7/30/12

#9 Ramadhan : Soal Nasab


Nasab atau garis keturunan menjadi satu yang dihimbau dijadikan pertimbangan, selain kecantikannya, hartanya dan agamanya. Berapa banyak darikita yang dalam hal jodoh hanya berhenti di urusan orang tua sana setuju, orang tua sini setuju, then oke. Atau merasa nyambung, sevisi, lalu cocok. Lebih simpel lagi yang menganut faham 'yang penting sama-sama cinta'.

Ada cerita nyata tentang kakak beradik 3 bersaudara, si kakak pergaulannya enggak beres, adiknya, lebih tidak beres lagi, adiknya lagi baru agak lumayan. Sudah dinasehati berulangkali hingga dipesantrenkan masih saja tidak berubah, malah lebih parah. Padahal perhatian orang tua tidak kurang, nutrisi makanan juga mencukupi.

Lalu, apa yang menjadi penyebab semua itu? Selidik punya selidik, dulu ayah mereka sebelum pensiun, kerja di sebuah instansi pemerintah, dimana ia menjadi salah satu orang yang menerima uang bayaran suap dari masyarakat yang mengurus berkas-berkas di kantor itu, kalau tidak ada uang suap itu berkas lama jadinya, makanya suap jadi budaya, agar cepat kelar urusan. Walhasil mengalir deraslah penghasilan si ayah itu.

Nah, mungkin enak-enak saja itu uang dibelanjakan, termasuk untuk belanja kebutuhan keluarga, dimana anak-anaknya juga ikut menerima. Tidak terpikir saat itu, bahwa itu sedang memasukkan zat tidak beres ke darah dan daging anak-anaknya. Dan tidak terpikir kalau zat tidak beres itu sudah menyatu sedemikian rupa, kita sendiri yang berdecak keheranan, habis pikir, tidak menemukan cara memperbaiki kelakuan buruk anak-anak.

Nah, nasab penting salah satunya karena ini. Beres tidak orang tuanya memberikan asupan rejeki dan nutrisi? Kemudian beres tidak kakeknya menurunkan zat kedalam darah dan daging ayah-ibunya, semakin selidik jauh ke atas, semakin baik.

#8 Ramadhan : Menggeser Kiblat


Sajadah dimiring-miringkan, garis shaf lama dihapus, dibikin garis shaf baru. Begitulah kiblat sudah seharusnya digeser, itu kalau menurut perhitungan matematis kedudukan kita di sini terhadap azimut ka'bah di Saudi sana.
Namun ternyata memiringkan sajadah dan mencocokkan derajat arah kiblat dengan arah yang baru sesuai pengumuman Kemenag saja tidak cukup, itu baru secara kuantitatif. Secara kualitatif, kiblat hidup kita juga sudah sedari lama harus digeser.

Digeser darimana? Digeser dari Jakarta. Lihat sekarang, betapa arah kehidupan kita dijakarta-jakartakan sedemikian rupa. Orang hidup harus sekolah, selesai sekolah harus kerja berangkat pagi pulang malam. Akibat orientasinya seperti itu, ladang tidak tergarap, potensi lokal terbengkalai.

Kota belum maju kalau belum ada mallnya, hotel bertingkatnya dan taman kotanya. Akibatnya enggak peduli melanggar tata kota ataupun tidak, merusak cagar budaya ataupun tidak, mengusik kearifan lokal atau tidak mal didirikan, hotel bertingkat diberi ijin, taman kota diberi ijin.

Secara individu, mayoritas orang mengidolakan artis di TV, tidak peduli bagaimana latar belakang kehidupan si artis, asal dia cantik, ganteng, pinter nyanyi, ketika tampil pasti dielu-elukan didayu-dayukan. Padahal, bagaimana kehidupan mereka secara umum, bagaimana mereka memiliki gaya hidup di apartemen yang begitu permisif, bagaimana mereka bergaul dengan begitu bebas, sampai-sampai ada artis bekas video pornonya tersebar keseantero negeri setelah beberapa tahun eh diterima lagi di TV dan diidolakan lagi. Bagaimana itu bisa terjadi? Ya karena si artis tidak malu, karena memang yang lebih parah dari dia dan enggak ketahuan lebih banyak.

Lalu, kalau Jakarta dan semua hal yang kejakarta-jakartaan tidak pantas dijadikan kiblat, harus digeser kemana kiblatnya? Ke Papua? Ke Palangkaraya? Ke Jogja? Atau ke Aceh? Berkiblat ke kearifan lokal masing-masing saja, setiap bagian di negeri ini punya kok nilai-nilai luhur yang paling sesuai dengan paradigma sosial kita, yang tiap-tiap daerah berbeda.

