10/31/09

Lah.. Lah... Lah, Jan!

Berbuat salahlah yang banyak!
daripada salah sedikit karena hanya berbuat sedikit, atau tidak punya salah karena tidak berbuat apa-apa.

Bingunglah!
Karena aktivitas bingung ibarat aktivitas loading di komputer yang sedang mendownload file begitu besar, jadi butuh waktu. Jadi saat bingung, bersyukurlah karena tandanya kita akan mendapatkan sesuatu yang besar

Menunggulah!
Tidak ada satu karya besar yang bisa diciptakan dalam sekejap. Butuh waktu

Mencla-menclelah!
Membuat ide ini, pas dilakukan, tidak jalan, ganti konsep, diterapkan, tidak cocok, ganti lagi-ganti lagi. Mencla-mencle! Ya, harus mencla-mencle. Orang yang mencla-mencle seperti inilah yang sebenarnya konsisten, konsisten memberikan yang terbaik, konsisten ingin mencapai yang terbaik.

Sekarang

Untungnya saya sudah tidak berfikir seperti itu,

ada yang baru.

Nanti saja...

Dipersepsikan Jualan (3)

Event itu makelar trainer, event itu jualan sertifikat. Tutup saja!

Omong kosong yang dibilang Rizky, uang pendapatan event yang dialokasikan di sektor produktif akan menjadi modal usaha yang akan bergulir mengikuti hukum "snow ball effect" sehingga nantinya melahirkan sumber penghasil uang lain pada saatnya nanti selain event.

Dipersepsikan Jualan (2)

Kenapa si menjajakan training  ke sekolah-sekolah tidak bisa terlaksana tepat bersamaan ketika salah satu mitra kita menyatakan komitmennya untuk "siap dukung!" secara kontinyu dan jangka panjang?

Apa karena itu seperti jualan training?

Padahal berapa guru yang membutuhkan murid2nya mengerti tentang apa itu belajar mengembangkan otak dan berimajinasi mengembangkan gagasan. Berapa banyak pahlawan pendahulu bangsa yang merindukan anak-anak negeri generasi penerusnya mengerti tentang "cinta tanah air".

Seandainya 1 saja dari mereka meletup terinspirasi, orang itu terus belajar, menjadi pemimpin besar, maka Jayabayapun tersenyum karena ramalannya terwujud melalui tangan kita.

Dipersepsikan Jualan

Kenapa si ketika meminta seorang pemasak mie ayam enak untuk diduplikasi usahanya, kita musti maju mundur maju mundur dan akhirnya mundur?

Karena merasa kita akan jualan? akan ambil untung dari tenaganya?

Padahal, siapa yang paling diuntungkan sebenarnya. Bayangkan betapa pemasak mie ayam itu berterima kasih yang tak terhingga karena berkat jasa kita yang ngotot menjelaskan, membuat dia paham, dia jadi bisa mengembangkan usahanya. Mindset "merasa cukup"-nya sudah patah, dia bisa berangkat haji dengan keluarga, pensiun dalam kecukupan finansial.

Lapangan kerja terbentuk ratusan, dan jutaan orang terinspirasi oleh kisah sukses mie ayam yang tadinya hanya 80 porsi perhari menjadi 80 cabang pertahun perkembangannya. Sektor real Indonesia bergerak positif angkanya, Indonesia mengharum dimata dunia dan akhirnya kamu dipampang fotonya oleh anak-anak SD disamping foto Pattimura dan Cut Nyak Dien.

Akuisisi

Nanti akan tahu kenapa ini yang saya pilih. Tapi nanti..

Topeng Manusia

Dari SD kita belajar membaca, terus mencongak, terus menghafal. Sampai SMP, tenses wajib di hafal, di SMA (yang IPA) rumus dan rangkaian Kimia juga wajib dihafal, yang nggak hafal namanya "oon, dungu, bodoh", sampai kuliah, ada yang masih begitu? banyak...

Tadi malam nonton film Planet of The Apes, disitu ada adegan keren, ada pertunjukkan topeng manusia, ya, bukan topeng monyet. Di Film itu yang suruh nari-nari didandanin manusianya, dan yang narikin uang si monyet.

Ini bukan fiksi, memang jaman sekarang pendidikan kita sudah melahirkan produk manusia yang tidak jauh beda dari monyet. Betul itu.

Kemarin saya denger di kampus rekaman bunyinya begini "... dikampus kami masa tunggu rata-rata alumni adalah 4 bulan, setelah itu mereka bekerja kebanyakan di bidang jasa...".

Anda pernah bercakap-cakap dengan monyet, coba si tanya si monyet, "nyet, nanti kalau gede kamu mau jadi apa?" apa dia jawab, "ngak ngak nguk nguk..." (nah persis begitu, bagus, mirip...). Lalu setelah dewasa akhirnya dia diangkat oleh PT Topeng Monyet Indonesia, dia dilatih 1-2 bulan, akhirnya bisa juga memperagakan adegan "sarimin pergi ke pasar" dengan alunan dangdut "dendang gembira suka-suka" begitu setiap hari.

Lalu, apa bedanya dengan ini, coba tanya ke seorang manusia, "hey, nanti kamu mau jadi apa setelah lulus?" apa jawab dia "ah nggak tau lah nanti...". Hm, apa bedanya jawaban "nggak tahu" dengan "ngak ngak nguk nguk"?

Lalu, setelah dewasa ada perusahaan topeng monyet yang bergerak di bidang jasa telekomunikasi membuka lowongan, Anda mendaftar dan diterima, dan bekerjalah Anda disana mengencangkan mur BTS dari hari ke hari dengan ditemani alunan lagu "isabela". Bayangkan itu, bandingkan dengan monyet yang bekerja di topeng monyet.

Dan anehnya, banyak para topeng monyet manusia yang bangga dengan pencapaiannya.

Yah, Chappy Hakim seorang pensiunan pilot mengatakan, monyet bisa dilatih untuk bisa menerbangkan pesawat betulan. Bayangkan itu, masih merasa kita manusia kah kalau otak yang kita kembangkan sebatas kemampuan yang otak monyet punyai?

Bukan arogan kalau Bob Sadino mengatakan sekolah itu bikin goblok. Bagaimana tidak jadi goblok kalau setiap hari kita dijejali dengan hafalan-hafalan yang dipaksakan di otak bagian short-term-memory, kalau bukannya dipacu untuk PD tetapi diajari untuk minder dan menghakimi diri dengan rangking dan IPK, bukannya diajadi untuk berani berinovasi tetapi secara tidak langsung dibentuk untuk taklid buta pada dosen.

Berapa banyak otak kita digunakan untuk menganalisis? bahkan pas skripsi saja analisis datanya nyewa jasa pembuat skripsi di rental komputer. Sangat kurang pendidikan kita mengarahkan anak didiknya untuk menganalisis, membangun keterkaitan antara satu hal dengan hal lainnya. Apalagi untuk peka, responsif dengan variabel tak terbatas di alam sosial kita. Terlebih lagi untuk berimajinasi, mengkonstruksikan mahakarya, dedikasi bukan sebatas dari apa-apa yang sudah ada, tetapi dari dunia maya dalam otak kita yang tak terbatas dan tak terbatasi.

Selama pendidikan belum diarahkan untuk analitis, responsif dan imajinatif selama itu pula bangsa kita ditelikung dengan nyamannya oleh lutut Amerika.

Forum Tertinggi

To Be Consulting tutup, pindah ke Jogja. STAMCO juga gulun tikar. Belakangan Kayyisu juga jarang terdengar event2nya, tapi saya rasa bukan berarti mereka sedang mengalami kemunduran, karena dua buku baku terbit oleh pentolan mereka.

Ketika mendengar kabar2 ini saya terpikir, wah, ini kesempatan emas untuk menjadikan lembaga training pelajar di purwokerto juga menjadi lembaga training terbesar dan paling berpengaruh di Purwokerto.

Tapi pada kenyataannya, bagaimana dengan kabar Semangat Donk itu sendiri? Kata terakhir saya dengar setelah "Kami terus bergerak..." adalah kata "Angkat tangan." Yah, saya tidak menyalahkan yang bilang angkat tangan, beban belasan orang ditopang oleh satu orang sangat wajar membuat dirinya colaps. Yang saya kuwatirkan terjadi : sawang-sinawang internal.

Saya tahu, masing-masing membangun bisnis bukan sedang melupakan induknya, justru mungkin mereka rancang untuk membangun sistem terbaik di bisnis mereka dengan nantinya menyisihkan untuk kelangsungan komunitas. Nyatanya tanpa komunikasi, hal itu tidak bisa dipahami secara gampang. Ada yang nyawang, "wah, kok aku masih ngabdi buat kebersamaan sementara yang lain jalan dhewek.", dan wah-wah lainnya.

Salah Rizky, kenapa tidak dikomunikasikan, kenapa tidak ada kumpul mingguan sebagai forum tertinggi disini. Yah,

Dalam angan kita, mungkin sederhana sekali konsep bahwa saya akan membangun bisnis lalu menyisihkan alokasi CSR-nya untuk dikonsumsi bersama. Ternyata dalam praktikalnya, tidak demikian. Komitmen perlu ada yang mengarahkan, ada yang "momong" istilah bayinya, dimana dalam "momong" di dalamnya ada unsur yang demikian lengkap : "ndulang", "nitah", "nunggoni", "ngomongi" hingga "njewer".

