12/28/14

Memilih

[Tulisan Lama]

Jadi anak muda itu tidak usah sok 'nyufi'. Makan nggak habis, ya nggak apa-apa. Semangat komunalisme ketika berkelompok tinggi, ya nggak apa-apa. Tidak menepati janji, ya nggak apa-apa. Jangankan tidak menepati janji, tidak berusaha menepati janji juga nggak apa-apa.

Jangan, tidak perlu, tak usah stress mencari surga, surga sudah ada sejak disini, dihamparan padang hijau, bilik tidur yang bagus, air hangat, angin sepoi-sepoi dan dibawahnya mengalir air ke danau.

Nikmati saja kesempatanmu memilih. Kalau kau berbuat baik, itu semata-mata hanya karena kau menyadarinya. Sebagai sebuah pilihan, bukan karena larangan dari siapapun. Karena kadang kita cuma punya dua pilihan : berbuat salah atau tidak berbuat.


Sawangan Golf & Resort,
30 Okt 2011

Do Not Go Gentle Into That Good Night

Do not go gentle into that good night,
Old age should burn and rave at close of day;
Rage, rage against the dying of the light.

Though wise men at their end know dark is right,
Because their words had forked no lightning they
Do not go gentle into that good night.

Good men, the last wave by, crying how bright
Their frail deeds might have danced in a green bay,
Rage, rage against the dying of the light.

Wild men who caught and sang the sun in flight,
And learn, too late, they grieved it on its way,
Do not go gentle into that good night.

Grave men, near death, who see with blinding sight
Blind eyes could blaze like meteors and be gay,
Rage, rage against the dying of the light.

And you, my father, there on the sad height,
Curse, bless, me now with your fierce tears, I pray.
Do not go gentle into that good night.
Rage, rage against the dying of the light.




Interstellar features this classic poem by Dylan Thomas.

12/9/14

11 Generasi

Durriyah tidak penting diketahui oleh peradaban modern, karena yang penting adalah cari penghidupan, amankan penghidupan. Durriyah dalam bahasa science terkait erat dengan genetika, menaik ke atas berarti leluhur, turun temurun ke bawah berarti anak cucu. Memutuskan dengan siapa aku beristri, berarti bagian permulaaan untuk menulis durriyahku ke depan. Allah tak punya alasan untuk menghambat-hambatnya.

Baiklah aku memulai dengan menulis durriyah ke belakang dulu, ada banyak jalur, aku ambil satu jalur dulu. Aku, lalu bapakku bernama Purwaji bin Pawijaya, ibuku Nuning Resdiana binti Muhammad Yasir.

Ibunya ibuku bernama Siti Fatonah, dimakamkan di Tanggeran, disamping makam ayahnya H. Muhammad Muchsin. Bapaknya lagi bernama H. Hasan Bisri (San Besari), Pengulu Landrat Kadipaten Banyumas, dimakamkan di Dawuhan.

Ayahnya bernama Kyai Mustahal, dimakamkan di Kalimanah, Purbalingga di kompleks Masjid Mustahal. Ibunya dijuluki Nyai Masech 2, Ibunya lagi disebut Nyai Masech 1.

Ayahnya bernama Kyai Mutasim, atau Embah Kalimanah, dimakamkan di Kalimanah, Purbalingga. Ayahnya lagi bernama Mbah Hasanuddin, sumareh di Dawuhan berdekatan dengan makam besannya yakni Kyai Ageng Sulaiman, Khatib Masjid Ageng Nur Sulaiman pertama yang merupakan ayah dari Nyai Mutasim.

Mbah Hasanuddin merupakan anak dari Syech Abdussomad (Mbah Jombor) yang makamnya ada di Cilongok. Demikianlah 11 generasi durriyah yang mendahului didepanku.

11/28/14

Interstellar

Manusia didimensi kelima, bisa melihat kehidupan di bumi. Manusia bisa mencapai dimensi kelima ketika dia sudah bebas dari ruang dan waktu. Digambarkan dalam film ini, manusia menjadi bebas dari ruang dan waktu ketika masuk ke dalam blackhole, yakni singularitas dimana benda apa saja akan tersedot, bahkan gravitasi dan cahaya sekalipun.

