihargai. Itulah karakter masyarakat modern.

Nikmat kembali ke jaman pra hape sepertinya. Tidak perlu 10 menit sekali membuka unlock hape, mengecek ada sms atau panggilan apa tidak. Malah bagi pengguna smartphone macam bb, jeda nya bukan 10 menit sekali, tp 1/10 kali lebih cepat... Bagiku itu melelahkan.

Mungkinkah, nanti hape tidak lg jadi gaya hidup? Ya seperti pstn saja lah, namanya alat bantu, dijamah saat butuh, dibiarkan saat tidak butuh.

Kalau skrg kan panggilan dan sms lebih prioritas daripada panggilan sholat. Lha kok ngaku2 tidak musyrik. Lah kok ceramah menjelek2kan pelaku grebeg sura di kraton. Bukankah menjadikan alat bantu bukan sbg alat bantu, tp malah jadi perhatian utama, itu bukan sesuatu yang patut dimuhasabahi?

Sent using a Nokia mobile phone

November Way

Mencintai sesuatu, sesuai porsinya saja. Termasuk mecintai diri sendiri. Ketika waktu berlalu seharian dan kamu merasa blum melakukan banyak hal, dan kamu merasa resah karenanya. Rasa resah itu adalah pintu buatmu mengoreksi, jangan2 kamu berlebihan mencintai diri sendiri.

Urusan orang lain dikesampingkan, urusan diri sendiri diutamakan. Waktu untuk menolong orang lain terasa begitu mahal, waktu untuk diri sendiri begitu melimpah tersedia.

Lain soal waktu, lain soal cemburu. Cemburu bisa jadi tanda cintamu utk yang kau cemburui. Cemburu berlebihan adalah tanda kamu kelewat mencintai dirimu sendiri. Dirimu begitu kau jaga ketat, agar jangan sampai terganggu, termasuk oleh cemburu itu sendiri.

Lainnya adalah soal berbuat salah. Lalu soal mimpi yang tertunda. Semuanya, semuanya tentang porsi cinta pada diri sendiri.

Malas, itu bentuk cinta kepada diri sendiri yang berubah jadi manja. Cemburu itu bentuk cinta pada diri sendiri yang berubah jadi protektif. Menang sendiri itu rasa cinta pada diri sendiri yang berubah jadi apriori. Putus asa itu rasa cinta pada diri yang berubah jadi paranoid.

November proporsional.

Sent using a Nokia mobile phone

Closing Wai Four Si (Y4C)




Jadi anak muda itu tidak usah sok sufi. Makan enggak habis, ya enggak apa-apa. Semangat komunalisme ketika berkelompok tinggi, ya enggak apa-apa.

Tidak menepati janji, ya tidak apa2. Jangankan tidak menepati janji, tidak berusaha menepati janji juga tidak apa2.

'kau mainkan untukku sebuah lagu tentang negeri di awan. Dimana kedamaian menjadi istananya'

Gambaran surga ada di tempat ini, ada tempat tinggal yg bagus, kasur yang empuk, air hangat, padang rumput, angin sepoi2 dan dibawahnya mengalir air danau.

Jangan, tidak perlu, tak usah stress mencari surga. Nikmati saja kesempatan memilih. Kalau berbuat baik, itu semata-mata hanya karena kamu menyadarinya sebagai sebuah pilihan, bukan karena paksaan atau larangan dari siapapun.

Selamat menikmati perbuatan salah. Kata Sujiwo Tejo, 'hidup hanya dua, berbuat salah atau tidak berbuat'.

Sawangan Golf & Resort, Depok 30-10-2011

Sent using a Nokia mobile phone

10/27/11

Demam Sumpah Pemuda

Besok tanggal 28 Oktober, harinya pemuda bersumpah 103 tahun yang lalu. Mulai dari konferensi, camp, konser musik, reuni, semuanya bertema sumpah pemuda.

Satu catatan saja, percuma komitmen dibangun di banyak tempat, konferensi merumuskan ini dan itu, kalau semangatnya masih semangat asobiyah, komunalisme, pembangunan eksistensi kelompok masing-masing.

Saking sibuknya dengan penggedeaan eksistensi itu, sampai-sampai lupa forum-forum itu menanamkan mental perubahan. Bahwa perubahan itu bertahap, bahwa perubahan itu evolutif, sangat perlahan, sangat harus ditelateni.


10/26/11

Tujuh Puluh Ribu Saja

Tiket peron tidak ada lagi. Disaat yang sama, selain penumpang, tidak boleh masuk ke stasiun. Wah, sepertinya tidak ada lagi kesempatan nongkrong-nongkrong, foto-foto, makan lanting di dalam stasiun inih.

Sementara itu begitu susahnya aku berusaha memesrai bus sebagai moda pengganti kereta, dipaksakan bagaimana juga tetap naik bus bagiku bukan pilihan nomor 1. kalau ada yang lain, mending selain bus deh.

Pesawat, terlalu mahal.

Ehm, untung ada sedikit penyembuh luka hati dari PT KAI, sekarang kereta ekonomi pakai tempat duduk. Tidak lagi harus duduk di bordess, pakai koran, diinjak-injak penjual. Yah, salutlah dengan terobosan ini. Walau konsekuensinya, sepanjang tidak menambah armada, penumpang akan repot mendapatkan tiket ekonomi.

Dan akhinya aku bisa ke jakarta PP hanya 70.000 saja dan perjalananpun hanya 8 jam (tertulis di jadwal begitu, kalau tidak molor), 2 jam lebih cepat dibanding naik bus. Terima kasih PT KAI




Sunan Giri

Dilaporkan dari Twitter @KiaiKanjeng, Cak Nun baru saja menerima gelar "Ngai Ma Dodera".Gelar ini baru pertama kali diberikan oleh Sultan Ternate Drs. H. Mudaffar Sjah, BcHk.

Selamat ya Cak.

Dari Cak Nun kita bisa belajar banyak sejarah, salah satunya bagi kita yang suka menyepelekan leluhur kita : Walisongo. Cak Nun berbagi di acara itu tentang apakah ada yang selama ini meriset perbedaan kerajaan dan kesultanan? adakah beda antara raja dan sultan? Lalu bagaimana ratusan raja dan sultan berbesar hati menerima kebenaran demokrasi, sehingga berdirilah NKRI? Dan sebagainya...

Tahukah, Kesultanan Ternate dimulai sesudah Raja Zainal Abidin nyantri kpd Sunan Giri di Gresik, perubahan konsep & ideologi dr kerajaan mnjd kesultanan.

Itu satu saja contoh, walisongo itu hadir meninggalkan perubahan besar. Lah kita, cuma berburu surga untuk diri sendiri saja sambil menginjak2 orang lain.

"...Nama agama di junjung, tapi ajarannya hanya dilaksanakan sebatas kondusif terhadap kepentingan pribadi atau kelompok." Emha Ainun Najib

10/24/11

Generasi seremoni

Lulusan, diupacarai... Bayi empat bulan, diupacarai.... Hari senin datang, diupacarai... Nikahan, diupacarai... Sunatan, diupacarai.... Beli mobil baru, diupacarai... Berangkat haji, diupacarai.... Meninggal dunia, diupacarai.... Pejabat disumpah, hanya sekedar upacara.... Pekerjaan paling padat presiden apalagi kalau bukan upacara peresmian ini dan itu... Program-program banyak berhenti sebatas upacara pencanangan.... Upacara pernikahan kerajaan dimegah2kan dalam rangka menunjukkan eksistensi dan hegemoni keraton.... Khotbah jumat banyak yg sekedat formalitas ritual belaka.... Dan pasti anda masih punya banyak list seremony lainnya

Sent using a Nokia mobile phone

Upacara Wisuda Unnes

Dipastikan ini adalah kali kedua sepanjang hidup aku menghadiri perhelatan wisuda. Kali pertama di UNY, waktu itu menjadi salah satu dari empat orang saja dari Purwokerto yang menyaksikan dianugerahinya Pa Ary Ginanjar gelar Doktor Honoris Causa. Dan kali kedua ya hari ini, di UNNES, wisuda sarjananya adikku yang pertama.