Lepas dari semua itu, kenapa Rizky tidak mementingkan adanya kumpul mingguan lagi? Apa karena Rizky sedang membangun bisnisnya sendiri? Owh... bahkan Billgatespun kata Bong Chandra tidak bervisi mencari uang.

Forum tertinggi sudah tidak diindahkan, beberapa orang tidak datang kumpul yang sudah di automatisasi, tanpa pemberitahuan yang jelas, yang signifikan, dan tidak ada follow up, bentuk keingintahuan atas kumpul yang tidak dia hadiri sebelumnya hingga seminggu berlalu bahkan lebih.

Begitulah, kekeruhan hari ini bermula dari tidak diindahkannya kumpul mingguan. Padahal seandainya memang ada masalah sebelum itu, bukankah forum itu bisa digunakan untuk mengkomunikasikannya?

Tandas! Cadas!

Contoh potongan tampilan kording semangat donk yang baru :


Makna logo yang baru : “kording hadir dengan harapan sebagai bekal generasi muda menapaki hari depan sebagai generasi yang lebih baik, tidak monoton, penuh lika liku, inovasi, dsb..”

Semoga bisa terbit lagi, menjadi media yang bukan hanya "omong tok", tertulis judul The Power of Believe tapi yakinnya setengah-setengah, tertulis judul The Power of Fokus tapi tidak pada prakteknya, tertulis Dare to Fail tetapi tidak tahan banting.

Bukan hanya menjadi inspirasi, tetapi juga menjadi solusi bagi diri sendiri. Kording, The Solution Maker

10/30/09

Pelajaran Moral Nomor 47

Numpang posting dari laptop barunya Ayu, HP Compaq 510, Reyen reyen...

Baru pertama kali lihat orang beli laptop dapat cashback 1 juta... hoki buat Ayu hari ini memang dari tangan Huda, di pameran Banyumas Comtech hari ini ada undian cashback untuk setiap pembeli laptop, minimal 50ribu, itu nilai terendah dalam undian. Dan subhanallah, walau ngambil undiannya tanpa semangat, yang keluar adalah angka 1.000.000, nominal tertinggi dalam undian itu.

Pelajaran moral nomor 47 : kalau harus mengambil undian, bawalah Huda..

10/28/09

Kalau Bisa Dikerjakan Bersama, Ngapain Dikerjakan Sendiri

Watak dasar manusia dalam memburu kesuksesan adalah "serakah". serakah adalah ranting dari cabang pohon egoistis. Dalam ajaran agama kita diajarkan untuk tidak egois, karena keegoisan justu akan membuat seret datangnya rejeki. Karena itu kita diajarkan untuk berbagi-berbagi dan berbagi.

Apakah ilmiah nasehat untuk tidak egois itu? Ya, kalau memang doktrin agama diragukan, mari kita berangkat dari logika-logika sederhana berikut ini :

1. Modal knowledge

Ada 3 modal : yakni modal fisik, modal manusia dan modal ilmu pengetahuan (knowledge). Dari ketiga itu mana yang paling penting? Kita ambil contoh teh botol sosro, berapa modal fisiknya? cukup sepersekian liter teh yang harganya mungkin di bawah 300 perak. berapa modal manusianya? cukup tenaga terlatih bahkan sekelas buruhpun yang dilatih bisa memproduksi. Lalu berapa modal knowledgenya? knowledge yang menghasilkan inovasi dimasukannya teh ke dalam botol, lalu teh itu bisa dibuat tahan lama, dan strategi promosi bisa meningkatkan nilai jual dari 300 perak teh menjadi 2000 rupiah bahkan lebih di tempa-tempat tertentu. Yah, modal knowlegde mempengaruhi hingga meningkatkan nilai awal hingga 500% lebih.

Nah, kita mengenal falsafah 2 kepala lebih baik daripada 1 kepala. Karenanya, memang dengan sendirian kita bisa menyiapkan teh, bisa mengerjakan proses produksinya dan tidak perlu membagi-bagi keuntungan dengan yang lain.

Tetapi, apakah dengan sendirian kita lebih PD melakukan inovasi, manuver dan gebrakan knowledge untuk melejitkan teh itu menjadi nilai yang semakin berlipat dari waktu ke waktu?

Dengan bersama-samalah inovasi tersmart bisa diciptakan tanpa henti. Sendirian memang mudah untuk bertahan, tetapi bersama-sama itu lebih mudah untuk berkembang.

Orang serakah tidak bisa memahami ini...


2. Kita bukan robot

Manusia bukan robot, adakalanya semangat menyala-nyala, adakalanya redup. Dalam suatu sistem manajemen profesional, hal itu bisa ditepis dengan adanya aturan dan penerapan standar operasional yang ketat. Oleh karenanya, fluktuasi kurva gairah tidak terlalu berpengaruh dalam output kerja.

Tapi ingat, sistem manajemen tidak ada yang terdiri dari satu orang. suatu sistem hanya bisa dibentuk dengan bersama-sama.

Karena itu, jangan angkuh disaat kuat, kekuatan itu tidak selamanya...


3. Kita tidak di medan perang satu lawan satu

Tahu tela-tela? bagaimana makanan itu menjamur di banyak kota tapi beberapa bulan kemudian hancur luluh lantah hanya tersisa satu dua outlet? Sekalipun hancur, sang pioner sudah mampu meraup laba hingga 2 milyar lebih kabarnya.

Salah satu sebab hancur adalah tidak terkendalinya jumlah pertumbuhan, tidak terkendalinya jumlah pertumbuhan adalah akibat terlalu banyaknya pembajakan, pencontekan model usaha.

Yah, ada berapa banyak orang yang mengatakan "wah, kalau cuma bikin begitu sendiri juga bisa, ngapain beli-beli franchise...". Ini adalah satu indikasi penyakit bodoh, serakah bin maruk masyarakat kita (satu lagi : tidak menghargai hasil karya cipta orang).

Memang, sepintas orang yang meramu sendiri resep tela-tela bisa berhemat karena tidak perlu franchise. Tapi coba terbuka dalam berpikir, memang resep bisa dijiplak, tapi apa metode pengembangan usaha bisa dijiplak dengan gampang juga? jawabannya : TIDAK.

coba, kalau tidak egois, tidak mementingkan diri sendiri, bergabung saja dengan tela-tela, beli saja franchise itung-itung memberikan penghargaan pada sang penemu, lalu semua pemilik outlet duduk bersama, merumuskan strategi pemasaran dan pengembangan bersama-sama, ada ribuan otak disana berpadu untuk kesuksesan bersama. Bayangkan berapa dahsyatnya komunitas pengusaha singkong itu?

Yah, persaingan di dunia luar bukan satu dua orang, tetapi ribuan, dengan kelebihan dan keunikan mereka masing-masing. Jangan hanya karena merasa bisa menangani produksi sendiri nekad maju ke medan perang bisnis seorang diri, mati konyol namanya...

semoga kita bisa sukses bersama!


4. Network yang paling ampuh

Yah, pemegang kekayaan di masa depan bukan mereka yang memiliki produk, tetapi mereka yang memiliki network. Dan network yang paling ampuh adalah NAMA YANG DIKENAL LUAS. ada dua pilihan membanung nama yang dikenal luas.

cara pertama adalah memangunnya seorang diri, misal membuat buku. bisa jadi mudah membuat buku, tetapi membuat buku yang best seller, tantangan berat itu. apalagi membuat buku yang fenomenal, tantangan dahsyat itu. Tentu, kita tidak ingin orang mengenal diri kita sebagai orang biasa-biasa saja karena mereka melihat buku kita biasa-biasa saja pula. Gagal donk target menciptakan nama yang dikenal luas.

Dan cara kedua adalah dengan membangun nama itu bersama-sama. misal sekelompok anak sekolah menyisihkan uang sakunya untuk membuat media pelajar, lalu media itu rutin terbit dan menjadi sesuatu yang unik dan menjadi pusat perhatian selama berbulan-bulan. Praktislah nama media itu akan mengenalkan secara tidak langsung satu demi satu nama yang mengusungnya.

Sehingga, sekalipun masing-masing pembuat media itu memiliki keinginan yang berbeda-beda, satu ada yang ingin bermain monopoli, satu ada yang ingin bermain uno satu ada yang ingin bermain cekrik satu ingin bermain domino, itu tidak masalah. yang penting Nama dikenal, artinya kita sudah punya pondasi dan lantai, selanjutnya tinggal bikin saja ruangan dan membuat sekat masing-masing di atasnya. toh semua orang sudah mengenal bangunan itu.

Kenapa sinetwork itu penting? dengan memiliki network, maka 80% modal sudah di tangan. Jadi, lebih mudah mana membangun nama sendiri atau bersama-sama.


5. Kekuatan Anti-Duplikasi

Salah satu keunggulan perusahaan-perusahaan multinasional Jepang seperti Matsushita dan Toyota disamping karena tingginya loyalitas karyawan didalamnya adalah karena begitu komplikasinya subkontraktor penyelenggara usaha itu.

Bisa dibayangkan, untuk menghasilkan sebuah mobil saja diperlukan ratusan perusahan yang berbeda-beda. Mereka mungkin perusahaan kecil-kecil, yang membuat kaca ada sendiri, yang membuat pintu ada sendiri, yang membuat jok ada sendiri, yang membuat mur ada sendiri, yang membuat label harga juga ada sendiri.