Didimensi kelima, waktu menjadi realitas fisik. Masa lalu bisa dipanjat seperti tebing, masa depan bisa didaki seperti gunung.

Manusia di dimensi kelima bisa mengirimkan pesan kepada manusia di dimensi ketiga. Asalkan manusia dimensi ketiga tahu medianya, tahu polanya. Di film ini, jam tangan kembar milik Murph dan ayahnya menjadi medianya. Morse menjadi kodenya. Jam tangan perlambang cinta, morse hanya bisa dibaca bila kita titen.

Bukan hanya mengirim pesan, di akhir film ini bumi yang nyaris hancur justru berakhir sangat mutakhir berkat diajari oleh manusia dimensi kelima.

Manusia yang sudah mati dimensinya akan naik, dia bisa mengabsen pengiring keranda hingga langkah kaki orang terakhir. Terbuka sekat antara ia dan anak cucuknya setiap malam jumat.

Mereka yang mati tidak menghilang, seperti Cooper sang astronot yang masuk ke blackhole. Ia tidak hilang, melainkan naik dimensi. Cara pandang materialismelah yang menyesatkan kita, sehingga yang materi dianggap realitas fisik dan yang lain dianggap lenyap.

Kalangan fundamentalis saja yang membantah pesan Nabinya sendiri tentang ziarah. Melenyapkan leluhur dari pikiran mereka dgn ancaman syirik yang dibuat se-ngeri mungkin.

Apa jam tangan cinta dan kode morse antaramu dan kakek buyutmu saat kau ziarah? Karena ziarah bukanlah ritus belaka. Dari dimensi kelima mereka yang kita ziarahi ingin menolong kita yang diujung kehancuran gaya hidup ini.

Yogya,
28 Nov 2014

11/27/14

Militansi

Militansi! Itu yang dipunyai mereka para pembuat perubahan di daerahnya. Tren wiraswasta dulu lenyap ketika gelanggang PNS jadi rebutan. Tren PNS-pun akan segera berakhir, entah berganti menjadi apa sebentar lagi. Namun, lepas dari embel-embel semua itu, mereka yang punya militansi akan terus dikawal oleh bumi untuk terjaganya kiprah nyata.

Kalau dijaman beberapa puluh abad yang lalu semua orang adalah indigo, punya daya tangkap indera dg rentang frekuensi lebih lebar. Kalau beberapa puluh tahun yang lalu semua orang militan, akibat paksaan jaman demi bisa bertahan hidup. Kalau sekarang, yang indigo dianggap aneh, yang militan disubya-subya.

Padahal melebarkan daya tangkap frekuensi kita, menghidupkan militansi kita, adalah lumrah dan defaultnya hidup kita.

Pasti Baik

Kalau keputusan hatimu benar, kamu dapat 2 kebaikan. Kalau salah, 1 kebaikan. Yang pasti tidak dapat kebaikan itu, kalau kamu membuat keputusan tidak pakai hati.

Ruang bebanmu yang tadinya kamu isi dengan benar-salah, kini bisa diganti dengan yang lebih oportunitif : Menguntungkan apa tidak? Atau tidak usah diisi sama sekali ruang itu.

Gaya

Gaya hidup orang modern bagiku tetaplah aneh. Makan mewah pesta pora disediakan, tapi kursi tidak disediakan. Makan berdiri dianggap keren mungkin. Padahal makan dgn duduk lebih nyaman.

Datang antri, pulang antri. Didalam tidak disuguhi minuman. Tamu didoktrinasi sedemikian rupa untuk bisa sehormat mungkin kepada tuan rumah.

Tapi sekalipun aneh, tidak menjadi soal berarti buatku. Toh, itu kan cuma gaya.

Plenary Hall, JCC
26 Nov 14

11/26/14

Festival Allah

Kata Cak Nun, ibadah itu paling bawah, diatasnya adalah menuntut ilmu, diatasnya lagi adalah bekerja.

Kita tidak akan paham rumusan diatas, sekalipun disuguhi korelasi dalilnya, kalau cara pandang kita tentang ibadah masih kelira-liru.