Ada orkestra biola, ada orkestra gamelan, ada deretan senat-senat, ada toga, dan ada tukang foto, banyak.

Sent using a Nokia mobile phone

Pembajakan Kata

Tempo hari ketemu Buyer dari Jerman, Mr Byon namanya. Dia bercerita ttg transaksi usahanya selama ini dgn orang Indonesia. Ketika deal misal, saya mau tanggal 10 barang ada. Lalu si Indonesia bilang, oke mister insyaallah... Trus mr byon bilang, yang nggak pake insyallah lah ya... Lalu si indoesia bilang, oke pa tanggal 10 siap, tanpa insyaallah.

Sent using a Nokia mobile phone

Becak Monggo

Apalagi kalau ibu2, penumpang becak adl konsumen tersadis di dunia. Kalau di giant mereka enggak pernah nawar sekalipun harganya selisih jauh dari harga barang serupa di warung kelontong mamieh, tapi kalau naik becak, gara2 nggak bisa nawar 7000 jadi 5000, kita mending batal naik itu becak.

Dan adegan selanjutnya adalah, kita bergegas meninggalkan becak, lalu setelah 7 langkah kita dipanggil lagi oleh tukang becak, ya udah 5.000 ya gapapa deh, terpaksa.

Ini penumpang model ini pasti bukan nasabah bank syariah. Karena ya mana syar'i si akad jual-beli yg kedua belah pihak nggak ridho, tukang becak nerima karena terpaksa.

Dan pengalamanku hari ini di jogja setelah melahap angkringan belakang amplas dan jalan kaki skitar 1 km adalah ketemu tukang becak yang ketika aku nanya berapa tarifnya dia bilang, "monggo, terserah berapa".

Ketika orang bilang terserah, yg terpikir adalah dia akan dapat sedikit. Tapi, banyak kejadian, sepertihalnya kejadian yg menimpa tukang becak tadi, justru dia mendapat dua kali lipat.

Ini bukan sekedar ilmu akhlak agar bahwa ketika ada tenaga yg layak dibayar kepada kita, tidak usahlah ngregani alias pasang tarif. Karena justru dengan 'monggo' itu, malah dapatnya lebih banyak.

Ini juga bisa untuk pelajaran tauhid. Bahwa, ketika bilang, ya Allah terserah Engkau akan dijadikan aku sukses atau gagal, kaya atau miskin, asal Engkau tidak murka padaku njur serta merta kita gagal dan miskin. Sangat besar peluang Allah justru akan lejitkan pencapaian kita.

Asal bilang 'monggo terserah'nya benar2 pure 100% tanpa pamrih. Bukannya dijadikan strategi peningkatan omzet perbecakan.

Sent using a Nokia mobile phone

Level-Level Kebijaksanaan

Kebijaksanaan Level 0
Merasa sudah baik, merasa tidak ada masalah dengan diri dan lingkungannya. Berpenampilan bijaksana tidak berarti orang itu bijaksana. Contohnya ada dua orang berdiskusi, orang pertama mengolok-olok satu aliran tertentu dan membela-bela aliran lainnya, sedangkan orang kedua dengan bijaksana bilang "daripada mengolok-olok, mending diam". Tampaknya bijaksana, kan? Sayangnya, ketika orang pertama sedang mencari kebijaksaan, orang kedua memilih diam, tidak bergerak level kebijaksanaanya. Orang pertama belajar, menganalisis, membandingkan, dan orang kedua tidak memikirkan apa-apa.

Kebijaksanaan Level 1

Gusar. Gabung genk motor, nimbrung anak-anak pang, mencicipi rokok, sedikit2 minuman keras, ganja juga bisa. Dia gusar dengan kondisi sekelilingnya, dia resah dengan dirinya sendiri, tapi level kebijaksanaannya baru merangkak ke level yang masih terlalu rendah, wajar, malaikat juga maklum, dia masih mencari. Mendinglah ada usaha mencari, ada action, ketimbang yang level nol, adem ayem sok bijaksana padahal aslinya tidak sadar, tidak mencoba berpikir, apalagi action.

Kebijaksanaan Level 2.

Mengolok-olok. Ya seperti aku ini, kampus dijelek-jelekan, dosen dicaci maki, aliran yang berbeda dikritisi habis-habisan. Sudah menemukan sedikit titik terang. Sayangnya cuma baru sebatas pemikirian, belum bisa utuh berwujud satu konsep tindakan. Mendinglah, daripada ngerokok & mabok. Di level ini kesadaran akan permasalahan sekeliling dan diri sendiri sudah hidup, walau masih lamat-lamat lilin, belum seperti petromax.

Kebijaksanaan Level 3.

Tidak nyaman, tapi diam. Biar kampus membodohi dengan menyandera ijin ujian untuk memalak bayaran SPP agar segera lunas. Biar aliran-aliran tertentu mengabaikan hakikat-hakikat keindahan hidup heterogen. Biar banyak orang menggunakan parameter-parameternya sendiri yang tidak dimengerti. Sekalipun tidak nyaman, tapi tetap diam. Karena belum menemukan rumus bertindak yang bisa memperbaiki keadaan. Dan karena tidak tertarik lagi mengolok-olok, sudah capek menjelek-jelekan orang lain. Contohnya Pa Busyro Muqodas, sudah tahu bobroknya kondisi negeri ini, dia tetap gabung dipemerintahan, diam di kursinya, menjalankan perannya tapi tetap memegang karakternya. Dia sadar kondisi sekelilingnya tidak beres, tapi juga dia merasa tidak berdaya, ya sudah, diam saja.

Kebijaksanaan Level 4.

Mengubah dengan halus. Sampai-sampai yang diubah tidak merasa. Contohnya ya forum maiyah, tampaknya isinya banyak guyonan, diskusi-diskusinya sangat tidak formal. Tapi kalau cermat mempelajari dan menggarisbawahi materi-materinya, yang disampaikan adalah materi-materi sangat ilmiah dan mendasar yang perlahan menggeser pola berpikir orang-orang yang terlibat didalamnya tanpa dia sadari. Istilahnya Cak Nun "jamaah maiyah perlahan menjadi sakti, tapi tidak sadar akan kesaktiannya. Sadar-sadar pas perang, tahu-tahu menang"

Dunia tetap dunia, jangan paksakan dunia ini menjadi surga. Biarlah setiap orang bergumul dengan upgrading level kebijaksanaannya masing-masing.

Tentang Ketakutan-Ketakutan

Yang aku takutkan, justru terjadi. Kali ini aku tidak sedang mengobrol tentang hukum tarik-menarik (Low of Attraction), atau hukum karma atau hukum-hukum lainnya. Bukan soal hukum, tapi soal cinta. Cinta yang aku terima dalam bentuk terjadinya hal yang aku takutkan.

Sewaktu membuka kantin yang pertama aku takut, "Nanti, kalau bangkrut bagaimana?", cemas kalau memikirkan jawaban atas pertanyaan itu. Dan akhirnya yang aku takutkan terjadi, kantin bangkrut dan aku harus menanggung utang sekian rupiah kepada kawan baikku sendiri. Berbulan-bulan utang terkatung-katung. Tapi disinilah Cinta bekerja, sekalipun ketakutanku dalam bentuk bangkrut terwujud, tetapi omelan, sikap permusuhan dan segala bayangan wajah buruk dari kawanku yang aku telat membayar utang itu tidak terjadi.

Kasus kedua, waktu itu aku sedang concern di bisnis EO. Uang banyak, sampai aku simpan di banyak rekening. Waktu itu aku takut, "Nanti kalau even sepi dan uang habis bagaimana?". Dan betul Even sepi, personel bercopotan satu persatu dan uang habispun terjadi. Dan Cinta kembali bekerja, sekalipun uang habis itu terjadi, tapi aku kesulitan makan, aku kehilangan harga diri, aku ditinggalkan semua orang dan semua bayangan buruk itu tidak terjadi.