Saking banyaknya perusahaan pendukung itulah perusahaan besar penghasil mobil dan sebangsanya itu amat sulit bahkan hampir mustahil untuk ditiru, rumit.

Yah, mereka tidak maruk.


6. Kita bukan malaikat

Tidak ada satupun manusia, sekalipun yang belajar 24 jam sehari tanpa henti lalu dia menjadi sempurna. Karena itu persoalan kesuksesan manusia adalah persoalan fokus, ada plus ada minus dalam diri kita, tinggal fokus saja di plus. Lalu bagaimana dengan minusnya? serahkan pada orang lain untuk melengkapi.

Regards


Umz Rizky Platinum Way

10/27/09

Ke Tanah Suci

Model Backpaking aja ke Saudi, Yordan, Syiria & Lebanon

10/26/09

Dan Saya Tidak Perlu Menjawabnya

Karena Pak Mario sudah menjawabkannya untuk saya :

1. Yang berhasil mencapai kekayaan di masa depan bukan mereka yang memiliki produk, tetapi mereka yang memiliki network

2. Network yang paling ampuh adalah "Nama yang Dikenal Luas"


Mario Teguh-Generasi Logika Baru

10/23/09

Seringnya Lupa

Kalau ada orang baru, datang dan bertanya ini dan itu ke saya, saya kok jadi terkagum-kagum sama keadaan saya sendiri ya. "Wohiya, kenal sama ini to?", "oh, udah pernah ini?"..."sama itu kenal juga", "gimana waktu itu kok bisa gitu"?

Wah, ternyata akses saya sudah banyak juga ya, ini itu, dari tukang jahit terpal sampai tokoh nasional kenal. Begitu juga aset saya, dari mulai harta bergerak juga pengalaman-pengalaman immateriil. Dari pengalaman bangkrut sampai pengalaman dikomplain sana-sini.

Sayangnya, saya terlalu sibuk menggerutu hal-hal yang berjalan dengan tidak ideal, target-target yang belum tercapai, capaian baru yang baru dicanangkan dan belum dijalankan. Sampai-sampai saya lupa untuk mengingat kekayaan diri saya, lupa untuk bersyukur dalam sedalam-dalam syukur.

10/18/09

Lagi Rajin Kuliah. Kenapa?

Sudah berapa orang santer membicarakan, sekarang lagi mulai rajin kuliah nih?
Rizky menjawab pertanyaan "kenapa" yang terbesit dalam benak mereka?

Hm, apa karena sekarang saya sudah insaf? huehe, insaf dari apa ya...
Apa karena sekarang saya sudah free? Hm, memang ada free-nya seorang entrepreneur?
Apa sekarang saya sudah pandai? Pandai manajemen waktu maksudnya?

Tidak ada yang berubah, tidak ada keinsafan atas apapun, entah tidak tahu alasan orang lain, yang jelas rajinnya saya kuliah sekarang tidak karena telah menyesali ketidakrajinan masa lalu. Ini benar adanya.

Loh iya, seandainya saya tidak setidakrajin dulu, apa iya saya mendapatkan hal sebanyak hal yang telah saya peroleh hingga saat ini?

Masih ingat tulisan saya jaman dulu, bagaimana seorang anak kelas 1 SMP hingga anak itu tumbuh besar memasuki semester akhir kuliah, anak itu masih merasakan kepanikan yang sama ketika menghadapi test semester 1 pas awal SMP dan test semester akhir di kuliahnya?

Atau kisah seorang yang sudah mengoptimalkan segala sesuatunya dan menggerutu dengan hebatnya ketika dia hanya mendapat nilai B atas mata kuliah yang dia ambil?

Atau berapa banyak orang-orang intelek dengan IPK diatas 2,00 ketika ditanya, terus dari sini mau kemana? mereka menjawab "hufh, belum tahu lah..."

Yah, bagaimana sikap saya yang begitu moderat kali ini dengan perkuliahan bukanlah sesuatu yang saya paksakan, bukan sesuatu yang mati-matian saya datangkan motivasi agar saya kerasan di kampus. Ini mungkin yang disebut kesadaran. Saya belum bisa menjelaskannya dalam bahasa verbal, intinya, kalau dulu saya kuliah karena "seharusnya" saya memang kuliah, seperti halnya teman-teman yang lain, sedangkan sekarang adalah karena kesadaran.

REFORMASI IBADAH

Hal ini pula yang ingin saya terapkan dalam ibadah. Kalau kemarin saya ditanya, kenapa saya beribadah, maka jawabnnya, "karena memang saya seharusnya beribadah...". Hm, walau belum menemukan utuh, tapi, saya sekarang paham, betapa indahnya ibadah kalau dasarnya bukan karena "seharusnya", tetapi karena "kesadaran."

Tanpa kesadaran, hanya berbalut kata "seharusnya", artinya religiusitas kita kosong tanpa spiritualitas. Karena kesadaran letaknya di dimensi spiritualitas kita.

Regards


Rizky

Maksudnya jadi orang Islam mbok yang betul-betul memayungi ...

“Saudara-saudara kita sesama muslim masih terlalu asyik dengan dunianya sendiri dan bergaul hanya pada lingkungannya sendiri. Malah yang lebih memprihatikan, dengan sesama muslim kalau ngundang pembicara dia tanya dulu, “Orang itu madzhabnya apa ?.”

Dia tidak akan menerima orang yang tidak satu madzhab, satu aliran, dengannya. Padahal dinegara-negara maju sudah menjadi pemandangan yang biasa orang-orang Yahudi mengundang pembicara Islam, Hindu atau Kristiani, atau sebaliknya.

Mereka sudah mantap dengan iman mereka sehingga mereka tidak khawatir dengan pembicara yang datang dari luar komunitas mereka. Mereka sangat yakin, bahwa dengan cara demikian (menghadirkan pembicara “orang luar”), mereka dapat memperkaya wacana dan kehangatan batin.

Kita, atau persisnya sebagian umat Islam, lupa bahwa salah satu cara mensyukuri perbedaan ditunjukkan bukan pada lisan akan tetapi dengan mendengarkan pendapat orang lain yang beda keyakinan agamanya.”--Mario Teguh

“Buat saya, ketika kita betul-betul dengan sadar sesadarnya mengatakan “ya !” terhadap keberadaan dan keesaan Allah (laa ilaaha illallaah; red) kita tak perlu repot-repot lagi memikirkan lebel-lebel formal ketuhanan.

Pokoknya terus berlaku jujur, menjaga kerahasiaan klien, menganjurkan yang baik, menghindarkan perilaku, sikap dan pikiran buruk, saya rasa ini semua pilihan orang-orang beriman. Itu alasan pertama.
Alasan kedua, Islam itu agama rahmat untuk semesta alam loch. Berislam itu mbok yang keren abis gitu loch !

Maksudnya jadi orang Islam mbok yang betul-betul memayungi (pemeluk) agama-agama lain. Agama kita itu sebagai agama terakhir dan penyempurna bagi agama-agama sebelumnya. Agama kita puncak kesempurnaan agama loch. Dan karenanya kita harus tampil sebagai pembawa berita bagi semua.

Kita tidak perlu mengunggul-unggulkan agama kita yang memang sudah unggul dihadapan saudara-saudara kita yang tidak seagama dengan kita. Bagaimana Islam bisa dinilai baik kalau kita selaku muslim lalu merendahkan agama (dan pemeluk) agama lain.” --Mario Teguh lagi.

“Masih banyak orang yang salah faham terhadap Islam. Ada satu pengalaman yang mengherankan sekaligus membuat saya prihatin. Dalam satu seminar di acara coffee break isteri saya didatangi salah seorang peserta penganut agama Kristen yang taat.

Masih kepada isteri saya, orang itu memberi komentar bahwa saya menerapkan ajaran Injil dengan baik. Lalu dengan lembut, penuh kehati-hatian, isteri saya memberitahu bahwa saya seorang muslim. Sontak orang itu terperanjat saat mengetahui bahwa saya seorang muslim. Yang membuat isteri saya (dan kemudian juga saya) prihatin adalah ucapannya, “Loch, koq ada ya orang Islam yang baik macam Pak Mario !?” Saya pun terkekeh mendengarnya.

Nah ini kritik dan sekaligus menjadi tugas kita semua untuk memperbaiki citra Islam.” --Mario Teguh lagi.

10/16/09

Aku berterima kasih padamu, Nuryanto Rahmad!

Suatu hari seorang pria melihat seorang wanita lanjut usia sedang berdiri kebingungan di pinggir jalan raya Demak - Semarang. Meskipun hari agak gelap, pria itu dapat melihat bahwa sang nyonya sedang membutuhkan pertolongan. Maka pria itu menghentikan motornya di depan mobil Merecdes Benz wanita itu dan keluar menghampirinya. Motor-nya masih menyala ketika pria itu mendekati sang nyonya.

Meskipun pria itu tersenyum, wanita itu masih ketakutan. Tak ada seorangpun berhenti untuk menolongnya selama beberapa jam ini. Apakah pria ini akan melukainya? Pria itu kelihatan tak baik. Ia kelihatan miskin dan kelaparan.

