10/8/09

Dikomplain Karena Seringnya Makan-Makan

Sudah lama saya bertanya-tanya, kenapa Fosma begini. Apa Pa Ary nggak becus bikin komunitas? Apa karena orang-orang yang ada didalamnya? Apa karena sistemnya?

Kalau karena Pa Ary, loh beliau saja bikin menara sudah sampai 6 lantai, bukunya sudah hampir sejuta copy terjual, trainingnya sudah sampai Amerika, apa lagi. Kalau karena orangnya? Bisa jadi. Kalau karena sistemnya? Bisa jadi juga. Kalau sistemnya? Bisa jadi juga.

Seringnya Makan-Makan
Sebenarnya sering atau jarang itu kan relatif, tapi kok kalau ada makan-makan yang ngumpul banyak, kalau enggak, sepi-sepi dah.... (Ini kata Arif si)


Moderat
Fosma terkonsep hanya sebatas komunitas, maka sangat enjoy ada didalamnya, tidak ada keterikatan ini dan itu, sekalipun keterikatan itu merupakan aspek "tanggung jawab". Sehingga, sangat manusiawi kalau kontribusi di Fosma rumusnya adalah : waktu yang dimiliki dikurangi waktu mencari uang/ilmu/jabatan di kampus = waktu untuk komunitas.


Utopis
Visi Indonesia Emas tidak juga bisa dijabarkan menjadi misi yang kontekstual dengan daerah masing-masing. Keyakinan yang begitu kuat dengan adanya akan terwujudnya Indonesia Emas disalahartikan dengan anggapan "oh, nanti juga Indonesia Emas akan terwujud, dan Fosma daerah lain yang akan memulai mewujudkannya".

Sekalipun anggapan seperti ini tidak terucapkan oleh anggota-anggotanya, tetapi amat jelas pada sikap yang merupakan refleksi dari ungkapan itu. Ya, tidak ada pionering.  


Menjadi Sangat Personal
Karena hanya sebatas komunitas, maka kesatuan misi tidak ada, yang ada cuma kesatuan visi. Namun, sekalipun menyatu, visi itu masih terlalu fatamorgana. Oleh sebab itu, motivasi aktif di Fosma lebih pada kepentingan personal, misal cinta lokasi (terselubung), keinginan ngobrol/temu kangen dengan teman-teman dan bergembira ria bersama yang oleh Naim diistilahkan dengan Foto, Gosip, Makan.


Un-integral
Pengertian integral sederhana : Ibaratnya kita naik bus, rame-rame, mau piknik, ada yang bawa rantang, ada yang bawa tikar, ada yang bawa kamera. Setiap orang beranggapan bahwa setiap kesuksesan bersama akan menunjang kesuksesan pribadinya.


Sedangkan un-integral digambarkan seperti orang naik bus jurusan gombong, ada yang naik dari terminal, ada yang naik dari sokaraja, ada yang naik dari kaliori, ada yang turun di sumpiuh, ada yang turun di tambak, ada yang tidak turun-turun. Serobot tempat duduk itu biasa, dengerin earphone sendirian juga biasa. Karena kesuksesan orang lain di bus itu, belum tentu menunjang kesuksesan dirinya.

Artinya suatu program dikonsep karena semata program itu baik, lepas dari program itu punya kontribusi untuk membangun program lainnya atau tidak. Padahal yang diperlukan adalah satu program yang mendukung program lainnya, program lain itu mendukung program lainnya lagi, terus bersambungan menjadi mata rantai.

Butuh Trigger
Triger, istilah untuk pioner, kita itu butuh contoh, karena yang kita rintis adalah peradaban baru, maka contoh itupun haruslah yang hal baru. Nah, karena Fosma ada di garis depan, siapa contohnya? ya kita sendiri. Harus bisa menjadi self-trigger.


Ke Karya saja, tidak Kaya    

Kita sudah cukup bangga kalau sudah bisa menggunakan uang semir sepatu, juga cukup bangga kalau sudah bisa menyadong ke orang lain dan mengumpulkan bantuan untuk bencana. Juga sudah cukup bangga ketika jualan bisa mendatangkan pemasukan kas, padahal yang jualan tidak dapat honor. Sampai kapan jualan itu bisa berlangsung, sampai seberapa kuat yang jualan bisa meningkatkan profesionalitas, konsistensi keberlanjutan, kalau tidak ada perhatian khusus dalam bentuk honor.

Seperti Katsumoto yang memberontak agar Kaisar mendengarnya, saya nulis begini juga cuma buat bahan evaluasi bersama. Toh, saya juga ada didalamnya, artinya saya juga termasuk bagian yang harus dibenahi.

No comments:

Post a Comment