7/12/14

Ribut dan Anteng

Kita sedang menyaksikan dua rumah tetangga di kanan dan kiri kita. Rumah tetangga sebelah kanan isinya ribut melulu. Konon, mereka ribut karena salah satu diantara mereka ketahuan selingkuh.

Sementara itu rumah sebelah kiri tampat anteng (tenang). Konon, mereka tenang karena diantara mereka sudah saling ketahuan sama-sama selingkuhnya.

Begitulah Cak Nun mengilustrasikan dagelan politik Indonesia saat ini saat pisowanan di Kraton Ndalem Kadipiro di hari pencoblosan tanggal 9 kemarin. Sayangnya, Ia tidak menjelaskan persis detail maksud dari ilustrasi itu.

Akan tetapi kalau melihat situasi saat ini, aku punya terkaan gambaran kedua rumah itu adalah gambaran dua kubu yang sedang sabung capres saat ini.

Kubu satu tampak sering aksinya kontroversial kelihatan tidak kompaknya, sementara kubu yang satu adem ayem diem-diem meng-goal-kan revisi UU.

Owalah, bangsanya siapa si buat plarakan?!!

7/6/14

Melihat Keindonesiaan di Nederland

Tram, kendaraan sepanjang 3 bus pariwisata digandeng yang melaju di atas rel melintasi dalam kota adalah hal baru buatku. Haltenya ada berselang 5-10 menit, armadanya susul menyusul tiap 10-20 menit dari dini hari sampai tengah malam. Tarif normal untuk 'One hour card' adalah EUR 3, sedangkan untuk sekali naik adalah EUR 1,1. Tapi kalau membeli tiket 'One day card' cukup EUR 6,5.

Tram sesungguhnya bukan hal baru di Indonesia. Menurut cerita yang dituturkan Mas Miko dan koleksi dokumentasi Banjoemas.com, komunitas sejarah & heritage yang ia bina dan aku ikut2an nimbrung di dalamnya, tram ini sudah ada di Indonesia pada masa pendudukan Hindia-Belanda dulu. Bukan hanya di Batavia, bahkan di Purwokerto pun ada, salah satu jalurnya melintasi Pasar Wage.

Sebuah tram melintas didepan hotelku. Membayangkan ini di Pasar Wage. Oho..
Bedanya, tram yang merupakan kendaraan ramah lingkungan, tidak bising, antimacet itu berkembang di kota-kota di Nederland tetapi punah di Indonesia. Karena tram yang disupport oleh buskota berkembang, maka mobil menjadi tetap tersier, tidak menjadi kebutuhan primer seperti disini. Jarak dari halte ke rumah kalau jauh, cukup dikayuh dengan sepeda onthel. Maka, menerapkan tarif parkir tinggi hingga EUR 4 per jamnya dan pajak mobil EUR 200 per bulan, tidak menyulut pergolakan warga disana.

Diantara belasan museum kereta api dan tram yang tersebar di belasan kota, aku hanya sempat mengunjungi museum tram di Horn. Sayang, karena waktu yang terbatas, saya tidak sempat mencicipi naik tram kuno disana. Mungkin ada diantara koleksi tram yang ada, adalah jenis tram yang berkembang di Indonesia pada masa negeri ini diperintah oleh Ratu negeri Kincir Angin ini dahulu.

Sebuah Kereta Intercity berhenti di Stasiun Amsterdam Centraal
Kereta api berkembang dengan pesat di Nederland, ada sprinter yang merupakan kereta jarak pendek, ada intercity, yakni kereta antar kota dan ada juga kereta cepat, diantaranya namanya Thalys & Fyra. Ada 'wifi on de trein' juga loh kecuali untuk sprinter. Pesatnya perkembangan kereta api di Nederland, mungkin sama dengan pesatnya perkembangan kereta api di Indonesia selama sekitar se-abad sebelum kemerdekaan. Banyaknya jalur rel dan perusahaan kereta api swasta beroperasi di Indonesia, baik untuk kebutuhan penumpang maupun barang, yang akhirnya pasca kemerdekaan rel memendek perlahan demi perlahan, terus memendek hingga saat ini. Miris.

Beralih ke soal air, negeri ini kini menjadi rujukan penaklukan air bagi negara-negara di seantero jagad. Negeri yang 60% daratannya berada dibawah permukaan laut ini sudah setengah abad lebih tidak menjumpai banjir. Dam atau bendungan dengan sistemasi yang fungsionable tersebar dimana-mana. Aku hanya sempat menghampiri tanggul pinggir pantai di Volendam, selebihnya aku menonton berbagai miniatur terknik pengaturan air di Taman Mini Madurodam.