Sang pria dapat melihat bahwa wanita itu ketakutan, berdiri kedinginan. Ia mengetahui bagaimana perasaan wanita itu. Ketakutan itu membuat sang nyonya tambah kedinginan. Kata pria itu, “Saya di sini untuk menolong anda, Nyonya. Masuk ke dalam mobil saja supaya anda merasa hangat! Ngomong-ngomong, nama saya Nuryanto Rahmad.”

Wah, sebenarnya ia hanya mengalami ban kempes, namun bagi wanita lanjut seperti dia, kejadian itu cukup buruk. Rahmad merangkak ke bawah bagian mobil, mencari tempat untuk memasang dongkrak. Selama mendongkrak itu beberapa kali jari-jarinya membentur tanah. Segera ia dapat mengganti ban itu. Namun akibatnya ia jadi kotor dan tangannya terluka. Ketika pria itu mengencangkan baut-baut roda ban, wanita itu menurunkan kaca mobilnya dan mencoba ngobrol dengan pria itu. Ia mengatakan kepada pria itu bahwa ia telah lama tinggal di Amerika dan baru saja mengunjungi saudara kandungnya di Demak. Ia berasal dari Purwokerto dan hanya sedang lewat di jalan ini..

Ia sangat berutang budi atas pertolongan pria itu. Rahmad hanya tersenyum ketika ia menutup bagasi mobil wanita itu.. Sang nyonya menanyakan berapa yang harus ia bayar sebagai ungkapan terima kasihnya. Berapapun jumlahnya tidak menjadi masalah bagi wanita kaya itu.

Ia sudah membayangkan semua hal mengerikan yang mungkin terjadi seandainya pria itu tak menolongnya. Rahmad tak pernah berpikir untuk mendapat bayaran. Ia menolong orang lain tanpa pamrih. Ia biasa menolong orang yang dalam kesulitan, dan Alloh mengetahui bahwa banyak orang telah menolong dirinya pada waktu yang lalu. Ia biasa menjalani kehidupan seperti itu, dan tidak pernah ia berbuat hal sebaliknya.

Pria itu mengatakan kepada sang nyonya bahwa seandainya ia ingin membalas kebaikannya, suatu saat jika wanita itu melihat seseorang yang memerlukan bantuan, ia dapat memberikan bantuan yang dibutuhkan kepada orang itu, dan Rahmad menambahkan, “Dan ingatlah kepada saya.”
Rahmad menunggu sampai wanita itu menyalakan mobilnya dan berlalu. Hari itu dingin dan membuat orang depresi, namun pria itu merasa nyaman ketika ia pulang ke rumah, menembus kegelapan senja.
Beberapa kilometer dari tempat itu sang nyonya melihat sebuah kafe kecil. Ia turun dari mobilnya untuk sekedar mencari makanan kecil, dan menghangatkan badan sebelum pulang ke rumah. Restoran itu nampak agak kotor. Di luar kafe itu ada dua pompa bensin yang sudah tua. Pemandangan di sekitar tempat itu sangat asing baginya.

Sang pelayan mendatangi wanita itu dan membawakan handuk bersih untuk mengelap rambut wanita itu yang basah. Pelayan itu tersenyum manis meskipun ia tak dapat menyembunyikan kelelahannya berdiri sepanjang hari. Sang nyonya melihat bahwa pelayan wanita itu sedang hamil tua, namun pelayan itu tak membiarkan keadaan dirinya mempengaruhi sikap pelayanannya kepada para pelanggan restoran.
Wanita lanjut itu heran bagaimana pelayan yang tidak punya apa-apa ini dapat memberikan suatu pelayanan yang baik kepada orang asing seperti dirinya. Dan wanita lanjut itu ingat kepada Nuryanto Rahmad.

Setelah wanita itu menyelesaikan makanannya, ia membayar dengan uang $100. Pelayan wanita itu bingung, apa tidak ada uang rupiah, nyonya? Tanyanya. Wanita tua itu menjawab: Tidak. Pelayan itupun cepat pergi ke bosnya. Sejenak terjadi percakapan pelayan dengan bosnya, kemudian dengan segera sang pelayan menuju ke meja tempat wanita tua tadi duduk untuk memberi uang kembalian kepada wanita itu.. Ketika kembali ke mejanya, sayang sekali wanita itu sudah pergi. Pelayan itu bingung kemana perginya wanita itu. Kemudian ia melihat sesuatu tertulis pada lap di meja itu.

Ada butiran air mata ketika pelayan itu membaca apa yang ditulis wanita itu: “Engkau tidak berutang apa-apa kepada saya. Saya juga pernah ditolong orang. Seseorang yang telah menolong saya, berbuat hal yang sama seperti yang saya lakukan sekarang. Jika engkau ingin membalas kebaikan saya, inilah yang harus engkau lakukan: ‘Jangan biarkan rantai kebaikan ini berhenti padamu’.'”

Di bawah lap itu terdapat lima lembar uang kertas $ 100 lagi. Wah, masih ada meja-meja yang harus dibersihkan, toples gula yang harus diisi, dan orang-orang yang harus dilayani. Atas izin bosnya, pelayan itu memutuskan untuk melakukannya esok hari saja. Malam itu ia begitu bahagia.dan ingin segera berbagi kegembiraan dengan suaminya.

Bagaimana wanita baik hati itu tahu tentang berapa jumlah uang yang ia dan suaminya butuhkan? Dengan kelahiran bayinya bulan depan, sangat sulit mendapatkan uang yang cukup. Ia tahu betapa suaminya kuatir tentang keadaan mereka, dan ketika suaminya sudah tertidur di sampingnya, pelayan wanita itu memberikan ciuman lembut dan berbisik lembut dan pelan, “Segalanya akan beres. Aku berterima kasih padamu, Nuryanto Rahmad!”


Ada pepatah lama yang berkata, “Berilah maka engkau diberi.”
Hari ini saya memberi kisah menyentuh ini dan saya harapkan anda meneruskannya. Biarkan terang kehidupan kita bersinar. Jangan hapus kisah ini, jangan biarkan saja!

Teman baik itu seperti bintang-bintang dilangit. Anda tidak selalu dapat melihatnya, namun anda tahu mereka selalu ada.

I and You shouldbebetter
special thanks: http://edu.polnep.ac.id dengan perubahan seperlunya...

::Andriyanto Spensaba::

Inspirasi Pagi Ini

Betul juga apa kata prof Zuhal, mantan menristek di kabinet reformasi, bahwa penyakit orang Indonesia diantaranya tidak disiplin, tidak ontime, malas, dan kebiasaan negatif lainnya bukanlah masalah yang terfundamental bagi kebangkitan besar bangsa kita.

Yang paling mendasar, adalah masalah rendahnya PERCAYA DIRI kita, baik sebagai pribadi, maupun sebagai bangsa. Kalau soal malas, tidak ontime, itu cuma soal kebiasaan, satu sikap yang dibentuk dan dapat di re-programming di dimensi emosional kita. Tetapi kalau soal kepercayaan diri, itu letaknya di dimensi spiritual. Menunjukkan betapa rendahnya kesadaran kita terhadap potensi yang kita miliki.

Toh soal malas, kita bisa hitung berapa jumlah pedagang pasar tradisional yang sudah mulai bertransaksi di seluruh indonesia jam 2 dini hari? kalau soal produktivitas, berapa banyak kuli bangunan yang walau dibayar rendah tetapi hasil kerjanya memuaskan?

Ya, baik sebagai manusia maupun sebagai bangsa, kita memiliki potensi yang dahsyatnya tidak terbantahkan. Betul kata Aa Gym, bangsa kita itu seperti toko besi yang apa saja ada, tetapi sayangnya semua yang ada disini tidak dirangkai dengan tepat, sehingga tidaklah terbangun bangunan mewah dan konstruksi megah yang sebetulnya kita mampu membuatnya.

Kalau sudah tahu masalah ter-mendasar bangsa ini adalah soal MINDER atau rendahnya PERCAYA DIRI, maka, apa yang harus dilakukan oleh seorang solution maker? ya, yang terutama adalah : Memberi Inspirasi.

Kesampingkan dulu soal pembentukan kedisipilinan, soal penguatan kemampuan teknis, bangkitkan dulu dengan kesadaran, bahwa kita bisa, kita punya. Bantu semua orang dengan memberikan mereka inspirasi. Inspirasi itu seperti magnet, yang perlahan tapi pasti akan menarik minat dan antusiasme mereka berbuat sesuatu untuk mewujudkan sebuah karya dan mau tidak mau mereka diajak untuk menyadari dan mendayagunakan potensi yang mereka miliki.


Bukan sekedar omong kosong, inilah inspirasi yang ingin saya bagi pagi ini, sebuah kawasan agrobisinis sekaligus agroindustri yang bahan dan mediumnya semua ada di sini, tinggal kurangnya satu : kemauan. Dan bayangkan apa yang terjadi bila dengan gerakan dua pangkat "n" jumlah orang yang terinspirasi semakin banyak?

Ya, kawasan industri pertanian sekaligus agrowisata yang inspirasional, mohon doanya saya akan memulai pembangunannya setapak demi sejengkal, bertahap demi berangsur, mulai beberapa hari ke depan.

ini gambarannya, sangat menggiurkan bukan?


Di Letakkan di Ketiak Kita Sendiri


Tahu kan, dimana Tari Pendet diletakkan oleh kita, generasi penerus bangsa? Sebelum dicaplok Malaysia, sementara dance-dance Barat dijunjung di atas kepala, tari Pendet kita letakkan di ketiak kita sendiri.