Lagi, kasus berikutnya, waktu itu aku menyukai seseorang. Bertahun-tahun belum juga luluh hati orang itu, sementara semua orang sudah terlanjur tahu tentang rasa sukaku ini. Waktu itu aku takut, "Nanti, kalau dia tidak menerimaku, dan memilih orang lain, bagaimana?", Dan betul, ketakutanku terjadi. Dia memilih orang lain, kenalan baru yang belum ada seumur jagung dibanding masa penantianku (haha, lebay...), tapi Cinta kembali bekerja, mukaku tidak hilang dihadapan teman-temanku seperti yang aku cemaskan waktu itu, dan dia juga tetap bersikap baik, bahkan semakin baik, bukannya menjauhi seperti yang ada dalam bayanganku dulu.

Kalau ketakutan-ketakutan itu tidak terjadi. Aku tidak pernah tahu bahwa utang yang terlambat bayar, uang yang habis di rekening dan ditinggalkan si pujaan hati itu tidak membuat aku kehilangan kebahagian satu centi senyumpun. ya sedih si, tapi cuma beberapa hari/minggu saja kok.

10/22/11

Kampus, Jasa Penyalur Tenaga Kerja

Kampus itu bukan lembaga pendidikan, tapi perusahaan jasa penyalur tenaga kerja. Kampus yang baik itu yang banyak-banyak menyediakan lowongan kerja di grup discusion Facebook & di mailing listnya.

Taggal 10 bulan lalu aku diundang oleh kampus untuk mengisi materi entrepreneurship. Sempat dua kali konfirmasi dari pihak panitia. Tapi entah, sampai hari H, tidak ada canceletion lisan apalagi tertulis, tidak juga ada undangan pemastian, undangan dibatalkan begitu saja. Persis seperti seorang tukang rumput yang batal membabati rumput rumah orang yang memesannya, lantaran si empunya rumah pergi, klintung tanpa memberitahu.

Jadinya acaranya kalau nggak salah Job Sharing, dari alumni yang sudah bekerja.

Dan begitulah, anehnya ini sudah menjadi kaprah, sudah menjadi kewajaran yang diamini banyak orang. Ya memang begitu tugas kampus. Sampai tidak ada yang merasa janggal ketika ada mahasiswanya berangkat ke Bali, didahului acara pendahuluan di Jakarta, dengan seabreg sampel dan persiapan materiil lainnya, hanya dengan uang saku 500.000. Tidak ada seperlimanya acan dari biaya yang habis. Moralitas macam apa yang diajarkan dari kejadian seperti ini?

Moral bukan lagi urusan kampus. Kampus taunya tertib. Kalau tidak tertib berangkat, kena warning nilai. Kalau tidak tertib bayar, ancamannya adalah tidak bisa ikut ujian. Dan entahlah, tidak ada yang gusar ketika bayaran kampus dihubungkan dengan ijin mengikuti ujian. Sungguh sebuah penistaan ilmu pengetahuan yang sangat parah.

Serentetan pengalaman tidak enak inilah, seperti kejadian waktu itu, aku diforsir ujian satu minggu tanpa jeda. setelah hari terakhir, dengan begitu sok proseduralnya mengatakan, "maaf, anda tidak bisa yudisium sekarang!". sungguh sebuah kampus tanpa perencanaan, tepat apa yang Bapak saya bilang, "Kampus macam apa seperti itu?", Kalau memang tidak bisa yudisium saat itu, kalau itu sebuah kampus yang berperencanaan tidak akan memforsir ujian berturut2 tanpa jeda seperti itu.

Dan bagiku, ijazah tidak lebih dari selembar nota. Sama seperti yang aku dapatkan kalau mengisi BBM di SPBU dan minta struk, struk itulah ijazah. Aku harus mendapatkannya untuk bukti bahwa uang yang dikeluarkan orang tuaku untuk kampus, sudah aku setorkan beres. Soal aku belajar, maaf, aku merasa lebih banyak belajar dari luar kampus, ketimbang dari kampus. Anggap saja aku nyumbang lah.

Dan sejak itu, aku sudah tidak berminat lagi menjadi dosen. Aku lebih mengagumi orang jalanan yang mau belajar ngajeni, belajar peka, belajar tepo seliro, bukan dosen-dosen yang mati urat belajarnya, tidak teacheble lagi. "Loh, kan saya lagi S3 mas". Haha, S3 buat nambah ilmu apa buat ningkatin gaji pa?


10/21/11

Pesantren Sport

kalau weekend lalu aku berada di Saung Angklungnya Mang Udjo, weekend ini aku lewatkan di Surya Yudha Sport Center. Keduanya bagiku adl tempat yg menarik, tempat dimana seseorang ketika sudah berhasil
meniti tangga keberhasilannya, kemudian ia membangunkan sesuatu di daerahnya. Sesuatu yg bermanfaat, dan belum ada sebelumnya. 

Sebagai sebuah sport center di kota sekecil banjarnegara SSC sudah lebih dari cukup lah fasilitasnya. Ada futsal court, tenis, voli, sepeda, bilyard, kolam renang, flying fox, dll. Dengan arsitektur megah, bangunan yg dilengkapi dengan berbagai room tidur dan room aula ini bisa menjadi pilihan yg tepat utk memanjakan diri. dalam satu kompleks berbagai wahana ada.

Aku jadi terpikir, bayangkan kalau tempat megah begini, dengan aneka wahana, aneka fungsi, ini menjadi pondok pesantren. Setidaknya utk melawan kesan kumuh dari pesatren konvensional. Dan tentu saja untuk mengakrabkan santri dengan beragam kegiatan olahraga juga perlahan mengenal visi dan ambisi bisnis.

Semakin sempurna bila pesantren ini bukan hanya punya andalan acara untuk masyarkatnya sekedar pengajian reboan alhikam. Tapi bgmana mengoptimalkan fungsi aula yang ada untuk berbagai performance kebudayaan. Semoga terwujud suatu saat nanti di Kemawi.

Sent using a Nokia mobile phone

Beda "Menahan Diri" dan "Larangan"

Dua poster ini tujuannya sama, untuk membuat masjid tertib. Tapi perhatikan perbedaan keduanya

Captured at Plaza Ambarukmo Mosque, Yogyakarta
Papan pengumuman pertama menggunakan kalimat : Mohon menahan diri dari makan, tidur, menghidupkan telpon genggam dan berhias di dalam area mushola atau masjid.


Captured at Al Faaruuq Mosque, Purwokerto

Papan pengumuman kedua menggunakan kalimat : LARANGAN KERAS! yang dicetak dengan huruf kapital, digaris bawah dan warna merah pula.

Papan pengumuman pertama memang ditujukan untuk orang Jogja, atau orang-orang luar Jogja yang memiliki hati sama seperti orang Jogja : Berhati Nyaman. karena itu font yang dipilih cantik, ada latar belakang motif, ada gambar yang membantu visualisasi tujuan dari poster tersebut dan ada terjemah bahasa Inggrisnya. Dan pada saat aku kesana, memang tidak ada orang yang makan, tidur, suara dering telepon atau orang yang berhias.

Sedangkan papan pengumuman kedua ditujukan untuk orang Purwokerto. Kalau orang Jogja lembut, berhati nyaman, sehingga posternyapun lembut dan nyaman dibaca, sekarang mari kita lihat karakter orang Purwokerto berdasarkan papan pengumumannya.

Orang Purwokerto itu bar-bar, jangankan berhati nyaman, punya hati saja mungkin tidak. Itulah kenapa digunakan kata LARANGAN. Kata larangan berbeda dengan kata menahan diri, perbedaanya tidak sepele, sebuah larangan bisa dilakukan hanya dengan otak reptil kita yakni fungsi otak yang paling tradisional, sedangkan ajakan menahan diri hanya bisa direpon oleh kesadaran kita, fungsi otak tertinggi.

Apalagi dibubuhi kata keras. itu artinya sudah otaknya primitif, bandel pula. Kemudian font nya kapital semua, itu menunjukkan sebuah kekakuan. Dan tiap aku kesana, larangan ini selalu dilanggar, selalu ada yang parkir di halaman depan masjid, entah taksi, angkot atau penjemput penumpang yang turun dari bus di terminal lama.