Esensi ibadah adalah doa. Kalau selama ini yang kita paham hadirnya Allah hanya melalui doa, coba cari pemahaman yg lebih arif mendalam.

Doa itu festivalnya Allah, Allah hadir secara show off dalam pengkabulan2 doa. Tapi sejatinya Allah bukan sebatas ada di festival. Kita kerja ya Allah datang membayar, kita jual ya Allah datang membeli. Itulah bentuk-bentuk kehadiran Allah yang sering kita abaikan. Tandanya kita lebih sibuk berdoa, abai bekerja.

Sampai sini mungkin agak lebih paham maksud kata Cak Nun tadi.

Tuntaskan Diri

Sewaktu awal-awal aku memulai usaha dulu, salah satu guru bisnisku mengarahkan untuk berkiblat ke Astra. Etos dan culture seperti yang dibangun di Astra tidak banyak dimiliki oleh perusahaan Indonesia lainnya. Pantas saja, Astra menjadi salah satu perusahaan terbesar di Indonesia yang kuat.

Astra dipimpin oleh CEO sbg leader. Ada satu pesan sederhana yang menurutku menarik kemarin. Katanya kurang lebih begini : Kalau Anda misalnya merasa PDCA itu menjadi bagus kalau diterapkan di perusahaan Anda, ya lakukan itu bagi Anda sendiri dulu. Jangan Anda belum beres melakukan sudah nyuruh-nyuruh. Tidak jadi itu.

Plan Do Check Action, salah satu prinsip disiplin manajemen yang diadopsi dari Jepang tentu saja akan bagus diterapkan di perusahaan kita. Sekalipun tidak menjamin kesempurnaan hasil, setidaknya itu lebih baik daripada prinsip "Kumaha engke wae".

Lalu, dimana batasnya kita sudah betul melakukan sehingga bisa menyuruh yang lain? Batasnya adalah ketika kita menjamin diri kita tidak kecolongan, sehingga bisa ditegur oleh yang lain. Ketika kita masih pada taraf penerapan gramang-gremeng begitu, ya mana berani menyuruh-nyuruh. Iya to? Tuntaskan ke diri sendiri dulu, nanti menyuruh tidak gamang.

Sunlake Hotel,
26 Nov 2014

11/25/14

CEO Sharing

1. Pokok kekuatan Astra dalam menjaga konsistensi dan orisinalitasnya adalah pembangunan culture. Mustahil ada kemajuan, dalam bentuk apapun, tanpa membangun dan menjaga culture.
2. Indonesia di ajang world economyc forum dan forum2 global lainnya kini tidak lagi inferior, diprimadonakan, dipenasarani
3. Kalau situasi ekonomi dalam negeri sekarang susah, Anda jangan salah, dunia sedang sakit.
4. Kalau orang Indonesia lawan orang luar satu lawan satu, yakin menang. Sayangnya kita ini dikeroyok.
5. MEA untuk produk kita confidence, untuk jasa itu yang riskan. Kita lemah di skill labour.
6. Harusnya pemerintah memberikan proteksi kepada produk unggulan dalam negeri. Tameng berikutnya utk MEA adalah kita dunia usaha kompak saja, tidak menerima karyawan dari luar.

Executive Lounge Astra International,
25 Nov 14

11/24/14

Bombardir Zaman

Siapa bilang bayi lahir itu polos los. Bayi lahir itu sudah built in didalamnya nurani. Didalam nurani ada seribu indera, 200x lipat dari indera yang orang dewasa paham. Kalau ia dibilang polos, itu maksudnya polos dari belief system, dimana belief system itu menumpuk melebihi lemak, berasal dari dogma-dogma yang dikonsumsi orang dewasa.

Semakin bertambah umur, penggunaan nuraniku menurun. Reseptor indera nurani yang kupakai makin sedikit. Kecerdasankupun sekarang kalah jauh dibanding saat aku baru datang ke planet bumi ini.

Tapi untung saja aku masih kenal nurani, karena ibuku tidak kalah dengan gencarnya bombardir zaman dalam mendidikku. Kalau pagi masih sempat memasakkan sarapan walau sibuk minta ampun lemburan kepala sekolah. Kalau malam masih sempat membantuku urusan bisnis.