Memang tidak sampai diletakkan di bawah kaki, menginjak-nginjak budaya sendiri. Namun, betapa kita enteng mengesampingkan budaya sendiri, lalu setelah negara lain mengambil alih, barulah ramai kita repot kita.

Begitulah watak manusia, susah. Sama halnya kalau disuruh sukses, ogah-ogahan minta ampun, tapi begitu ada rekan sejawat yang sukses mengungguli kita, bukannya terpacu, tapi apa coba? malah iri, mencak-mencak tidak mau diperbandingkan, mencari-cari kesalahan untuk menjelek2an, berdalih dengan pandainya.

Hm, susah memang ya menghadapi manusia. Tapi karena susah itulah mungkin, besar keutamaannya (besar pula pahalanya) kalau kita mau ikhlas mengajak, merangkul orang lain untuk menuju kebaikan.

10/14/09

Rasanya Baru Kemarin

Rasanya baru kemarin Idul Fitri, ber-15 dalam 1 mobil jalan-jalan bersama sepupu-sepupu keliling Purwokerto hingga finish di depan Alun-Alun. Belum lekang dari kenangan, bermain trampolin dan renang di kolam air hangat, seminggu berjualan di Owabong, pagi-pagi Pa Hartono melintas dan berbincang pendek selayaknya seorang direktur memantau kawasannya.

Sekarang sudah masuk Oktober, pertengahan malah. Pengumuman "Menjadi Indonesia"-nya Tempo-Institute sudah kemarin, pendaftaran praktikum tinggal tersisa 5 hari, persiapan 3 dari 5 even sudah (tidak sesuai rencana semua), sebentar lagi masuk Desember, tandanya angsuran berikutnya segera dipersiapkan, sebentar lagi pula masuk Januari, tandanya Kording New Edition harus disiapkan untuk re-launching, tandanya 2010 sudah di depan mata, tandanya harus mempersiapkan perpanjangan markaz kalau masih ingin tetap punya markaz.

Waktu cepat sekali berlalu, sehari saja menunda apa yang sudah ada di to do list, maka imbasnya lebih besar dari yang kita bayangkan. Melangkah lebih berani, atau liat saja nanti.

Dari Buka Bersama hingga Silaturahim RT

Buka Bersama SMA 2 2005 yang dikhawatirkan tidak terlaksana, akhirnya terlaksana. Di Asiatic, undangan jam setengah 4. eh panitia pertama baru datang jam tengah 5, panitia kedua dan ketiga menyusul berikutnya dan panitia keempat tidak datang (panitia hanya 4).

Tidak ada penataan khusus ruangan, slide background atau persiapan detail lainnya. Akhirnya acarapun terlaksana dengan lancar, dan selesai sesuai jadwal.

Beberapa hari berikutnya dilaksanakanlah silaturahim RT di Griya Satria Indah 2. Acara cuma setengah hari, tapi memakai tenda display, semua perabot tidak perlu diboyong agar ruangan benar-benar kosong dan nyaman.

Bukan hanya itu, Pak RT Orin mempersiapkan panggung sedemikian rupa, dengan latar belakang artificial park (taman buatan), yang ada air mengalirnya. Susah membuatnya, tetapi akhirnya jadi juga.

Pak RT betul-betul total menggarap acara silaturahim itu, makanya setelah selesaipun rasanya puas luar biasa, sampai-sampai meriangpun tetap bahagia.

Bisa membedakan ya, mana sesuatu yang digarap dengan sekadarnya (asal jalan) dan mana yang digarap bagai sebuah persembahan maha karya, begitu total, begitu detail, mempersiapkan acara setengah hari seperti membangun taman untuk 10 tahun.

Luar biasa, mari kita ambil pelajaran dari Pak RT kita ini.

Tanda Kita Belum Memaafkan

Interaksi antara sesama manusia memungkinkan terjadinya gesekan, salah persepsi, salah paham, salah berucap, salah bertindak, tidak menepati janji, dan sebagainya. Semua itu bisa menimbulkan sakit hati. Sakit hati adalah sebuah beban kepedihan yang berat dan sangat tidak enak rasanya. Karena itu, menjadi penting bagi siapapun agar bisa melepaskan beban kepedihan ini.

Memaafkan adalah salah satu kualitas takwa. Dan Tuhan menilai tinggi rendahnya derajat manusia dengan ukuran takwa ini. Maka siapapun yang ingin dinilai tinggi oleh Tuhan, jadilah pribadi pemaaf. Kenapa ini penting? Karena siapapun yang dinilai tinggi oleh Tuhan akan mendapatkan banyak keuntungan dariNya. Dipercaya atas rizki yang banyak. Dihindarkan dari malapetaka. Dipermudah urusannya, dan sebagainya. Ehm, nikmatnya… Inilah yang saya sebut sebagai kenikmatan tingkat tinggi.

Orang yang mudah memaafkan adalah orang yang dirinya senantiasa bebas. Tidak dipenjara oleh kesakitan hatinya. Sebaliknya orang yang sulit memaafkan adalah orang yang justru terus disiksa oleh rasa sakit hatinya itu. Jadi, orang yang melakukan kesalahan telah menyakiti diri kita sekali saja. Tapi, karena kita tak memaafkan, maka kita menyakiti diri kita sendiri berkali-kali. Ah,… tragis sekali.

Ada dua orang mantan tahanan politik. Satu orang telah memaafkan orang yang memenjaranya. Yang seorang belum. Mantan tapol yang telah memaafkan berkata: “Wah, kalau begitu kamu masih dipenjara” (terima kasih untuk Mas Arvan Pradiansyah atas contoh bagus ini).

Prinsip Memaafkan
Memaafkan itu kebaikan terbesarnya bagi yang memaafkan, karena akan bisa melepas beban kepedihan dirinya. Kesadaran akan hal ini benar-benar menjadi dasar agar kita bisa dengan mudah memaafkan.

Saya memilih 5 tips yang bisa dilakukan agar memaafkan menjadi mudah :

1. Senyum dan menarik nafas panjang.
2. Sadari kita juga tak sempurna
3. Pahami kondisi orang lain
4. Putuskan untuk memaafkan dengan mengatakan : “Saya maafkan anda”
5. Fokuskan pikiran pada hal lain

Bila kita sudah memaafkan ada dua ciri utama, yaitu:
1. Perasaan lega / plong / ringan, karena memang bebannya telah lepas.
2. Tak ada hambatan psikologis untuk berinteraksi kembali.

Jadi, bila 2 ciri ini belum ada, itu tanda kita belum memaafkan.

Nah temans, memaafkan yuks...

::Supardi Lee::

10/13/09

Titik Hitam di Atas Kertas Putih

Bertahun-tahun yang lalu hingga sekitar beberapa bulan yang lalu, terus terang saya menjadi seorang yang merasa kehidupan dunia ini datar-datar saja, tidak ada yang istimewa dan layak disyukuri. Bagi saya saat tidurlah suatu kebahagiaan terindah. Entahlah, saya begitu menyesal atas apa yang saya miliki, suami, pekerjaan, kehidupan, kemampuan serta fisik yang saya miliki sepertinya tidak sesuai harapan. Saya selalu merasa menjadi orang yang KEKURANGAN di dunia ini. Semakin kuat saya berusaha untuk merubah keadaan, yang saya terima adalah semakin banyak kekecewaan. Saya tidak tahu harus memulai dari mana, hingga suatu saat seorang sahabat memberikan suatu nasehat yang sungguh luar biasa dan memberikan suatu gambaran utuh tentang sebuah arti syukur dalam kehidupan. Di suatu tempat aku dan sahabatku berbincang-bincang :

Ya…aku mengerti apa yang kau alami, tidak hanya kamu akupun sendiri pernah mengalami dan mungkin banyak orang lainnya, sekarang aku akan ambil satu kertas putih kosong dan aku tunjukkan padamu, apa yang kamu lihat ?, ucap sahabatku.

Aku tidak melihat apa-apa semuanya putih, jawabku lirih.

Sambil mengambil spidol hitam dan membuat satu titik ditengah kertasnya, sahabatku berkata “Nah..sekarang aku telah beri sebuah titik hitam diatas kertas itu, sekarang gambar apa yang kamu lihat?”.

“Aku melihat satu titik hitam”,jawabku cepat.

“Pastikan lagi !”, timpal sahabatku.

“titik hitam”,jawabku dengan yakin.

“Sekarang aku tahu penyebab masalahmu. Kenapa engkau hanya melihat satu titik hitam saja dari kertas tadi? cobalah rubah sudut pandangmu, menurutku yang kulihat bukan titik hitam tapi tetap sebuah kertas putih meski ada satu noda didalamnya, aku melihat lebih banyak warna putih dari kertas tersebut sedangkan kenapa engkau hanya melihat hitamnya saja dan itu pun hanya setitik ?”. Jawab Sahabatku dengan lantang,

“Sekarang mengertikah kamu ?, Dalam hidup, bahagia atau tidaknya hidupmu tergantung dari sudut pandangmu memandang hidup itu sendiri, jika engkau selalu melihat titik hitam tadi yang bisa diartikan kekecewaan, kekurangan dan keburukan dalam hidup maka hal-hal itulah yang akan selalu hinggap dan menemani dalam hidupmu”.