Jujur, aku tidak nyaman dengan papan pengumuman semacam ini. Sebuah tindakan bar-barisasi terhadap orang Purwokerto. Padahal orang Purwokerto kan hatinya nyaman nggak kalah dengan orang Jogja. Itu alasan pertama.

Kedua, ajakan menahan diri itu menghidupkan kesadaran, sedangkan kalimat larangan itu mematikan hati nurani, karena hati nurani tempat kesadaran bersarang tidak dilibatkan, hanya otak primitif kita saja yang dilibatkan. akibatnya hati nurani nganggur, lama-lama layu dan pada akhirnya mati.

Maka mari, kalau mau menertibkan orang, mau mendisiplinkan orang, mau mengajak orang berkomitmen, entah orang itu orang lain atau diri kita sendiri. Gunakanlah kata-kata yang membangun kesadaran, melibatkan hati nurani. Tidak indah kalau menggunakan kata-kata larangan, ancaman dan perangkat kalimat lainnya yang merupakan bahasa otak primitif. Kalau cuma itu, hewan saja bisa.

Gumunan. Ndesoo!!!

Pertama kali melihat slide profilnya anak British Council aku gumun sekali, waktu itu punyanya Nadia Syakib. Kemarin lihat lagi presentasi program konversi BBM ke BBG untuk angkot di Cirebon, punya nya siapa gitu aku lupa, anak pemenang British Council juga.

Gumun... heran... karena yang ada dalam benakku itu slide dibikin oleh dia sendiri. Terpukau gumun yang serupa aku alami ketika membaca buku, misalnya bukunya Pa Ary kemarin tentang kisah-kisah spiritual. Gumun, karena yang ada dalam benakku Pa Ary finishing sendiri. memangnya enggak ada editor?

Sukses itu melibatkan banyak orang, kita tidak bisa sukses sendiri tanpa dibantu orang, tanpa dieditkan orang. Pahamilah, mencari dan berkolaborasi dengan orang-orang yang tepat, akan mengantarkan kita menuju sukses. Seperti Opah Yudhi, begitu anak2 fosma memanggil pemilik BPR Surya Yudha. Ketika BPR pertama dia buka, ada keterlibatan orang sebagai mentornya. Baca di sini

10/13/11

Masih Edan

Jargon bulan ini adalah "October Selling", ya, jualan. Membuat halaman online, memfoto-foto katalog belajar dari Isma salah satu bentuk nyatanya.

Kali ini aku cuma ingin sadarkan diriku sendiri dan orang-orang yang masih mau berniat untuk sadar, bahwasannya hal tersepele dalam hidup ini adalah menjadi kaya raya. Caranya ya dengan itu, jualan. Kulak segini, adol segitu, dapat margin, jadilah itu upah. Upah dibelanjakan untuk aset investatif, maka meningkatlah kekayaan kita.

Teorinya begitu, tapi pada prakteknya kok ya susaaah. Ya, susah karena akalku belum sehat, masih edan, karena ini jaman edan. Dulu Abdurrahman bin Auf dengan modal ditunjukkan pasar saja bisa jadi kaya raya, karena waktu itu bukan jaman edan, dan dia tidak edan, akalnya jalan, akalnya sehat.

Untuk alasan itulah aku merasa belum sama sekali layak tampil dihadapan public, apalagi memberikan ceramah ini dan itu tentang keutamaan hidup, terlebih lagi soal pemberdayaan masyarakat, haduuuh... . Jadi bukan soal obsesi bisa beli mobil, alah mah, punya barang baru harga berapapun mah begitu rasanya, hari pertama seneng, hari kedua agak seneng, hari ketiga biasa, hari keempat apalagi pas rusak, yang tersisa tinggal jengkel.

Untuk alasan itu pulalah aku tidak mau menyandera kehidupanku dengan status pekerjaan tertentu demi uang bulanan dan pensiunan. Sudah, pokoknya dalam benakku sekarang, menjadi kaya itu hal tergampang diantara misi kehidupan lainnya seperti membina keluarga, memberdayakan masyarakat, memberi teladan ketokohan apalagi sampai urusan masuk surga.

Karena gampang itu, sebelum aku kaya, berarti akalku belum sehat. Kalau aku memperkaya diri dengan jabatan karyawan, apalagi politisi, maka itu artinya tingkat ke-edan-anku bertambah, bukannya tambah waras tapi makin ngaco. Itu tandanya aku putus asa memperjuangkan sehatnya akalku.

Ma'ruf dan Ihsan

Ini bukan tentang nama dua orang ya. Kali ini aku mau berbagi insight kemarin saat main ke rumah mas Wiwid di Dukuh Waluh. Dia berbagi tentang cara dia menjaga komitmen dalam bisnis.

Misalnya ketika dia sedang memesan gula ke petani "tolong besok gula selesai ya, begitu selesai telepon saya, saya akan datang dan bayar langsung". Lalu di hari besoknya betul, ketika gula selesai, sekian detik petani langsung telepon, dan sesuai komitmennya, mau kondisi hujan atau panas, mas Wiwid langsung datang dan membayar.

"Sebenarnya saya datang besok juga bisa mas, saya kan selalu sediakan waktu longgar untuk pengiriman barang, biasanya semingguan, tapi karena ini komitmen, ya hari itu selesai dan saya bilang langsung saya datang, ya saya datang hari itu."

Petani bilang ketika mas Wiwid datang, "Loh, besok juga kan bisa mas, hujan-hujan begini". Dan kalimat itulah akhirnya menjadi pembangun kepercayaan yang luar biasa. bahwa mas Wiwid orang yang berkomitmen, wong besok saja bisa, kok tetap maksain sekarang. Omongannya bisa dipegang berarti.

Hal ini nampak sepele, tapi dampak jangka panjangnya luar biasa. Terlebih untuk soal bisnis. Bagaimana kok luar biasa? Begini...

Kebaikan itu macam-macam, diantaranya ada Ma'ruf, ada Ihsan. Kalau kamu berbuat baik karena aturan hukum, itu namanya Ma'ruf. Sedangkan kalau kamu berbuat baik karena hati nurani, bukan karena ancaman hukum apa-apa, itu namanya Ihsan.

Kalau kamu tidak pernah bolos kuliah karena kalau bolos nilaimu dikurangi, maka kebaikanmu itu Ma'ruf. Tapi kalau yang Mas Wiwid lakukan, secara aturan seminggu lagi diambil juga tidak menghambat pengiriman, tapi karena hatinya sudah bertutur lewat mulut mau datang hari itu juga, maka itu kebaikan ihsan.

Ma'ruf melahirkan kerapihan, ya seperti di kampus itu, ruang kelas penuh demi aturan absen, di dalam blackberryan, tidur, baca komik, ngobrol sendiri. Dan Ihsan melahirkan peningkatan level fikriyah, karena hati nurani kita dipakai, tidak diabaikan, tidak karatan, tidak lumutan, tidak dol.

Makanya jangan bangga kepada pemilik kampus yang mahasiswanya baik-baik karena dipaksa peraturan. Banggalah pada suatu forum dimana tidak ada kewajiban apa-apa, tapi kok yang ikut pada baik-baik.

Dan setelah kemarin dapat pelajaran dari Mas Wiwid, hari ini langsung kena praktikumnya aku. Aku dan Hilmy punya komitmen tiap tanggal 13 datang ke Pak Ahmad Tohari, minta disembur, diwuwur disana, hehe...

Tapi hari ini lumayan padat. Dan akhirnya kita diskusi via SMS. sampai posting ini dirilis belum ada kepastian mau jadi datang ke Jatilawang sana atau enggak. Tapi prinsipnya, tidak ada kewajiban apapun yang mengikat kita untuk datang kesana, tapi justru karena tidak ada kewajiban itu, maka berarti nurani kita hidup karena komitmen kita untuk datang ditepati karena hati nurani bukan atas dasar peraturan. Ihsan, bukan sekedar Ma'ruf.