Tanggul di tepi laut, Volendam

Miniatur bendungan dan sistem pengairan terpadu di Madurodam, bisa untuk belajar anak-anak
Maka kalau kata Jokowi, untuk mewujudkan pembukaan sawah baru 2 juta hektar seperti obsesi Prabowo kita butuh siapkan airnya dulu, rasa-rasanya kita harus mengesampingkan malu belajar kepada negeri yang pernah menjajah kita. Tak bisa dipungkiri, pemerintahan Pra-Orde lama sangatlah produktif dalam hal penciptaan sawah. Bendungan-bendungan, irigasi-irigasi bikinan Belanda di negeri ini banyak yang masih bisa kita jumpai hingga saat ini.

Penataan saluran air yang smart, sehingga dibawah kalipun masih bisa dibuat ruang tinggal
Kok bisa, mereka yang katanya menjajah tapi meninggalkan warisan infrastruktur, sedangkan sekarang yang ngakunya memerintah kok isinya meninggalkan bangunan-bangunan mangkrak saja. Sebabnya sederhana, Penjajah membangun dengan orientasi jangka panjang, sedangkan pemerintah membangun dengan orientasi proyek.

Indonesia impor daging sapi, udah impor tapi harganya 2x lipat dari negeri jiran, itu bukan soal kita tidak bisa membangun peternakan, tidak bisa mengairi rumput. Tapi soal proyek dan soal mafia kok. Begitu pula Jakarta yang katanya mustahil bebas banjir, loh kok bisa fatalis begitu, orang Jakarta masih diatas permukaan air laut kok.

Balik lagi ke Nederland, berikutnya aku terkesan pada perilaku warga yang 'njawani' disana. Diantaranya, pejalan kaki begitu dihormati, kalau ada orang mau menyeberang, mobil mengalah, bukannya klakson-klakson bikin bising. Trotoar juga leluasa untuk menjelajahi kota dengan berjalan kaki.

Kemudian budaya family-time, dimana waktu untuk keluarga yang membudaya disana adalah memasak dan makan bersama dirumah, bukannya makan diluar. Pantas saja, jarang aku menjumpai resto keluarga, banyakan bar dan cafe. Pekerjaan rumah juga menjadi urusan pemilik rumah, bukan semata-mata pembantu. Taman-taman yang sederhana tapi apik di depan rumah-rumah mungil yang aku lihat, ternyata itu dirawat oleh istri-istri saat mengisi waktu menunggu suami pulang kerja. Ya, kalau mau mempekerjakan tukang kebun disana harus siap merogoh kocek EUR 10 perjamnya.

Dan yang 'njawani' lagi disana adalah banyaknya penduduk Suriname dan keturunannya, yang mereka faseh berbahasa Jawa, walau tak bisa bahasa Indonesia. Asik berbicara dengan mereka, bahasa Jawa yang entah Banyumasan, Tegal, Solo, Semarang mbuh campur-campur ra nggenah. Hahah.

Berpose didepan Merah-Putih-Biru
(Untung nggak bawa gunting, jadi nggak bisa merobek birunya. Hehe)
Tentang keindonesiaan di Belanda, aku perlu berkunjung lagi sepertinya, kemarin hanya menemukan pintu-pintunya saja, belum menjamah lebih dalam. Selain disebutkan di atas, ada Masjid Indonesia di Belanda dan ada jejak-jejak pejuang kemerdekaan di Leiden yang nanti aku buat di tulisan lain. Sedangkan tentang National Archieve di Den Haag dan lembaga riset KITLV yang banyak menyimpan data riset mereka tentang Indonesia, belum bisa aku tulis, karena aku belum kesana.

Ah, masih butuh petualangan panjang untuk mengobati kerinduan menemukan Indonesia yang disini hilang, sedangkan banyak masih tersimpan rapih disana.
Bule-bule menari Bali

7/1/14

Mblusukan di Nederland

Koneksi internet bisa menjadi hal yang sangat membantu pada saat ingin menggerayangi negeri ini lebih dalam. Mengenali tempat, mengetahui review obyek, merancang rute dan banyak lagi. Tapi si tidak usah terburu-buru membeli simcard untuk paket blackberry atau internet. Banding-bandingkan dulu lah. Provider yang menawarkan paket itu diantaranya Lebara dan Vodafone.