“Cobalah fahami, bukankah disekelilingmu penuh dengan warna putih, yang artinya begitu banyak anugerah yang telah diberikan oleh Tuhan kepada kamu, kamu masih bisa melihat, mendengar, membaca, berjalan, fisik yang utuh dan sehat, anak yang lucu-lucu dan begitu banyak kebaikan dari suami daripada kekurangannya, berapa banyak isteri-isteri yang kehilangan suaminya ?, Juga begitu banyak kebaikan dari pekerjaanmu dilain sisi banyak orang yang antri dan menderita karena mencari pekerjaan. Begitu banyak orang yang lebih miskin bahkan lebih kekurangan daripada kamu, kamu masih memiliki rumah untuk berteduh, aset sebagai simpananmu di hari tua, tabungan , asuransi dan teman-teman yang baik yang selalu mendukungmu. Kenapa engkau selalu melihat sebuah titik hitam saja dalam hidupmu ?” dan juga…….. ……… .

Itulah kamu, betapa mudahnya melihat keburukan orang lain, padahal begitu banyak hal baik yang telah diberikan orang lain kepada kamu.

Itulah kamu, betapa mudahnya melihat kesalahan dan kekurangan orang lain, sedangkan kamu lupa kelemahan dan kekurangan diri kamu..

Itulah kamu, betapa mudahnya kamu menyalahkan dan mengingkari- Nya atas kesusahan hidupmu, padahal begitu besar anugerah dan karunia yang telah diberikan oleh-Nya dalam hidupmu.

Itulah kamu betapa mudahnya menyesali hidup kamu padahal banyak kebahagiaan telah diciptakan untuk kamu dan menanti kamu

“Mengapa kamu hanya melihat satu titik hitam pada kertas ini? PADAHAL SEBAGIAN KERTAS INI BERWARNA PUTIH ?, sekarang mengetikah engkau?“, ucap sahabatku sambil pergi (entah kemana).

“Ya aku mengerti”, ucapku lirih.

Kertas itu aku ambil, aku buatkan satu pigora indah dan aku gantung di dinding rumahku. Bukan untuk SESEMBAHAN bagiku tapi sebagai PENGINGAT dikala lupa,..lupa. ..bahwa begitu banyak warna putih di hidupku daripada sebuah titik hitam. Sejak itu aku mencintai HIDUP ini. Bisa Hidup adalah suatu anugerah yang paling besar yang diberikan kepada kita oleh Perekayasa Agung… Aku tidak akan menyia-nyiakannya.
Kadang-kadang Tuhan menaruh kita pada tempat yang sulit supaya kita tahu dan menyadari bahwa tidak ada yang sulit bagi Tuhan –dikutip dari forward-an email–

10/11/09

Implikasi-Implikasi

Setiap pilihan keputusan pasti ada implikasinya. Seperti halnya rumah tangga, komunitaspun tumbuh dengan mempersyaratkan tanggungan pemenuhan nutrisi, tempat berteduh, wadah bernaung dan kebutuhan-kebutuhan rutin. Itu prasyarat mendasar untuk dapat tetap bertahan.

Yang memungkinkan untuk memenuhi praysarat itu saat ini, disaat beberapa waktu lalu baru meluncurkan program praktikum entrepreneurship bertajuk "unit mandiri" ada tiga :

Pertama, memaksakan unit mandiri untuk segera menghasilkan rasio kecukupan finansial. Mungkinkah? padahal unit-unitnya kan masih baru. Ya, mungkin, tetapi apa implikasinya? Sekalipun berhasil, unit-unit akan tumbuh sebagai bentuk bisnis yang berorientasi jangka pendek, tidak baik bahkan tidak sesuai dengan visi dicanangkannya semula, dan resiko terpahitnya adalah semuanya akan mati satu-satu karena terlalu dini membicarakan keuntungan.

Kedua, memberdayakan kemampuan yang selama ini sudah terasah, yakni penyelenggaraan event dan training. Apa implikasinya? dipersepsikan orang bahwa kita sudah berubah haluan, bukan lagi bertujuan menginspirasi orang sebanyak-banyaknya, tetapi hanya mencari keuntungan semata.

Ketiga, meminta sumbangan, mencari donatur. Implikasinya, saya harus mengemis dari instansi ke instansi, karena mana ada yang masih mau ditugasi mencari dana dengan mengedarkan proposal? Dan lagi, ini sudah tidak bersesuiaan dengan misi produktif kita.

Dan begitulah, kalau memang dari 3 alternatif itu tidak mungkin ada yang bisa dilaksanakan, apa donk? ya tidak usah memenuhi kebutuhan akan uang. Inipun ada implikasinya, apa itu, dua :

pertama, semuanya puasa, tidak ada kesempatan memperoleh pendapatan dan saya katakan "yang penting kan kita belajar". Haha, sangat utopis.

kedua, karena tidak ada kesempatan memperoleh pendapatan di komunitas, maka masing-masing membangun usaha ditempat yang berbeda-beda, tidak bersangkut paut satu sama lain. Maka, seperti komunitas semacam ini yang sudah ada, komunitas hanya akan mendapat waktu sisa, energi sisa, space pemikiran sisa dan yang menjadi prioritas utama (bisnis masing-masing, penulis) tidak akan saling menunjang satu sama lain. Berapa lama bentuk komunitas semacam ini akan bertahan, seberapa besar pula kontribusi yang bisa diberikan?

Memilih mudah kalau antara hitam dan putih saja, kalau abu-abu? Tapi bagaimanapun kita tidka boleh lari dari mengambil keputusan, tidak pula lari dari implikasi atas keputusan yang kita ambil.

Mohon koreksi...

10/8/09

Dikomplain Karena Seringnya Makan-Makan

Sudah lama saya bertanya-tanya, kenapa Fosma begini. Apa Pa Ary nggak becus bikin komunitas? Apa karena orang-orang yang ada didalamnya? Apa karena sistemnya?

Kalau karena Pa Ary, loh beliau saja bikin menara sudah sampai 6 lantai, bukunya sudah hampir sejuta copy terjual, trainingnya sudah sampai Amerika, apa lagi. Kalau karena orangnya? Bisa jadi. Kalau karena sistemnya? Bisa jadi juga. Kalau sistemnya? Bisa jadi juga.

Seringnya Makan-Makan
Sebenarnya sering atau jarang itu kan relatif, tapi kok kalau ada makan-makan yang ngumpul banyak, kalau enggak, sepi-sepi dah.... (Ini kata Arif si)


Moderat
Fosma terkonsep hanya sebatas komunitas, maka sangat enjoy ada didalamnya, tidak ada keterikatan ini dan itu, sekalipun keterikatan itu merupakan aspek "tanggung jawab". Sehingga, sangat manusiawi kalau kontribusi di Fosma rumusnya adalah : waktu yang dimiliki dikurangi waktu mencari uang/ilmu/jabatan di kampus = waktu untuk komunitas.


Utopis
Visi Indonesia Emas tidak juga bisa dijabarkan menjadi misi yang kontekstual dengan daerah masing-masing. Keyakinan yang begitu kuat dengan adanya akan terwujudnya Indonesia Emas disalahartikan dengan anggapan "oh, nanti juga Indonesia Emas akan terwujud, dan Fosma daerah lain yang akan memulai mewujudkannya".

Sekalipun anggapan seperti ini tidak terucapkan oleh anggota-anggotanya, tetapi amat jelas pada sikap yang merupakan refleksi dari ungkapan itu. Ya, tidak ada pionering.  


Menjadi Sangat Personal
Karena hanya sebatas komunitas, maka kesatuan misi tidak ada, yang ada cuma kesatuan visi. Namun, sekalipun menyatu, visi itu masih terlalu fatamorgana. Oleh sebab itu, motivasi aktif di Fosma lebih pada kepentingan personal, misal cinta lokasi (terselubung), keinginan ngobrol/temu kangen dengan teman-teman dan bergembira ria bersama yang oleh Naim diistilahkan dengan Foto, Gosip, Makan.


Un-integral
Pengertian integral sederhana : Ibaratnya kita naik bus, rame-rame, mau piknik, ada yang bawa rantang, ada yang bawa tikar, ada yang bawa kamera. Setiap orang beranggapan bahwa setiap kesuksesan bersama akan menunjang kesuksesan pribadinya.


Sedangkan un-integral digambarkan seperti orang naik bus jurusan gombong, ada yang naik dari terminal, ada yang naik dari sokaraja, ada yang naik dari kaliori, ada yang turun di sumpiuh, ada yang turun di tambak, ada yang tidak turun-turun. Serobot tempat duduk itu biasa, dengerin earphone sendirian juga biasa. Karena kesuksesan orang lain di bus itu, belum tentu menunjang kesuksesan dirinya.

Artinya suatu program dikonsep karena semata program itu baik, lepas dari program itu punya kontribusi untuk membangun program lainnya atau tidak. Padahal yang diperlukan adalah satu program yang mendukung program lainnya, program lain itu mendukung program lainnya lagi, terus bersambungan menjadi mata rantai.

Butuh Trigger
Triger, istilah untuk pioner, kita itu butuh contoh, karena yang kita rintis adalah peradaban baru, maka contoh itupun haruslah yang hal baru. Nah, karena Fosma ada di garis depan, siapa contohnya? ya kita sendiri. Harus bisa menjadi self-trigger.