Tidak ada cara lain untuk mampu lebih kuat dari gencarnya bombardir zaman, selain mengakses kecerdasan default kita dari bekal yang kita bawa dari luar angkasa semasa lahir dulu yang disebut NURANI.

Itu bekal untuk kita mampu menjadi orang yang KAYA WAKTU sehingga bisa rajin 'ngendong' silaturahim sebagaimana orang jaman dulu. Bisa KAYA HARTA untuk 'loman' berdedikasi dalam rangka yunfiku fii sabilillah. Juga KAYA HATI untuk mendidik istri dan untuk membuat tidak ada kesibukan dia apapun dipagi hari yang membuat ia tak sempat untuk membuatkan sarapan untukku dan anak2ku.

Cengkareng,
24 Nov 2014

11/19/14

Salam Dua Ribu

BBM Naik, aku dengar pengumumannya pas aku sedang Mocopatan. Baru beranjak dari Mocopatan jam 3.30 pagi, memang harga sudah naik. Beruntung, aku diselamatkan dari keinginan membaur dengan para pengantri, yang kalau itu terjadi pasti aku kena banyak caci, terutama dari para motivator, sekalipun niatnya cuma ingin membaur merasakan festival di SPBU yang tidak terjadi setahun sekali itu.

Aku sudah tidak punya stok kesal dan marah atas lagi-lagi tindakan pembodohan yang dilakukan oleh tindakan inlander kontemporer saat ini. Kesal dan marahku sudah aku habiskan sewaktu PT KAI mengalihkan Publis Service Obligation alias subsidi kereta ekonomi jarak jauh ke commuter line dengan alasan yang sangat musykil dan membodohi. Dialihkannya tarif KA jarak jauh ke KA commuter line itu bukan karena alasan-alasan yang mereka sebutkan kok, alasannya cuma agar KA bisnis dan KA ekonomi komersial lebih laku karena tidak mendapat nested kompetitor dengan harga subsidi yang sangat timpang. Pun demikian dengan kenaikan BBM, agar stasiun pengisian bahan bakar komersial milik asing lebih laku, karena tidak mendapat kompetitor bersubsidi.

Ini bukan barang baru, kelanjutan dari yang sudah Pak Harto tanda tangani di awal berkuasa dulu. Bahwa negara harus melakukan (1) pencabutan subsidi, (2) pengurangan subsidi dan (3) swastanisasi di segala bidang.

Selain tidak punya hasrat untuk protes dan marah, aku juga tidak punya ruang untuk protes dan marah. Katanya, yang berhak protes hanya yang kemarin mencoblos. Yah, itulah kekonyolan dan kedunguan konsep kebangsaan kita. Yang dianggap memiliki bangsa ini hanya yang menyetujui pemilu dan ikut mencobloskan diri. Owalah, klenik kontemporer apalagi ini. Betul-betul akut kejumudan konsep berbangsa dan bernegara rakyat kita ternyata.

Salam dua ribu. Selamat protes, selamat marah, selamat berbangga diri merasa tidak perlu protes dan merasa bisa menahan diri dari marah.

Ini pesan bagus bisa untuk diresapi :

"Anda boleh untuk tidak marah, tidak protes atau tidak mengamuk. Asal minimal Anda tahu bahwa Anda sedang dibodohi."

10/25/14

Ritual Sura : Mencerca di balik mimbar

Apa hebatnya bergegap gempita mencerca pelaku ritual 'klenik' Sura di balik mimbar masjid kota yang jamaahnya sudah modern?

Kalau berani datangi mereka yg memang pelaku ritual, ceramahlah disana. Atau kalau masih mau sedikit pakai akhlak, pahami mereka dari dekat, syukur2 risetlah dulu  barang beberapa bulan atau tahun sebelum ceramah mencerca mereka.

10/16/14

Makan Malam

Dibilang telat si belum, tapi lapar iya. Akibat melewatkan beberapa rest area di sepanjang Cipularang, sampai keluar pintu tol, hasrat untuk makan belum tersalurkan.