7/28/12

#7 Ramadhan : Kemampuan menakjubkan manusia


Manusia mempunyai sebuah kemampuan menakjubkan, yakni : adaptasi. Sebuah kemampuan menyesuaikan diri dengan kondisi 'disini' dan 'sekarang' nya manusia. Oleh karenanya, sebetulnya tidak ada orang yang perlu takut dengan datangnya perubahan. Baik perubahan yang dibuat orang lain, ataupun perubahan yang dia buat sendiri.

Orang yang berpindah kota misalnya, di hari-hari pertama mungkin aneh, tapi selang berapa waktu, keanehan itu akan membiasa. Karena adaptasinya sudah berhasil. Begitupun, orang yang berubah pekerjaan/aktivitas, tidak usah dibayang-bayangkan susahnya, diawal-awal bisa jadi susah itu beneran menghampiri, tapi cepat atau lambat semua kesusahan itu akan membiasa kok.

Begitupun dengan orang yang berpindah bahasa, ke bahasa yang sama sekali baru misalnya, tenang saja, pasti bisa adaptasi kok. Begitupun dengan orang yang berpindah status, dari lajang jadi menikah. Tidak usah dibayang-bayangkan ngerinya, nanti setelah malam ke-21 pernikahan semua kengerian itu akan membiasa kok.

Tidak ada yang perlu ditakutkan dengan masa depan, karena Allah lengkapi untuk instrumen perjalanan kita fitur menakjubkan : adaptasi. Namun begitu, selain sebagai fitur pelengkap, adaptasi bisa jadi sisi lemah kita. Kapan itu terjadi? Yakni, ketika kita sudah beradaptasi dengan keadaan baru, dan lupa keadaan kita sebelumnya, kita tidak eling, dan kemudian berbuat melampaui batas.

Gejalanya sederhana kok, misalnya yang sudah menikah, eh tidak lagi mau buka puasa sama teman2 lajangnya, maunya sama pasangannya. Yang sudah bekerja mapan, ogah, tidak mementingkan berangkat reuni smp/sma. Berhasil beradaptasi dengan keadaan baru, tapi lupa dengan masa lalu... yang lebih parah, lupa dengan asal-usul.

#6 Ramadhan : Tuhan itu NU apa Muhammadiyah yah?


Tahun ini 1 ramadhan terbagi dalam tiga kelompok besar, ada yang sama dengan ketetapan menteri Agama, NU salah satunya. Ada yang sehari mendahului, yakni Muhammadiyah. Dan golongan yang ketiga adalah yang beda dengan NU dan Muhammadiyah.

Kalau 1 Ramadhannya berbeda, lalu, bagaimana dengan malam Lailatul Qodr-nya ya? Lailatul Qodr menurut riwayat jatuh pada malam-malam ganjil sepuluh hari terakhir Ramadhan, atau orang jawa menyebutnya sebagai 'malem likuran'.

Nah, tahun ini, malam Lailatul Qodr akan jatuh pada malam ganjilnya NU, apa malam ganjilnya Muhammadiyah yah? Wah, kita tidak bisa spekulasi tentunya, karena rumusan penentuan malam Lailatul Qodr tidak bisa diteropong, atau dihitung secara astronomis untuk menentukan kapan jatuhnya.

Untuk amannya, ya sudah 10 hari di full aja munajatnya, jangan dipilih-pilih malam ganjil saja. Nanti kalau ikutnya patokan ganjil NU, ternyata Allah ikutnya kalender Muhammadiyah bagaimana? Nah, kalau ikutnya patokan ganjil Muhammadiyah, ternyata Allah patokannya kalender NU bagaimana?

7/26/12

#5 Ramadhan : Akibat Text-Minded

Masih ingat dengan lagu yang sering dinyanyikan jaman kita kanak-kanak berikut ini?

Sluku-sluku bathok
Bathoke ela-elo
Si Romo menyang Solo
Leh-Olehe payung motho

Pak jenthir lolo lobah
Wong mati ora obah
Yen obah medeni bocah
Yen urip nggolet duit


Ini adalah lagu nasehat jawa yang syarat makna, satu saja dulu maknanya, sluku-sluku bathok, itu ada yang memaknai bahwa bathok (kepala, pikiran) kita itu harus ada istirahatnya, agar tidak aus. Cara istirahatnya bagaimana? Dengan ela-elo, yakni dzikir Laaillahailallah. dan seterusnya.