Ke Karya saja, tidak Kaya    

Kita sudah cukup bangga kalau sudah bisa menggunakan uang semir sepatu, juga cukup bangga kalau sudah bisa menyadong ke orang lain dan mengumpulkan bantuan untuk bencana. Juga sudah cukup bangga ketika jualan bisa mendatangkan pemasukan kas, padahal yang jualan tidak dapat honor. Sampai kapan jualan itu bisa berlangsung, sampai seberapa kuat yang jualan bisa meningkatkan profesionalitas, konsistensi keberlanjutan, kalau tidak ada perhatian khusus dalam bentuk honor.

Seperti Katsumoto yang memberontak agar Kaisar mendengarnya, saya nulis begini juga cuma buat bahan evaluasi bersama. Toh, saya juga ada didalamnya, artinya saya juga termasuk bagian yang harus dibenahi.

Sebetulnya

Sebetulnya ini momentum yang luar biasa tepat untuk belajar (secara praktek) apa itu "toleransi". Thkz God.

Suka Meremehkan "Yuh"

Saya, suka mengira yang namanya sedekah adalah menyumbang kalau lewat di perempatan ada pengemis, kalau ada kotak amal lewat.

Sementara sedang digodog Perda larangan mengemis, karena memang membuat mereka ketagihan, saya sependapat akan hal ini (asal mereka dibuat agak sedikit kaya dulu, mental dan materiilnya). Sedangkan kadang masjid yang kita klonthangi dengan recehan kotak amalnya hanya menggunakan dana amal untuk bayar listrik dan kebersihan, sementara saldonya yang berjuta-juta vakum tak terberdayakan ditengah banyaknya kisah kemelaratan di sekeliling masjid.

Saya mengira yang namanya berbagi itu adalah memberi pelatihan tanpa memungut biaya, menyebarkan buletin dan digratiskan, yah aktivitas-aktivitas yang nggak ada duitnya gitu.

Tetapi ternyata ada cara berbagi yang tidak kalah dahsyat tetapi lebih gampang. Simple, hanya tiga huruf dan satu tanda kapital, "Yuh!",

"Yuh pada bersih-bersih..., yuh belajar bareng-bareng..., yuh..., yuh kerjakan ini sesempurna mungkin..."

hanya dengan 4 karakter tanpa spasi saja, stempel egois yang menempel pada diri seseorang luntur dengan mudahnya. (Memang mau ngapling surga sendiri?)

Makelar Sedekah

Beberapa waktu yang lalu seorang teman baik saya (memang ada teman yang tidak baik? Ada) mengirim SMS, "kaos peduli gempa bisa dipakai lagi". Ada-ada saja ni anak, tapi memang betul, kaos yang dulu dibagi-bagikan pada saat peduli Gempa Yogya, kemarin bisa dipakai lagi di Tasik dan bisa dipakai lagi di Padang.

Gempa, membaca sejuta cerita, salah satunya adalah cerita penyalur sumbangan di perempatan-perempatan yang ada di tanah Jawa. Banyaknya makelar sedekah macam ini memungkinkan seseorang bisa menyumbang lebih dari satu kali untuk membantu korban gempa, di alun-alun, di perumahan, di kampus dan lewat stasiun TV misalnya.

Terbesit pertanyaan, mana ya yang lebih mulia, seorang yang menjadi penyalur sedekah orang-orang, atau saya pribadi (nama saya bukan pribadi) suka menyebutnya makelar sedekah, atau orang yang menyumbang?


“(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya” (QS. 61:11)

Ya, harta lebih di depan dibanding diri, itu kata seorang ulama dalam berjihad, yang beliau saat itu analogikan "nyumbang duit kui lebih abot nimbang nyumbang tenaga".

Nah, bukan maksud saya menghakimi, tetapi bagaimana dengan contoh-contoh kasus, seorang makelar sedekah yang menilai orang yang memberi ketika dia mintai sumbangan lebih mulia ketimbang yang tidak menyumbang? malahan bergumam "huh, dasar pelit". Atau kasus lainnya, yakni merasa sudah sangat beramal ketika bisa mengumpulkan banyak sumbangan? dan mungkin merasa sudah bisa ditukar dengan tiket surga amal itu.

Maka, jadilah makelar yang baik. Kalaupun misal, tidak jadi makelar, tetapi bersungguh-sungguh memampukan diri menjadi orang yang mempu memberi (dalam jumlah banyak) baik melalui makelar, lebih berat mana tuh timbangan amalnya? Apalagi kalau dia juga menyalurkan sendiri itu sedekahannya sendiri (dia menjadi makelar juga), gimana tuh?

10/7/09

Pikirkan dengan Bijak Kisah Ini

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a katanya: Nabi Muhammad SAW bersabda tentang apa yang Baginda Nabi terima dari ALLAH SWT, bahwa Beliau bersabda:

Seorang hamba Allah melakukan dosa, lalu berdoa: Wahai Tuhanku, ampunkanlah dosaku. Allah SWT berfirman: HambaKu telah melakukan dosa, tetapi dia tahu bahwa dia mempunyai Tuhan yang akan mengampunkan dosa atau menghukumnya karena telah melakukan dosa.

Kemudian hamba Allah tersebut melakukan dosa, lalu berdoa: Wahai Tuhanku, ampunkanlah dosaku. Allah SWT berfirman: HambaKu telah melakukan dosa, tetapi dia tahu bahwa dia mempunyai Tuhan yang akan mengampunkan dosa atau menghukumnya karena telah melakukan dosa.

Kemudian hamba Allah tersebut melakukan dosa, lalu berdoa: Wahai Tuhanku, ampunkanlah dosaku. Allah SWT berfirman: HambaKu telah melakukan dosa, tetapi dia tahu bahwa dia mempunyai Tuhan yang akan mengampunkan dosa atau menghukumnya karena telah melakukan dosa.

Oleh karena itu berbuatlah sesuka hatimu, Aku akan mengampunkan dosamu.

Hamba tersebut berkata: Aku tidak tahu sehingga kali ketiga atau keempat aku meminta pengampunan, tetapi Allah SWT tetap berfirman: “Berbuatlah sesuka hatimu, Aku akan tetap mengampuni dosamu”

::Igi A::

10/5/09

Alfamart

Di seberang jalan sebuah Alfamart saya termenung, menatap kosong ke arah benderangnya minimarket itu. Bukan kepengen es krim, bukan. Entahlah, tiba-tiba melintas dipikiran saya...

"Wahai...., aku telah gagal, aku sudah memeras terlalu banyak keringat orang-orang, sementara untuk satu pencapaian yang bisa membuat aman mereka, satupun belum dapat...", saya kesal pada diri saya sendiri, saya berburuk sangka pada-Nya.

Berapa menit berlalu, kekesalan itu tiba-tiba ada yang membalas. Suara darimana itu yang membalas? Darimana lagi kalau bukan dari dalam diri saya sendiri. Betul, hati memang sensitif, bukan hanya sensitif tetapi juga cerdas.

"Lho, insfrastruktur antena setinggi itu, semahal itu? bekal buat laundry? kuliner? ternak? ...", panjang suara itu menjelaskan. Sungguh, saya jadi malu.

Atas dasar apa saya kesal, untuk hal apa saya menuntut? Dasar kurang bersyukur saja saya, itu yang sudah saya alami, sudah saya terima, sudah lebih dari apapun. Heumh, istighfar, hamdalah, dengan lembut saya bisikkan tanpa saya ucapkan.

Dari hati yang tadinya suntuk, merasa bersalah, penuh tuntutan, tiba-tiba berubah jadi bisikan "cukup...cukup..", terima kasih dan damai.

Lalu, saya menoleh ke kanan, tidak lebih dari 90 derajat, ke arah orang yang sedang berbincang-bincang. Wah, kaget saya, ternyata Pak Kudus, Pak Camat saya. Seorang yang dari dulu saya niatkan untuk ketemu tapi tidak pernah ketemu. Dan akhirnya kami ngobrol ngalor ngidul, dari Curug Gumawang sampai ke Jepang. So inspiring obrolan saya di pinggir jalan itu dengan sesama alumni EU itu..

Dan sate ayam yang saya pesanpun matang... Sungguh luar biasa, membalik kejengkelan menjadi ungkapan syukur ternyata mendatangkan Pak Kudus dan Sate Ayam.

Butuh Strategi

Bekerja, butuh strategi
Bagaimana mungkin seseorang bisa membuat gedung 25 lantai seorang diri? Bagaimana mungkin pula sebuah gedung 25 lantai dibangun oleh ratusan orang yang bekerja bersama-sama tanpa strategi?

Memang, itulah bedanya bertim dengan manusia, kalau bertim dengan bebek, cukup gunakan remote semua akan mengikuti instruksi kita, begitu juga dengan monyet, cukup ciptakan kebiasaan yang membuat kita nyaman, cukup untuk membuat pertunjukan topeng monyet yang bisa meraup uang banyak.

"Maka mengapa kamu tidak berpikir?", libatkanlah otakmu saat bekerja, hanya di otaklah strategi bisa digodhog.

Bercinta, butuh strategi
Strategi dalam membangun cinta bukan untuk membuai sang pujaan hati. Bukan itu yang dimaksud disini, strategi dalam bercinta adalah agar nikmatnya cinta yang dirasakan oleh perasaan kita tetap terkendali dalam rasionalnya akal.