Kita lihat saja nanti akhirnya datang apa tidak kesana. Hehe...

Asal orang bisa membaca peraturan, dan masih punya rasa takut dengan absensi, dia bisa Ma'ruf. Tapi hanya orang yang hidup hati nuraninya (di dalamnya ada akal sehat juga), yang bisa berbuat ihsan.





Mono dan Tiyem

Menderes, its the truely life skill, beda dengan kurikulum life skill di sekolahan

Mono Penderes Nira, begitu kira-kira judul tayangan di Trans 7 bulan lalu dalam program "Orang Pinggiran". Ada lagi yang baru namanya Tiyem, seorang wanita berkebutuhan khusus tetangga rumahku, masuk lagi dalam program itu kemarin. 

Berkekurangan secara materi memanglah perlu disimpatiki, tapi yang lebih musti kita sadari lagi adalah bahwasannya seandainya ada gurat kesedihan, bukan kekurangan materi itu, tetapi silau gelamor dunia yang tersiar dari tabung-tabung berwarna bernama televisi. 

Program orang pinggiran ini bagus, manfaatnya banyak, diantaranya pertama, menyadarkan aku, Bapak-Ibuku dan tetangga-tetanggaku bahwasannya zakat fitrah setahun sekali belumlah cukup, keluargaku sanggup beli mobil sementara radius 5 km masih ada orang yang terpinggirkan macam Mono dan Tiyem itu, bahkan Tiyem tetangga 100 meter dibelakang rumahku.

Kedua, menyadarkan orang-orang kota yang biasa nongkrong minum kopi 40.000 segelas, atau yang selalu mengeluh tiap hari senin datang padahal gaji berikut pensiuannya lebih dari cukup untuk ke Dufan setiap hari bahwa kesederhanaan dan kekurangan masih mendera banyak orang nun jauh di pinggiran sana.

Ketiga, bagi televisi, setidaknya program seperti ini bisa mengurangi durasi sinetron-sinetron lebay yang merusak akal sehat.

Sekalipun program bagus, jangan njur kebablasan. Misalnya, Mono dikasihani karena kecil-kecil menderes nira. Lalu disolusii dengan menyekolahkannya gratis. Selesaikah masalah? Masalah "rasa kasihan" kita mungkin selesai, tapi kedepannya, siapa yang akan meneruskan life skill menderes? 

Lalu tayangan yang dilebih-lebihkan, aku tau persis kultur masyarakat di daerahku, karena aku dari lahir ya tinggal disitu. Dan sepanjang puluhan tahun aku menjadi anak-anak, aku tidak menemukan ada adegan dikucilkan seperti ini. 


Adegan sedang mengangsu air, dia dikucilkan teman2nya yang sedang bermain

Plis, kepada para pemilik TV, jangan ya nasib orang dikapitalisasi, didramatisir berlebihan demi tingginya rating. 


Dan yang terakhir, waspadalah, acara semacam ini jangan sampai jadi doktrinasi. Doktrinasi seperti iklan susu, yang kalau nggak minum susu tulang jadi rapuh, kita dilupakan kalau kita punya daya tahan tubuh dan daya bangun tubuh internal yang alamiah. Sama juga dengan program ini, jangan sampai jadi doktrinasi, bahwasannya kebahagiaan adalah jadi orang kaya di tengahan, sedangkan jadi orang miskin di pinggiran itu pasti tidak bahagia.

Jangan sampai pikiran kita tersetir, apalagi sampai ke wilayah Tauhid, hingga beranggapan Tuhan tidak adil membagikan kebahagiaan karena ada banyak orang terpinggirkan tanpa kebahagiaan. Bahwasannya Tuhan tidak adil, kucing saja diberi rejeki sedangkan orang pinggiran tidak kebagian jatah rejeki.

Mau orang tengahan, atau orang pinggiran, semua punya porsi rejeki dan kebahagiaannya masing-masing. Output terbaik dari acara ini adalah bagaimana orang pinggiran dan tengahan bisa saling berinteraksi, bersaudara satu sama lain, memberi satu dengan lainnya.

Masih Puasa

Aku masih puasa dari panggung pengembangan diri dulu. Sudah berapa tahun ya kalau dihitung-hitung? 2 tahunan mungkin. Beberapa kali Naim mengajak ngobrol untuk kita bisa turun lagi ke sekolahan, mengambil ruang untuk berbagi hal-hal seputar pengembangan diri, tapi aku belum meresponnya.

Aku masih fokus pada diriku sendiri. Mempraktekkan Quantum Ikhlas, mempraktekkan Emotional Spiritual Intelegence, mempraktekkan Kun Fayakun dan seabreg buku-buku lainnya yang aku habiskan membaca dulu.

Lagaknya mau memberdayakan orang, membangun diri sendiri saja belum bisa, membangun komunitas kecil saja awut-awutan.

Seperti yang aku bilang kemarin, kalau akalku sudah benar-benar sehat, membeli mobil sekelas Avanza dengan potensi dan modalitasku, 6 hari saja terbeli. Kalau sampai bertahun-tahun begini enggak terbeli-terbeli, berarti masih ada yang salah dalam akal sehatku. 

Mobil, bukan persoalan materialis. Itu untuk ukuran gampangnya saja.

10/12/11

Alasan Orang Menikah

Orang I menjawab :
Karena aku mencintai dia, maka aku ingin memiliki dia

Orang II menjawab :
Aku ingin ada yang membuatkan teh hangat dan sarapan tiap pagi

Orang III menjawab :
Kawan seumuranku sudah pada nikah, masa aku enggak

Orang IV menjawab :
Aku sudah selesai kuliah, sudah berpenghasilan, mau ngapain lagi kalau enggak nikah

Orang V menjawab :
Katanya kalau menikah bisa jadi kaya

Orang VI menjawab :
I need couple

Orang VII menjawab :
Ibadah

Ada banyak alasan orang menikah.



Bandung Sehari

Nyasar di dekat Braga

Sok Diem-Dieman

Bareng Mbah Tejo

Kena Deh...

Kafir.... Ha Ha Ha

10/11/11

Kucing Menuntut Tuhan

Kucing berkata :

Tuhan, apakah ke-Mahaadil-an-Mu berlaku juga untuk kaumku, sedangkan kau berikan pada manusia kesadaran, reward berupa surga masih plus kenikmatan dunia berupa kesejahteraan, kemampuan menginovasi teknologi dan mengupgrade tatanan sosial kehidupannya.

Sementara kaumku, tetap saja begini dari dulu, makan tulang sisa-sisa makanan manusia. Kaumku melahirkan tanpa rumah bersalin, anak-anak kaumku besar tanpa sekolah, aku menua tanpa jaminan gaji bulanan apalagi pensiunan.

Mana yang lebih baik sebetulnya? Engkau dengan Jargon-Mu Yang Maha Bijaksana, atau aku dan kaumku yang rela-rela saja diciptakan sekehendakmu. Bentuk mukaku begini, tinggi badanku segini, bulu badanku setebal ini, tanpa pernah aku dan kaumku protes.

Kalau untuk manusia yang setiap kesalahannya Engkau jaminkan ampunan bagi yang meminta, Engkau hadiahkan Surga bagi sebagian dari mereka, sementara reward istimewa apa yang akan Engkau berikan untuk aku dan kaumku? Setelah aku dan kaumku rela tidur di got-got. Mati tertabrak tanpa dikubur apalagi di tahlili, anak-anakku suatu saat nanti akan aku tinggalkan mati tanpa warisan polis asuransi.

Badanku sepanjang hidup baunya begini, karena aku dan kaumku tak pernah berkemampuan membuat parfum. Intelegensiaku juga segini-segini saja, tak pernah bisa mengupgrade taraf kehidupan sosialku dan kaumku.

Hormatku,

Kucing







Negara Tanpa Istana



Apa kabar resuffle? begitu chat seorang kawan lama kemarin.... Haha, bisa-bisa saja itu orang, masih saja ingat dan mengakui eksistensi kepresidenanku.