Mengisi bahan bakar tambahan dan memelankan laju kendaraan, sambil tolah-toleh kanan kiri, menatap setiap kios dan warung tenda.

Tak ada yang membuatku kepincut. Secara kriteria kiosnya, menunya, pelayanannya, keleluasaan selonjorannya sepertinya diambang batas ekspektasi semua. Satu-satunya alasan aku memutuskan untuk singgah adalah jika dan hanya jika aku lapar sekali. Yang kalau aku tidak makan, maka aku akan mati seketika.

Namun, makan malam kali itu bukanlah sekedar memasukkan nasi ke dalam lambung, menggelontor kerongkongan dengan air. Karena makan malam kali itu hanya sekali disepanjang perjalanan pulang dari Jakarta ke Banyumas malam itu, tak bisa diulang lagi. Bahkan itu adalah makan malam tanggal 4 Oktober yang hanya sekali-kalinya sepajang hidupku.

Antara lapar dan antara ayam goreng mergo yang aku idam2kan bertarung hebat memberangus kantukku menyetir. Namun, tak kunjung ada warung tenda dan kios yang membuatku kepincut.

Sampai masuk di daerah Limbangan. Warung2 kumuh, sesak dan panas tidak terlihat lagi. Yang ada adalah resto-resto yang menggiurkan. Aku kepincut habis, terbayang semua kriteria atas kekenyangan hasratku bisa aku lampiaskan sempurna di saung-saung mewah di pinggir jalan itu.

Namun entah, hasrat pelampiasan itu masih kalah oleh keinginanku untuk berjodoh dengan ayam goreng mergo.

Sampai akhirnya belasan menit berlalu dan aku tidak bergeming untuk mampir. Jalanan yang ramai lancar mendadak macet. Bebedapa ratus meter aku bergerak tersendat dalam macet, saat menoleh ke kiri depan, tampak billboard ayam goreng yang aku gadang-gadang itu.

Aih senangnya, karena kupikir masih harus menunggu tiga perempat sampai satu jam lagi untuk menggapai klangenanku itu. Belum ditambah macet. Ternyata tidak harus selama itu.

Lahap makan malam kali itu. Makan malam yang nikmat dan penuh arti.

10/15/14

Elitis & Merakyat

Purwokerto yang elitis, bertemu dengan Purbalingga yang bukan cuma merakyat, tapi memang rakyat beneran. Yang elitis secara alami menjadi junior ketika berhadap-hadapan dengan rakyat beneran.

Beneran rakyatnya, beneran tirakatnya, beneran cari uangnya, beneran infak fisabililahnya.

Beneran pergerakannya, bukan cuma pemikiran. Beneran fightingnya, bukan cuma tulisan.

Down to earth, undur diri dari elitisme, mungkin itu lebih baik.

Menanti Kereta Api Swasta

Menelusuri rel mati, menyaksikan bangunan-bangunan stasiun kuno, tampaknya lebih menyenangkan ketimbang menelusuri dan menyaksikan cara PT KAI membangun dirinya sekarang. Konon kabarnya, PT KAI bersikukuh untuk mengalihkan PSO alias subsidi kereta murah. Dengan segudang alasan, tapi satu akar rumpunnya : kepentingan kapital.

Kita tahu, kereta ekonomi AC dan bisnis selama ini mendapat kompetitor internal, dikanibal oleh saudaranya sendiri, KA ekonomi (yang sekarang juga sudah AC). Dengan fasilitas yang tidak terlalu jauh berbeda, tetapi harga tiketnya berbeda jauh akibat kereta ekonomi mendapat subsidi PSO.

Dengan alasan Commuter Line dipakai harian, sedangkan kereta api ekonomi jarak jauh tidak harian, maka PSO dialihkan dari kereta jarak jauh ke Commuter Line. Penasehat hukum PT KAI kecolongan satu butir dalih, bahwa Commuter Line sekalipun dipakai harian, itu digunakan oleh orang-orang yang punya pekerjaan, punya gaji. Sedangkan KA ekonomi lokal jarak jauh, dipilih oleh orang yang tidak mampu, yang mungkin juga pengangguran, tidak mendapat fasilitasi lapangan kerja dari negara yang terpaksa harus bepergian luar kota karena ada saudaranya yang sakit atau kesripahan.