Nah, sayangnya kita kadung sedari kecil, bahkan malah mungkin sedari belum lahir, sudah diajarkan untuk menjadi manusia tekstual, walhasil kita salah memaknai nasehat di bait terakhir dari lagu yang didayu-dayukan kepada kita sedari masih dalam gendongan sampai kita masuk SD kelas 1 itu.

Bait terakhir itu bunyinya : "Yen urip nggolet duit", akhirnya misi utama hidup ya cari uang beneran. Ada yang pergi jauh pisahan dengan keluarga seumur hidup, karena urusan penghidupan mereka. Ada yang hidupnya terpaksa absen setiap hari dengan mengeluh "aku malas, malas, malas, dan seterusnya". Ada yang merasa kehidupannya baru dimulai nanti, menunggu pensiun dulu.

Padahal text "yen urip nggolet duit" maknanya adalah "saat hidup saatnya makaryo (berkarya)".

Begitulah, ketika kita tidak bisa menyelamdalami sebuah kata hingga ke kedalaman maknanya, hanya sebatas text-nya saja, lagu nasehat yang begitu bijaksana bisa berubah menjadi pesan ajakan untuk menjadi materialis sejati.

Berapa persen orang mendaftar polisi karena ingin makaryo dibanding yang ingin gaji besar? Berapa persen orang menjadi anggota dewan karena ingin makaryo dibanding yang ingin penghasilan besar?

Berapa persen orang yang resah masih menganggur dan ingin segera makaryo dibanding yang resah menganggur dan ingin segera dapat uang?

7/25/12

#4 Ramadhan : Pembelajaran Motorik

Kata Cak Nun di forum Kenduri Cinta, pendidikan yang pertama-tama diajarkan kepada anak-anak kita adalah motorik, yang kedua kemudian disiplin atau menahan diri.

Motorik itu berkait dengan alat gerak dalam tubuh kita. Jadi, ingat pendidikan yang diajarkan Nabi SAW : berkuda, memanah dan berenang.

Bukan, berkuda, memanah dan membaca. Atau bukan berkuda, menulis dan menghafal. Atau bukan juga Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan Matematika.

Berkuda itu berhubungan dengan tangan dan kaki, memanah itu dengan kepala dan tangan, berenang itu melibatkan semua organ tubuh. Maka pendidikan modern sudah salah kaprah. Bukan hanya yang disekolahan, tapi juga dirumah.

Anak jaman dulu, sedari kecil sudah dibiasakan untuk tumandang, ngiris bawang-brambang, nggoreng sega, asah-asah, nyapu latar, dst, itu semua terkait dengan pembelajaran motorik. Anak jaman sekarang, bantu-bantu pembantu masak saja enggak boleh, takut PR nya nggak rampung.

Jadi, kalau anak Anda bertanya, "Ayah, kenapa si aku kok diajari berkuda, kan sekarang jamannya sepeda motor?!", atau "Ayah, kenapa si aku diajari memanah, kan sekarang jamannya PES?", atau "Ayah kenapa si aku diajari berenang, kan disini padang pasir, enggak ada kolam renang?" Jawabnya adalah, karena pendidikan yang pertama-tama adalah motorik.

Itu mungkin yang ingin Nabi SAW sampaikan, hanya saja kan lucu kalau waktu itu sudah keluar ucapan : motorik. Sehingga Nabi SAW pun menggunakan metode mengajarkan yang lebih sederhana.

Jadi sekarang, berikan ruang yang lebih luas agar anak-anak bisa mengasah motorik mereka, kasih pekerjaan dapur, kasih alat pel, kasih genteng kalau perlu buat dia pasang. Biar anak setelah dewasa nanti bisa tumandang

7/24/12

#3 Ramadhan : Ramadhan Bulan Pancingan. Maksudnya?

Yang paling tahu diri kita, ya siapa lagi kalau bukan yang menciptakan kita. Begitulah bulan Ramadhan dilaunching melalui Rasulullah SAW dan masih ada sampai 500.000 hari sesudahnya bahkan hingga saat ini sebagai bulan spesial bagi kita.

Sebuah ilustrasi : Ada seorang bapak yang menawari iming-iming kepada anaknya yang malaas sekali : Nak, minggu ini adalah minggu spesial, kalau kamu mau bersih-bersih rumah, uang sakumu bapak naikkan jadi 10x lipat. Teruuus, ada 1 dari 7 hari yang bapak pilih di minggu ini yang kalau bapak lihat kamu rajiin sekali membersihkan rumahnya, bapak akan belikan kamu iPad yang harganya 1000 kali lipat dari uang jajanmu biasa.