Dari chat singkat kemarin aku jadi terpikir, mungkinkan Indonesia rakyatnya disejahterakan tanpa campur tangan istana? Hm, kalau  ingat sosok Pak Joko Wi, kemudian Dahlan Iskan, lalu Chairul Tanjung, Ridwan Kamil, Zaini Alif, Noe Letto, Dedy Mizwar, Panji Pragiwaksono terus banyak lagi lainnya. Rasa-rasanya sangat mungkin. Terlebih kalau orang-orang itu diskemakan sesuai bidang-bidangnya, ya semacam kabinet bayangan lah. Kabinet tanpa gaji. Negara tanpa Istana.

Besok-besok lah coba dipetakan, ada berapa banyak sebetulnya orang Indonesia yang sedang menggawangi lahirnya arus semangat nasionalisme baru. Dimana mereka meletakkan perubahan bagi rakyat bangsa ini, tanpa menuntut gaji dan jabatan. Melawan pengrusakan yang dilakukan oleh pejabat2 kita yang mulia.

Aku yakin pasti cukup jumlah orang-orang baik dan kuat itu untuk dipetakan dalam satu kabinet. Kabinet yang bekerja di masyarakat langsung, tidak membutuhkan kantor dan istana. Dan melalui postingan ini aku mengajak, sudahlah lupakan saja pemerintah, mari kita doakan tokoh-tokoh pembaharu itu saja. Dukung, ramaikan, sukseskan program-program mereka.

Kalau perlu kita bisa belajar dari Yahudi yang mengakali pemerintah untuk memuluskan kepentingan mereka. Ya, kita lakukan saja seperti itu, manfaatkan pemerintah untuk memuluskan visi besar kita. Kita pro rakyat inih.


10/10/11

Ayo Jangan Naik KA

Sampai saat ini aku masih konsisten dengan omonganku untuk tidak naik kereta Bisnis & Eksekutif. Bagiku PT KAI adalah perusaan yang sombong, mentang2 plat nya merah dan satu2nya, memasang tarif seenaknya, pelayanan sakarepnya, telat nggak itungan. Wedeh....

Dulu aku penikmat ringtoon stasiun yang bunyinya tong ting ting ting ting ting tong ting ting..... Suka nongkrong di stasiun sampai lewat tengah malam. Tapi sekarang, sudah berapa lama ya enggak ke stasiun. Sampai akhirnya kemarin ke Stasiun Kroya naik KA ekonomi bareng Hilmy & Mba Tia.

Sekarang ada perbaikan, kereta ekonomi pakai tiket, tidak berjubel seperti dulu, gerbong dengan kapasitas 80an kursi tapi isinya 200 orang. Sekarang sudah pakai tiket jadi semua dapat tempat duduk. Terus lagi sekarang tidak ada tarif peron yang 2.500 itu. Tapi selain penumpang sudah steril dari dalam stasiun. Mirip2 bandara begitu.

Tapi, kata temanku tiket Jakarta-Jogja kalau dibanding pesawat, cuma selisih 25.000 kemarin saat peak season, hebat tidak itu? Dan dibanding bus misalnya dari Bandung-Jogja, kalau kereta bisnis yang tak ber AC tiketnya 100 ribu lebih, naik bis 80.000 sudah dapat makan dan ontime pula. Sedangkan kereta telat 1 jam.

Bagiku persoalan tiket KA masih sangat ngawur. pertama, tiket kelas bisnis dan eksekutif, sudah tanpa makan dan snack, tapi mahalnya minta ampun. Kedua, tidak ada tiket potongan, masa tarif Senja Utama misalnya, Jogja-Jakarta 130.000, Jogja-Purwokerto sama. harusnya kan 1/3 nya lah maksimal.

Kabar bagus datangnya dari JK yang sedang akan membangun monorel di Bandung. Ayo JK, buat tandingan PT KAI, biar gulung tikar sekalian itu perusahaan pelat merah kalau enggak buru2 introspeksi tarif. Sementara JK belum berhasil menyelesaikan proyek penyedia jasa KA swastanya, ayo pada naik bus saja... AC Eksekutif dapat makan, harganya jauh dibawah harga kereta bisnis tanpa AC, sering tidak ontime & tanpa makan.

10/6/11

Hanya Pekewuh atau Enggak

Kalau misalnya kemarin seharian, kamu tidak berbuat apa-apa untuk ibumu. Atau bahkan kamu berbuat yang membuat ibumu tidak senang. Apa terus pagi ini ibumu mengembargo sarapan buatmu? Tidak kan?

Tapi kamu akan sarapan mau tidak mau dengan rasa pekewuh. Selezat apapun itu masakan, kalau dimakan dengan bumbu rasa bersalah, ya menjadi tidak lezat.

Kalau sampai kemarin, kamu belum bisa menyenangkan Tuhan, belum bisa cekat-ceket memanfaatkan waktu dengan Faidza Faraghta Fansab, apa pagi ini Tuhan akan men-stop jatah rejeki untukmu. Logikanya, kalau ibu saja yang manusia, tidak tega men-stop sarapan untukmu, apa iya Tuhan tega? Keyakinan macam apa yang kamu punyai, katanya Bismillahirrohmanirrohim? Menyebut Maha Pengasih dan Maha Penyayang tapi cuma dibibir saja.

Paradigma semacam ini terlihat sepele tapi betapa merusaknya dalam kita berikhtiar. Kita bekerja keras dengan satu keragu-raguan : ini Tuhan bakal ngasih nggak ya, saya kan kemarin begini-begini-begini. Sudahlah, yakin saja, Tuhan Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Pasti dikasih jatahmu, tinggal urusannya kamu pekewuh apa enggak?

Disintegrasi Diri

Dulu ada kasus disintegrasi timor-timur, dimana akhirnya timor-timur tidak lagi menyatu menjadi bagian NKRI. Karena sudah tidak menyatu, maka masing-masing punya kendalinya sendiri.

Tahukah, bahwa sebagian dari kita juga mengalami disintegrasi? Jadi, diri kita itu tidak lagi menjadi bagian dari diri kita sendiri. Jadi seolah-olah ada 'diri sendiri' lebih dari satu, dimana kita sering berada di 'diri sendiri' yang pertama, kadang berpihak ke 'diri sendiri' yang kedua dan sesekali pro dengan 'diri sendiri' yang ketiga.

Tandanya diantaranya, kadang kita menjadi orang yang begitu semangat, heran dengan pemandangan kemalasan. Di saat yang lain eh sebaliknya, menjadi orang yang sangat malas, tidak ada kamus 'rajin' dalam benaknya.

"Bangsa ini dibangun oleh mereka orang-orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri", begitu kata seorang tokoh bangsa ini.

Dalam dunia pengembangan diri ada training yang dinamai "ego state", mahal bayarnya, berjuta-juta. Sekilas bisa diceritakan bahwa training ini menjelaskan di dalam diri kita ada state-state, bagian-bagian, yang masing-masing mempunya kendalinya sendiri, dan seringkali bagian-bagian itu bertentangan satu sama lain. Ketika itu terjadi, yang terjadi adalah kita capek sendiri dengan diri sendiri.

Maka, kadang-kadang kita menjadi pencela diri  kita sendiri. Walhasil, kita tidak maksimal dalam bertindak. Karena tindakan kita berawal dari rasa rendah diri. Oleh sebab itu, sangat logis kalau kita sesekali butuh satu pencapaian, prestasi, penghargaan atau apapun. Bukan agar orang lain takzim pada kita, tapi semata-mata agar bagian lain dalam diri kita kagum pada diri kita sendiri.

10/5/11

Pengkhianatan Intelektual

Unsoed akan segera mempunyai Rumah Sakit Gigi & Mulut pertama di Jateng. Selamat...selamat... apa artinya itu? artinya kalau para dosen dan mahasiswa benar-benar akalnya berfungsi, berputar, tidak bumpet, tidak dol, bisa mikir, bahwasanya terobosan pendidikan gratis bisa ditempuh tidak hanya dengan menuntut pemerintah, tetapi dengan membangun unit usaha sendiri.