Sehingga cinta bukannya melemahkan, tetapi cinta bisa meng-create produknya yang positif dan istimewa. Ini strategi yang dimaksud, yaitu strategi untuk mengendalikan cinta agar tetap indah, tetap pula rasional.

Berbagi, butuh strategi
Sederhana saja strategi dalam berbagi, cukup dengan : mengajak... Apalah artinya berbagi materi, sementara bawah sadar kita masih berkehendak agar kitalah yang paling banyak menuai kemakmuran dari hasil berbagi itu.

Tidak ada orang yang gemar berbagi itu egois. Maka ada saatnya kita berbagi tentang apa itu berbagi...

Beribadah, butuh strategi
Bukan strategi untuk mencetak rekor pahala sebanyak-banyaknya, untuk menghitamkan dahi sehitam-hitamnya. Strategi agar setiap hikmah dari sesepele apapun ibadah akan menjadi bahan bakar keistiqomahan kita. Strategi agar keistiqomahan kita bukan semata rutinitas tertib yang semu, tetapi benar-benar mendatangkan kedamaian batin.

Bersyukur, butuh strategi
Agar setiap syukur kita menjadi jalan mulus yang memudahkan terimplematasikannya ayat ini, "Apabila kamu bersyukur, akan Aku tambahi nikmat-Ku...".

Ayat itu benar adanya, karena itu, apasalahnya kita memudahkan jalan terwujudnya kebenaran ayat itu. Berstrategilah agar energi positif dari syukur kita akan menjadi pemantik kinerja kita yang lebih dan lebih.

10/3/09

Haramkah

Haram haramkah aku
Bila hatiku jatuh cinta
Tuhan pegangi hatiku
Biar aku tak jadi melanggar

Aku cinta pada dirinya
Cinta pada pandangan pertama
Sifat manusia ada padaku
Aku bukan Tuhan

Haram haramkah aku
Bila aku terus menantinya
Biar waktu berakhir
Bumi dan langit berantakan


Aku tetap ingin dirimu
Tak mungkin hatiku berdusta
Hanya Tuhan yang bisa jadikan
Yang tak mungkin menjadi mungkin


Aku hanya ingin cinta yang halal
Dimata dunia juga akhirat
Biar aku sepi aku hampa aku basi
Tuhan sayang aku


Aku hanya ingin cinta yang halal
Ingin dia tentu atas izinnya
Ketika cinta bertasbih
Tuhan beri aku cinta ku menanti cinta

::Melly::

10/2/09

Dengkulnya Orang Cina

Kenapa banyak orang Cina atau sering disebut sebagai "keturunan" yang sukses sebagai seorang pebisnis? Jawaban sederhana tapi tepat adalah, karena banyak dari mereka yang berani mencoba.

Itulah bedanya mereka dengan kita, mereka banyak yang berani mencoba. Bagi mereka, jadi pegawai itu memalukan, setinggi apapun yang namanya pegawai tetap saja kacung. Karena itu, filosofi yang mereka pegang erat, lebih baik buka tempat jualan kecil-kecilan daripada ndaftar pegawai.

Maka tak heran, anak-anak yang masih sekolah mereka ajari untuk melayani dagangan, menjadi kasir dan merasakan aroma warung. Hueh, tak salah didikan mereka, sukseslah mereka secara finansial di masa depannya. Lalu, apa rahasia orang keturunan kok pada berani mencoba? Heumh, inilah... inilah... nini-nini kesogok bilah.... (Kata Mas Ase)

Bukan nekad, mereka mencoba. Mereka cermat melakukan hitung-hitungan, istilah jawanya "kadar seket be dietung" (cuma 50 perak aja dihitung). Ya, mereka tidak menggunakan dengkul untuk modal, mereka menggunakan otak. Bagaimana itu? Uang yang dialokasikan untuk modal usaha mereka bagi dua, pertama : uang itu untuk membiayai pembangunan tempat dan perkakas produksi. Kedua, mereka menyiapkan sejumlah uang untuk cadangan operasional.

Nah, inilah bedanya dengan kita. Kalau kita diminta membuat proposal bisnis, yang dihitung cuma biaya gedung, alat dan ubarampe produksi saja, sementara untuk cadangan operasional, cukup seiprit dua iprit. Akibatnya, pebisnis macam ini selalu saja mengeluh di awal-awal usaha karena cashflow tidak imbang. Dasar didikan kampus, kalau dikampus selalu mengejar nilai, di bisnis juga belum apa-apa sudah mengejar untung.

Bagaimana dengan Cina? Mereka bisnis itu niat rugi. Ada ajaran "berderma" alias sedekah dalam keyakinan spiritual mereka. Oleh sebab itu, kalau di awal mereka tekor, cashflow nggak imbang, tidak nutup untuk bayar ini dan itu, ya tenang-tenang saja, modal yang dialokasikan untuk cadangan operasional sudah diperhitungkan untuk mencukupi masa-masa tekor yang mungkin nggak sebulan-dua bulan lamanya, bisa setahun lebih tuh.

So, bukan hanya tidak bisa makan, pebisnis macam di atas energinya kebanyakan negatifnya coz mengeluh terus... beda dengan Cina, "santai saja, bisnis memang begini". Terlebih Cina sudah dididik untuk bahagia walau prihatin.

So, itulah caranya agar kita berani mencoba. Cukupkanlah kantong cadangan untuk sekedar makan dan hidup prihatin berpayung jamkesmas selama bisnis kita belum mengorbit, 1 atau 2 tahun sabar saja, malah bisa lebih. Hm, pertanyaannya, bagaimana kalau duit cekak? Hey, ini nih pebisnis modal dengkul, plis deh, kalau modal duit cekak, ya lagi-lagi pakai otak.

Otak diapain? dijual? jan, pertanyaanmu lho...

Nih, gunakanlah otak untuk :
1. berpromosi dengan uang minim tapi segmen padat
2. mencari tambahan modal, tapi jangan meksa
3. buka internet dan sapalah Pak Miming di Facebook, minta dia mengasah otakmu, agar kamu bisa ngemplang bayar listrik tanpa dicabut, menunda angsuran tanpa dimarahin, dan bisa tetep makan walau kondisi bangkrut...

Sekali lagi, pakai otak, BUKAN dengkul. You know?Piss... wallahu 'alam

10/1/09

You maybe a victim of software counterfeiting

Aneh dengar kata2 itu?
bagi yang nggak prnh mengalami di komputer/laptopnya pasti nggak akan prnah tau…iya kn??
jadi notif itu seakan2 windows kita itu sudah terdeteksi palsu oleh microsoft sendri…..
Nih screenshootnya di komputer :



blokir
itu dia notif yang muncul di komputer...menyedihkan bukan…..
bikin kesal ajah kan ??

Pengen tau ga caranya biar tidak seperti itu ………..???
gini nih caranya. ::

Untuk menghilangkan peringatan ini buka Registry Editor (regedit.exe). Cari key (panel sebelah kiri, seperti folder dalam Windows Explorer):


HKEY_LOCAL_MACHINE\SOFTWARE\Microsoft\Windows NT\CurrentVersion\Winlogon\Notify\WgaLogon

Hapus key ini, caranya klik kanan key tersebut dan pilih [Delete] dan jika ada kotak dialog lagi pilih [Yes].
Atau download file WgaLogonRemover.reg. Jalankan saja dan klik [Yes].
Restart komputer. Komputer akan kembali normal.
http://jerzz.wordpress.com

Al Quran Puncak Selera Sastra

"Sungguh, tidak akan ada orang yang mampu mengenalnya, kecuali mereka yang tenggelam di dalamnya".
(Sayyid Quthb).


Bacalah ayat Al-Qur'an sekali, pasti anda akan temukan sebuah makna. Bacalah ayat itu kedua kali,pasti akan anda temukan makna baru. Bacalah ayat itu ketiga kali... keempat kali... kelima kali dan seterusnya, pasti ada berjuta makna yang akan merasuk ke ruang pikiran anda. Ia akan mewarnai hati dan jiwa anda. Dan anda akan menjadi manusia yang paling bahagia. Jika anda berjiwa sastra, dialah samudera sastra yang sesungguhnya bagi anda. Maka, timbalah keagungan sastranya. Itulah makna yang tersirat dalam kata-kata emas As-Syahid Sayyid Quthb dalam mukaddimah tafsirnya Fi Dzildlil Quran (Di Bawah Naungan Al-Qur'an). Dalam mukaddimahnya beliau mengatakan, "La Ya'rifuha Illa Man Dzaqaha"


Ada sejuta keindahan di dalamnya. Ada lautan kebahagiaan bagi yang membacanya. Di depan dan di belakangnya, tidak ada kedustaan, semua yang tertuang hanyalah kebenaran. Barangsiapa yang berhukum dengannya, maka ia akan mendapatkan keadilan. Dan barangsiapa yang berpaling darinya, ia akan
merasakan kehinaan


Anda harus mengenalnya, sebab ia tidak hanya untuk seorang. Ia untuk seluruh alam.Anda harus membacanya...sebab anda dituntut cinta terhadapnya. Anda perlu membacanya, sebab anda
akan merasakan puncak keindahannya,

Pengarang buku ini :  Azzah Zain Al-Hasany