Begitulah karena tawaran spesial itu, si anak jadi rajin bersih-bersih rumah. Apa harapan si bapak dengan keluar modal memberikan imbalan spesial begitu? Harapannya adalah setelah selesai minggu spesial itu, sudah terbentuk dalam diri si anak kebiasaan untuk bersih-bersih rumah secara otomatis.

Kira-kira begitu Ramadhan diprogramkan Allah, karena tahu hamba-hambanya banyak yang menyerah oleh iming-iming dunia, Allah berikan BIG SALE pahala agar kita teriming-imingi untuk meng-elevate kegiatan ibadah kita. Harapannya, setelah bulan dengan iming2 10 hingga 1000 kali lipat bahkan lebih ini, autopilot dalam tubuh kita sudah teraktivasi lagi, intensitas ibadah kita jadi lebih banyak tapi tetap enteng sesudah ramadhan. Itulah yang disebut derajat taqwanya meningkat.

Jadi, manfaatkan kesempatan di bulan pancingan ini, pertama untuk mendulang pahala sebanyak-banyaknya, untuk mendapatkan diskon dosa besar-besaran sekaligus untuk membentuk kebiasaan beribadah dengan intensitas yang lebih, lebih dan lebih...

Jangan salah kaprah makanya mengartikan Ramadhan sebagai bulan suci. Karena bulan suci, warung di sweeping, diskotik di grebek, selesai Idul Fitri maaf-maafan, dan minum2an, wanita2an dimulai lagi dah... Hehey, semua bulan itu suci, mana coba bulan yang tidak suci?

Ramadhan, yang lebih tepat disebut daripada bulan suci adalah bulan spesial. Karena semua amalan dispesialkan, + ada banjir ampunan, masih + lagi ini adalah bulan bentuk Kasih Sayang & ke-Maha Tahu-an Allah tentang cara mengupgrade kualitas hamba-hamba-Nya

Selamat membentuk kebiasaan baru di bulan spesial ini, kalau kata ahli psikologi, butuh 21 hari, nah ini ada 29 hari,  lebih dari cukup untuk membuat kebiasaan baru itu terautomatisasi sesudah Ramadhan selesai besok..

#2 Ramadhan : Opera v.s. Keranjang Ampunan & Rejeki

Hal pertama yang dilakukan orang saat bangun saur adalah : nyetel TV. Ini dianggap cara ampuh untuk mengusir kantuk saat hendak makan saur : memilih program TV mana saja yang ketawa-ketiwi, toh hampir semua channel menyajikan lawak semua.

Entah sejak kapan budaya ini diciptakan dan siapa yang menciptakan juga tidak pernah kita pikirkan, karena kita anggap tidak penting, karena kita memang sudah didesain sedemikian rupa (termasuk oleh para ustadz) untuk tidak  usah terlalu banyak bertanya, apalagi mengkaji, walau di dalam forum yang namanya pengajian (asal kata : peng-kaji-an).

Padahal waktu sepertiga malam terakhir adalah waktu yang sangat spesial, di sekitar jam 3-4an itu Allah SWT turun ke bumi, membawa dua keranjang, sekeranjang ampunan dan sekeranjang lagi rejeki. Boro-boro kita melirik keranjang itu, kita asik-asik saja ketawa-ketiwi nonton opera.

Itulah duel head to head direktur program Opera TV v.s. Allah SWT. Ketika di bulan Ramadhan Allah SWT memanjakan sedemikian rupa, sehingga orang-orang yang tidak pernah bisa bangun malam dikondisikan sedemikian rupa, di grand design agar bisa bangun sebelum shubuh untuk mengisi perut, eh bukannya di sela-sela menunggu makanan masak orang-orang menyambut kehadiran Allah SWT, tapi malah mlengos nonton lawak.

Ini seperti misalnya kita sedang ikut kegiatan mencari jejak saat pramuka, kemudian ada kakak pembina yang berbaik hati mancing-mancing kita agar kita agar bisa melihat tanda panah, eh malah ada teman yang asik mengajak kita gojekan dan kita memilih gojekan. Apa akibatnya?
1. kakak pembina marah donk, sudah berbaik hati memberi tanda, eh dicueki
2. kita tidak menemukan tanda panah dengan mudah

Agaknya memang kita kalah cerdas jauh dengan musuh-musuh agama. Mereka tahu persis keutamaan waktu sahur, makanya disusun cara agar kita terlena. Allah SWT dan dua keranjang yang dibawa-Nya dicueki, naik lagi ke langit, keranjang yang dibawa buat kita utuh deh.