Anehnya, banyak kampus besar sudah bisa menyisihkan keuangan kampus untuk membuat badan usaha komersial ini dan itu. Namun, bayaran kuliah dari tahun ke tahun semakin mahal.

Anehnya lagi, mahasiswa kok ya tidak ada yang komplain? Apa akalnya tidak mencapai, untuk mempertanyakan, jadi uang SPP itu untuk apa? Jadi uang dari negara untuk apa? Jadi uang pendapatan usaha yang dimodali dari dana kampus itu untuk apa?

Saking pinternya apa ya mereka, sampai hal-hal semacam itu tidak terpikirkan, terpertanyakan.

Tapi yang jelas, kalau konsep badan usaha milik kampus sudah mulai dikembangkan, tetapi pendidikan bukan semakin gratis, artinya ada PENGKHIANATAN INTELEKTUAL di dalam kepemimpinan kampus. Neraka dunia akherat untuk Pak Rektor dan semua yang terlibat. Berani-beraninya mengkhianati ilmu.


Kalau

Kalau kau diam, kau pasti mati. Kalau kau mundur, kau mempercepat mati. Kalau kau maju, mungkin hidup mungkin mati.

Pilih mana?


10/4/11

Kenapa Tidak Lengkap

Tahukah, kenapa kamu tidak diberi semua yang kamu inginkan? Tidak memiliki semua yang kamu butuhkan? Itu salah satunya adalah agar egoismu tidak memuncak.Kamu mencari orang lain, kamu melibatkan orang lain, kamu membaurkan dirimu dengan orang lain.

Enggak ada laptop, agar kamu pinjam dan mengucapkan terima kasih. enggak ada motor, agar kamu nebeng dan berinteraksi. enggak ada TV agar kamu ngobrol. enggak ada uang agar kamu enggak kemana-mana makan sendiri.

Sekarang coba pikirkan deh, kalau semua yang kamu butuhkan ada. Orang lain kamu ambil & buang sesukamu bisa-bisa.

10/3/11

WM

Bukan hanya Mandiri yang punya wirausaha muda dengan WMM-nya. Semangat Donk juga. Sebagai komunitas wirausaha muda, nama Semangat Donk banyak bercokol diantara forum2 dan konferensi2 kewirausahaan nasional. Ke depan, concern kita tetap pada penggiatan komunitas, dengan penerbitan media dan event. Medianya masih Kording, syukur majalah bisa terrealisasi. Dan event salah satunya ya perhelatan bulanan inspiration night tea...

Sedangkan kalau ditanya orang, setutupnya warnet, apa saja unit bisnis dibelakang dapur Semangat Donk? Mungkin bisa dijawab ini : ada SPC, Ipoint, STI, kantin Harina, agro-jamur dan terakhir CV Nira Asli Banyumas. Tidak banyak ya... Ya walau sedikit, yang penting maju.

Sent using a Nokia mobile phone

Inspiration Night

Get out! Tempat udah dapat, tinggal ditembusi. Untuk person EO nya nanti ajak Nandar, Mba Irna, Chiko, dll nggak usah banyak-banyak

Sponsor sudah ada yang menawari. Minimal ya satu itulah. Syukur bisa ke sponsor2 lainnya. So, langkah sebelum publikasi satu lagi adalah hunting sneak speaker.

Hm, tapi ngomong2 apa si sebetulnya niatan terdalam penyelenggaraan inspiration summit ini? Sekedar perform Jamus Kalimasada kah? Atau boomingkan Semangat Donk? Atau sekedar menghabiskan dana sponsor? Atau promosi--kalau promosi, apa yang mau dipromosikan?

Syukur acara ini bisa continue bulanan, melengkapi monthly schedule yang sudah ada, maiyahan 17, tinggarjaya 13 dan serangkaian agenda nyetor utang ini dan itu. Haha...

Dan acara ini sebenarnya bisa dikembangkan menjadi semacam Osis to Osis. Tinggal namanya saja diganti jadi inspiration day, atau OSIS Summit, atau lainnya

Sent using a Nokia mobile phone

Tidak Mencari

Ya karuan saja belum ketemu ketemu, orang kamu enggak mencari! Begitu kira2 yg Azis bilang ketika sedang ngobrol tentang jodoh denganku beberapa hari lalu.

Mungkin memang benar, aku sedang tidak mencari. Konsentrasiku belum memadai, aku masih ketungkul mencari yang lain.

Sedang ketungkul apa si aku ini? Kalau mecari uang, sepertinya tidak. Lebih dari separo hariku sepanjang tahun aku gunakan bukan untuk mencari uang, tapi malah menghabiskan uang. Dan lagi, orang juga tahu bahwa sudah sedari lama aku masuk madzhab yang meyakini nggak harus punya banyak uang dulu utuk nikah.

Ya, jadi jan jane aku sedang sibuk mencari apa sampai2 nggak kober mencari jodoh? Aku sekarang masih sedang disibukkan oleh pencarian. Mencari what is something wrong, sehingga aku belum mencapai posisi yang aku impikan dulu.

Sudah jelas2 memproklamirkan kemerdekaan dari perbudakan menjadi karyawan kapitalis, tapi kok iya, belum bisa jadi milyarder juga. Padahal aku belajar,padahal aku bermimpi, padahal aku berproses, padahal aku membuka diri dengan silaturahim. Tapi nyatanya aku belum jadi milyarder. Padahal umur 25 ku tinggal 7 bulan lagi.

Hm, apa ya yang salah, nggak ketemu2 euy aku cari. Semoga lekas ketemu, lekas bisa dibenerin. Lekas siap mencari yang lain... :)

Sent using a Nokia mobile phone

Tweet Motivator

Entahlah, aku kok skrg begitu ilfeelnya menyimak tweet para motivator. Tentu tidak semua, tapi kebanyakan. Isinya kok tidak mutu.

1. Nasehat2 yang melangit
2. Jualan acaranya sendiri
3. Pamer relationship dengan sesama orang besar
4. Sok memberi nasehat utk orang yg curhat problem
5. Pamer kegiatan yang wah wah dia isi

Entahlah, itu cuma ekspektasiku apa bukan. Di twitter bedanya pamer dan bukan pamer sangat ultratipis.

Hm, tapi kalau bukan utk pamer, utk apa ya

Sent using a Nokia mobile phone

Prosedur

"kalau itu untuk keuntungan kampus, iya, harus taat prosedur mas, ini dan itu. Tapi kalau untuk kebutuhan saya, mana prosedur? Prosedur mbahmu!!!!"

Diadaptasi dari ceramah Sujiwotejo di Jakarta Lawyer Club beberapa waktu lalu.

Sent using a Nokia mobile phone

Jilbab Mandiri

Kalau jilbab Muhi, kita sudah tau semua. Sebenarnya, tidak semua anak Muhi memakai jilbab yang rambutnya disisain ke depan membentuk poni, tapi ya karena jumlahnya mendominasi makanya jilbab poni sering disebut juga jilbab Muhi.

Jilbab yang dipakai karena keharusan. Sekolah mengharuskan, ya mau nggak mau pakai jilbab. Karena ini cuma soal peraturan, maka hati jadi tidak dilibatkan, bahkan beberapa hati malahan brontak. Output brontak, ya poni itu.

Berbeda dengan pemandangan yang aku lihat pagi ini, mengantri di CS Bank Mandiri.... Wuidih, semua CS nya ada 5 orang yg bertugas pagi ini. Dan semuanya berjilbab. Hampir2 aku setengah ragu2 ada disini, waduh, ini aku salah masuk ke Bank Mandiri Syariah apa ya? Haha.. Tapi tidaklah, warna seragamnya kan biru demokrat, bukan hijau syariah.

Apa iya, manager Bank Mandiri membuat peraturan agar karyawannya wajib berjilbab? Apa juga kepentingannya, kan bukan bank syariah juga. Namun, kenyataannya semua berjilbab, rapi pula, angun tanpa poni.


