10/11/09

Implikasi-Implikasi

Setiap pilihan keputusan pasti ada implikasinya. Seperti halnya rumah tangga, komunitaspun tumbuh dengan mempersyaratkan tanggungan pemenuhan nutrisi, tempat berteduh, wadah bernaung dan kebutuhan-kebutuhan rutin. Itu prasyarat mendasar untuk dapat tetap bertahan.

Yang memungkinkan untuk memenuhi praysarat itu saat ini, disaat beberapa waktu lalu baru meluncurkan program praktikum entrepreneurship bertajuk "unit mandiri" ada tiga :

Pertama, memaksakan unit mandiri untuk segera menghasilkan rasio kecukupan finansial. Mungkinkah? padahal unit-unitnya kan masih baru. Ya, mungkin, tetapi apa implikasinya? Sekalipun berhasil, unit-unit akan tumbuh sebagai bentuk bisnis yang berorientasi jangka pendek, tidak baik bahkan tidak sesuai dengan visi dicanangkannya semula, dan resiko terpahitnya adalah semuanya akan mati satu-satu karena terlalu dini membicarakan keuntungan.

Kedua, memberdayakan kemampuan yang selama ini sudah terasah, yakni penyelenggaraan event dan training. Apa implikasinya? dipersepsikan orang bahwa kita sudah berubah haluan, bukan lagi bertujuan menginspirasi orang sebanyak-banyaknya, tetapi hanya mencari keuntungan semata.

Ketiga, meminta sumbangan, mencari donatur. Implikasinya, saya harus mengemis dari instansi ke instansi, karena mana ada yang masih mau ditugasi mencari dana dengan mengedarkan proposal? Dan lagi, ini sudah tidak bersesuiaan dengan misi produktif kita.

Dan begitulah, kalau memang dari 3 alternatif itu tidak mungkin ada yang bisa dilaksanakan, apa donk? ya tidak usah memenuhi kebutuhan akan uang. Inipun ada implikasinya, apa itu, dua :

pertama, semuanya puasa, tidak ada kesempatan memperoleh pendapatan dan saya katakan "yang penting kan kita belajar". Haha, sangat utopis.

kedua, karena tidak ada kesempatan memperoleh pendapatan di komunitas, maka masing-masing membangun usaha ditempat yang berbeda-beda, tidak bersangkut paut satu sama lain. Maka, seperti komunitas semacam ini yang sudah ada, komunitas hanya akan mendapat waktu sisa, energi sisa, space pemikiran sisa dan yang menjadi prioritas utama (bisnis masing-masing, penulis) tidak akan saling menunjang satu sama lain. Berapa lama bentuk komunitas semacam ini akan bertahan, seberapa besar pula kontribusi yang bisa diberikan?

Memilih mudah kalau antara hitam dan putih saja, kalau abu-abu? Tapi bagaimanapun kita tidka boleh lari dari mengambil keputusan, tidak pula lari dari implikasi atas keputusan yang kita ambil.

Mohon koreksi...

No comments:

Post a Comment