Tapi Allah SWT Maha Rahman, besok akan turun lagi menyapa kita lagi. Yang baca blog ini mungkin jam 03.00 sudah nongkrong di atas sajadah menunggu keranjang. Hehe..

#1 Ramadhan : Pilih Kurma atau Klepon?

Hafal hadits yang berisi tentang tuntunan Nabi SAW berbuka dengan kurma saja belumlah selesai. Ternyata ilmu kita harus dilengkapi pula dengan usaha untuk membedakan mana kurma dan mana yang manisan kurma.

Nabi SAW berbuka dengan kurma basah, atau kalau tidak ada dengan rumah kering, atau kalau tidak ada dengan air putih. Bukan dengan manisan kurma. Sementara, kurma yang banyak beredar di Indonesia, adalah manisan kurma, yaitu kurma yang diberi tambahan gula agar terjaga keawetannya. Sementara kurma yang asli seperti di Mekah/Madinah jarang dijumpai disini, kalaupun ada, harganya tinggi.

Nah, kalau beragama modal hafalan saja, hasilnya adalah kita jadi gendut selesai hari raya, malah bisa-bisa kena diabetes. Kenapa? Karena manisan kurma itu berbeda dengan kurma. Kalau kurma asli itu adalah makanan tinggi nutrisi dan rendah kalori, sedangkan manisan kurma adalah makanan yang memiliki kadar gula tinggi, yang kalau dikonsumsi di awal buka puasa, setelah perut kosong 12 jam, ampuh sekali menaikkan kadar insulin yang berujung pada penimbunan lemak secara signifikan di kantong2 penyimpanan lemak di dalam tubuh.

Jadi untuk buka puasa mending makan kurma atau klepon? Mengkonsumsi klepon yang dibuat dengan gula jawa yang merupakan jenis gula rendah kalori malah lebih aman untuk kesehatan dibanding mengkonsumsi kurma yang ternyata sudah dalam bentuk manisan dengan kadar gula tinggi saat awal buka puasa.

Nah itu, beragama butuh ilmu, menjalankan sunnah tidak bisa tekstual, harus diimbangi dengan daya pikir kita. Bisa jadi kesalahkaprahan seperti ini terjadi di sendi-sendi kehidupan yang lain, cadar misalnya, atau lain-lainnya

7/15/12

Palm Sugar (Gula Semut) Sekarang ada Semarang Loh



Yang mencari Palm Sugar, Brown Sugar, Gula Kristal, Gula Semut dan apapun orang menyebutnya, sekarang ada di Semarang, di Atrium Hall Paragon Mall lantai dasar.

Karena Expo selesai hari ini, besok lusa dan seterusnya bisa didapatkan di Minimarket serba organik : NATURE MART, Jalan dr. Cipto 74, Semarang.

Nature Mart - Minimarket Serba Organik

7/12/12

Promosi Gula Kristal & Cair di Semarang

Stand SWEETJAVA, tetanggaan dengan Adidas, BreadTalk & J.Co

Gula Jawa dari yang bentuknya klasik sampai kontemporer

5 hari pameran di atrium hall nya Paragon Mall

7/9/12

Loh?

bersyukur, karena masih diberi rasa gelisah, atas belum diberikan jalan oleh-Nya untuk sudah menikah hari ini. Rasa gelisah kok disyukuri. loh?

7/7/12

Fasilitas

Kemudahan adalah lubang menuju kememblean. Sekarang dikejar yang mudah-mudah, yang instan-instan, yang simple-simple, yang taktis-taktis. Sampai saking terbiasanya dengan semua itu, otak, otot dan nyali kita menjadi gamoh, gopoh alias memble.

Disinilah kita perlu memahami fasilitas yang kita kejar sekedarnya saja, jangan membabi buta menggantungkan semuanya padanya. Karena kalau semua fungsi2 diserahkan ke fasilitas, lah otak kita nganggur, otot kita nganggur, nyali kita nganggur, terus lama kelamaan mau jadi apa kita? bisa apa kita?

fungsi bertanya arah digantikan oleh GPS. Fungsi bertanya informasi digantikan oleh Google. Fungsi berteman digantikan oleh gatget. Fungsi ngobrol digantikan dengan SMS.

Kita lambat laun kehilangan fungsi-fungsi kemanusiaan kita. syaraf responsif, simpatik dan empatik kita. Mesakke


7/1/12

Sarjana Mendidik

Di Pulau Rubiah, bareng 23 teman2 SM-3T (Sarjana Mendidik yang ditempatkan
di daerah Tertinggal-Terluar-Terbelakang)