Aku memilih memakai Vodafone. Harga resminya di gerai EUR23 tapi karena aku terburu-buru membeli saat ditawari orang di airport, jadinya dapat EUR30 deh. Didalamnya sudah ada paket internet/BB siap pakai. Nanti kalau habis, bisa top up (isi ulang) di minimarket, supermarket atau di warung-warung kopi biasanya mereka jual. Tarifnya EUR 1 per hari, maksimal 100 MB. Mahal yah.

Kalaupun tidak mau membeli simcard baru, simcard Indonesia seperti Telkomsel & Indosat masih bisa dipakai untuk telepon & SMS, kena roaming aja paling sekitar belasan ribu rupiah permenit untuk telepon dan sekitar 10 ribu rupiah per sms. Sedangkan untuk internet, bisa mengandalkan wi-fi yang ada di Hotel atau di kereta api. Kebanyakan museum juga menyediakan free wi-fi juga kok.

Aku sangat terbantu dengan aplikasi yang aku download dari Play Store diantaranya Hollandpass & 9292.nl untuk mengetahui lokasi-lokasi dan rutenya. Di tengah kota-kota yang bangunannya tampak serupa tapi tak sama, terlebih ukuran papan nama gedungnya minimalis, lumayan rempong kalau harus berkali-kali bertanya maupun berkali-kali malu bertanya yang menyebabkan berkali-kali sesat dijalan.

Kota-kota yang sempat aku mblusuki diantaranya ada dibawah ini. Selain itu masuk banyak sebetulnya kota-kota di negara bekas penjajah negara kita ini. Sebagian familier karena grup sepakbolanya, misalnya Groningen, Breda, Eindhoven dan Roosendaal. Sebagian populer karena ada di buku pelajaran sejarah di Indonesia, misalnya benteng Roterdam dan perjanjian Rijkwijk.

Nederland Map
Den Haag (The Hague)
Merupakan kota pusat pemerintahannya Belanda, Ada Istana ratu, Binenhof namanya, ada juga beberapa istana pendukung seperti Palais Noordein. Wilayah tengahnya disebut centrum, dikelilingi oleh wilayah2 dikitarannya. Kotanya lengang, tidak begitu gaduh. Enak buat menenangkan diri.

Stasiun Den Haag Centraal
Amsterdam
Merupakan ibukota kebebasan, bandara terbesarnya ada disini, Schiphol namanya. Stasiun KA nya juga sangat besar, ada 15 spoor masing-masing "a" dan "b", muat untuk 30 kereta api bisa berhenti di waktu yang bersamaan. Banyak titik keramaian disini, crowded dan aku kurang suka. Tetapi museum dan obyek wisata separoh lebih yang dipunyai negeri itu ya adanya di kota ini. Di pusat-pusat kerumunan, kita harus waspada pada pencopetan. Barang berharga jangan ditaruh dipunggung. Dekap di dada, begitu kata seorang kawan yang tinggal disana.

Stasiun Amsterdam Centraal
Leiden
Sepertinya ini kota pendidikan. Banyak kampus dan banyak museum. Ada juga pusat riset Indonesia disana, KITLV namanya, sayang bulan ini sudah tutup untuk selamanya. Antara mahasiswa dan turis berbaur, susah membedakannya. Kotanya tidak terlalu ramai, tidak juga terlalu sepi. Enak..

Stasiun Leiden Centraal
Utrecht
Katanya dari kota inilah KUHP yang negara kita pakai berasal. Tak banyak obyek wisata disana. Sepanjang kiri-kanan dari atas kereta menuju kesana, terhampar padang rumput. Banyak peternakan sepertinya.

Delft
Adalah sebuah kota tua yang tidak terlalu besar. Museum Prinsenhof dan sebuah gereja menjulang tinggi menandai titik tengah kota ini. Yang terkenal di kota ini adalah keramik handmade, merk yang populer diantaranya adalah Royal Delf. Selain itu, di kota ini banyak pula mahasiswa.

Landmark Kota Delft
Horn
Kota kecil tempat museum tram uap berada. Butuh setengah jam dengan kereta api dari Amsterdam untuk sampai disini. Kalau mau mencoba berwisata naik kereta tram tua, bisa lihat jadwal terlebih dahulu, karena tidak setiap hari dan setiap jam kita bisa menaikinya.

Poster Museum Tram di Horn
Salah satu sisi museum tram di Horn