Sent using a Nokia mobile phone

10/2/11

Bakul Pop Ice

Orang dagang kalau cuma cari gampangnya itu sembrono. Setidaknya sembrono sama orang-orang kecil. Salah satunya bakul pop ice tontonan edition.

Betapa tidak, rebyeg sekali ternyata ubarampe yang dibawa oleh bakul pop ice yang membuka lapak di lapangan-lapangan tempat dimana malam itu ada tontonan. Dia membawa pop ice sachetan, blender, gelas plastik, galon, kotak besar wadah es batu, dan hebat lagi satu orang membawa satu genset untuk menyalakan lampu dan tentu saja memutar blender.

Semua itu secara kreatif dikemas dalam satu wadah semacam lemari yang sekaligus difungsikan sebagai meja etalase. Dan hebatnya lagi, semua itu, barang sebanyak dan seberat itu, mobilitasnya hanya menggunakan sepeda motor. Gebleeg.....

Kreativitaa tiada tanding, indonesia punya lah. Dan itu belum cukup, masih dipadukan dengan level kepasrahan yang tak hingga. Iyah, namanya juga jualan, tidak bisa dipaksa harus selalu ramai. Dengan kondisi jumlah pesaing yg demikian banyak, dalam satu lapangan, ya, kalau sepi pembeli ya harus pasrah dengan ikhlas.
Salut benar aku dengan kerja keras mereka. Untuk tata2 dan kukud, bisa sampai satu jam sendiri.

Repoootnya.... Begitulah orang ikhtiar, kemuliaannya tiada tara. Malam2, rebyeg nata dan kukud, sepi atau ramai musti beli bensin buat diesel generator set.

Kepada seluruh pedagang pop oce bersepeda motor dimanapun anda berada, semoga dimudahkan lah semua2nya. Amin....


00:04
021011

10/1/11

Tidak Butuh Hiburan

Sebetulnya, orang indonesia, apalagi dipedesaan, mereka sudah cukup bahagia. Hiburan tidak diperlukan bagi mereka. Tapi para pengamat, yang dibayar karena mengamati, yang hasil pengamatannya ya begitu itu, mereka punya asumsi masyarakat butuh hiburan.

Terlebih lagi, hiburan adl komoditas empuk jamaah kapitalis, karena gampang dijual, dan laku dijual mahal. Walhasil, mau wayangan saja, harus opening dengan ndangdutan dengan segala tandang polahnya dulu. Merasa nggak pede, kalau yg seksi2 nggak dikeluarin dulu, masyarakat pada ogah menyimak.

Ya begitulah, akhirnya segolongan seniman tampil bukan mempersembahkan karakternya. Tapi menyajikan yang dia kira masyarakat suka, yakni hiburan murahan.

Enaknya gabung di grup orkestra gamelan JAMUS KALIMASADA menurutku yaitu, tegas dgn karakternya. Bukan sekedar menyajikan yang penonton mau, tapi membawa pesan2 sesuai karakter kita, gending dan wayang dakwah.

Enggak apa apalah, alirannya Muhammadiyah. Yang penting aku tetap netral, tidak ikut semangat komunal. Tentu dengan segala resikonya, salah satunya, karena payungnya Muhammadiyah, ya enggak bisa minta sponsor rokok. Kan rokok haram, hehe...

Begitulah, dari kapitalisasi hiburan... Menjejali masyarakat dengan hiburan, yg sebetulnya mereka tidak butuh, akhirnya menjadi merasa butuh, karena ya namanya juga dijejali, hingga pentas tanpa sponsor rokok
Sent from lapangan karangwangkal

Jualan

Bulan ini memilih tema jualan, ya 'Oktober Selling'. Yang pertama-tama tentu tema ini boleh ditafsirkan dengan seperti apapun penafsiran bebas-bebas saja.

Selling, jualan, bukan dalam definisi sempit jualan formal saja. Jualan itu pertamanya ya harus menyiapkan mental seorang penjual. Kalo cuma jualan dalam arti formal, selama ini si aku sudah melakukannya. Tapi harus aku akui, aku belumlah menerapkan mental penjual.

Penjual yg baik itu memuaskan yg dijuali. Penjual yg baik itu tegas soal pembayaran. Penjual yg baik itu mengusahakan agar jualannya berkelanjutan, tidak sebatas menjaring pelanggan 'hit and run'. Penjual yang baik itu ya dapat untung yang maksimal.

Konfirmasi

Kalau sudah kerja keras, sudah prihatin, ya sudah, lantas mau apalagi coba... Begitu weling dari orang-orang tua. Bahwa kalau sudah kerja keras dan prihatin, ya tinggal yakin saja menunggu panen buah keberhasilan.

Tapi nyatanya, sering kita merasa belum maksimal kerjakerasnya, belum total prihatinnya. Jadinya kita merasa belum berhak untuk yakin keberhasilan pasti akan menghampiri. Padahal, maksimal tidaknya, itu ukuran kan persepsi kita saja parameternya. Tidak ada standar yang bakunya. Lah, kalau memang begitu, ya mbok iyao pilih merasa sudah maksimal saja, daripada merasa belum maksimal. Toh, yang lebih memberdayakan kita kan yang itu to?


Tapi sekalipun kita sudah berhasil merasa maksimal, kita tidak boleh lepas. Kita kudu konfirmasi terus ke Tuhan. Connect terus dengan Dia.

Itulah kenapa maksimal belumnya kita dalam berusaha, penilaian itu Dia rahasiakan. Agar kita terus konfirmasi. Tidak loss...

Representasi Anak Muda Banyumas

Harus bisa bahasa ngapak, dengan cengkok, logat dan segala expresinya
Setidaknya pernah minimal sekali mengunjungi seluruh obyek wisata populer di Banyumas
Pernah keliling-keliling ke semua kecamatan yang ada
Tahu tokoh-tokoh lokal, bersahabat baik dengan pendiri Banyumas Heritage
Berinteraksi langsung dengan budayawan Banyumas paling senior, Ahmad Tohari, juga budayawan-budayawan lainnya
Aktivitasnya bersinggungan dengan dunia pesantren di Banyumas
Senang dengan seni Banyumasan, begalan, lengger, dan sebagainya
Bisa memainkan karya seni itu, minimal ya ricik-ricik Banyumasan
Setia memfollow twitter @ngomongngapak
Punya trackrecord usaha yang mengembangkan potensi lokal, kaos Banyumasan misalnya
Punya visi lokal, mimpi bikin festival, pagelaran kalau perlu sampai international fair di Banyumas
Nyambung kalau ngobrol tentang Soedirman, Gatot Soebroto dan Aria Wiriaatmaja
Paham seluk beluk museum Wayang, museum Jenderal Soedirman, Museum Uang
Pernah mencicipi, Soto Sutri, Ikan Bakar Lik Tuti, Bakmi Gareng, Soto Jalan Bank, Serabi Jalan Bank, Sate Banaran
Penikmat golang-galing, gethuk goreng, kripik dan mendoan
Tidak asing dengan dunia industri Nopia & Mino
Hafal jadwal kereta api yang melintas di Purwokerto setiap harinya
Akrab dengan Efisiensi yang berperjalanan dari Banyumas ke Timur, Nusantara dengan rutenya dari Banyumas ke Timur Laut, Kurnia yang melaju tiap jam dari Banyumas ke Utara dan Budiman yang datang dan pergi dari Barat Banyumas
Tahu banyak tentang Gula Jawa, komoditas internasional yang 70% pasokan nasionalnya bersumber dari Banyumas Raya
Bergaul baik dengan komunitas muda dan komunitas wirausaha yang ada di Purwokerto dan sekitarnya
Diterima baik di kalangan sivitas akademika Unsoed, kampus terbesar di Banyumas
Gemar menyambangi UMP, universitas swasta terbesar di Purwokerto
Tahu dimana bengkel mobil paling bagus, rumah makan paling laris, gerai komputer paling besar, pasar rakyat paling ramai, toko emas paling komplit, supermarket paling laris

Panteslah jadi Kakang-Mbekayu Banyumas yang seperti itu.

Ngetes posting by email

Berhasil?