Silahkan sesekali naik kereta ekonomi jarak jauh, tanyai penumpang bepergian dengan tujuan apa saja. Rakyat mengamanatkan transportasi umum kepada PT KAI dan Perum Damri. Kini Perum Damri harus menanggung beban sendiri.

Selama landasan kapitalistik selalu jadi orientasi pembangunan perkeretaapian, dia hanya akan bertahan jika dan hanya jika kereta api swasta belum muncul.

9/4/14

Komite Hijaz

Dua puluh lima tahun setelah runtuhnya kerajaan turki, Keluarga Ibnu Su'ud dibantu Muhammad bin Abdul Wahab mendirikan kerajaan saudi. disini awal mula ajaran wahabi yg konsern "memurnikan" ajaran islam mulai gencar.

Ajaran anti bidah ini melarang segala ibadah yg tidak ada di zaman Rosul. nuzulul quran, maulid nabi, halal bi halal, ziarah kubur, dlsb. situs2 bersejarah di sekitar kabah dihancurkan. tempat lahir nabi, rumah khadijah, gapura depan kabah, dlsb, semuanya diratakan dgn tanah. setelah itu situs2 sejarah di madinah juga mulai di hancurkan. makam 150 syuhada sudah tidak ada.

Ulama2 indonesia di pimpin mbah hasyim membentuk komite hijaz dan mengirim utusan ke saudi dengan membawa sepucuk surat.
1. selamat atas berdirinya kerajaan saudi.
2. meminta agar dilakukan pergiliran imam masing2 mahzab setiap minggu. ditolak
3. meminta agar seluruh umat muslim di bebaskan menjalankan ibada haji dan umroh sesuai dengan mahzabnya masing2. ditolak.
4. mbah hasyim meminta agar tidak dilakukan pembongkaran makam Rosul.

Mbah hasyim dan komite hijaz sudah menahan kerajaan saud membongkar makam Rosul. belakangan santer lagi berita rencana kerajaan saudi membongkar makam Rosul.[]FIkry

8/9/14

[7wonders] Karisma Pesona Lereng Merapi


Kalau Jogjakarta bagian selatan menawarkan eksotisme pantai, sedangkan Jogja bagian tengah menyodorkan keistimewaan sejarah dan heritage, maka lain lagi dengan bagian utara wilayah Kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat ini. Di bagian utara wilayah salah satu kerajaan Nusantara yang masih lestari ini kita disuguhi karismatiknya panorama dari menjulangnya Gunung Merapi.


Becak melintasi Tugu Landmark Jogjakarta.
Foto oleh : Rizky
Suguhan panorama karismatik milik salah satu gunung api teraktif di negeri kita ini tidak membutuhkan waktu yang lama untuk ditempuh dari pusat kota Jogja. Dengan jarak lebih kurang 27 km dari pusat kota, kita membutuhkan waktu kurang lebih satu jam untuk bisa sampai ke salah satu titik di lereng merapi yang bisa kita jadikan titik awal pengembaraan kita memburu pengalaman baru di wilayah atapnya Jogjakarta ini.

Kita bisa mengambil jalan ke arah timur bila kita berangkat dari Stasiun Kereta Api Tugu Jogjakarta, atau sebaliknya kita bisa memacu kendaraan ke barat kalau Kita berangkat dari Bandar Udara Internasional Adi Sucipto Yogyakarta. Nanti kita akan menemukan ruas jalan bernama Jalan Kaliurang yang pada kilometer 5 dari jalan ini akan berpotongan dengan Jalan Ring Road Utara Jogjakarta. Jalan Kaliurang inilah yang harus kita tempuh untuk menuju kawasan wisata Kaliurang di ketinggian lereng Merapi.
Jalan yang halus dan lebar membentang dari selatan ke utara ini cukup nyaman untuk ditempuh. Sesekali mungkin tersendat kalau ada lampu merah dan juga ketika sudah sampai di gerbang masuk kawasan wisata untuk mendapatkan tiket masuk. Ada beragam destinasi yang bisa kita pilih, untuk sekedar rekreasi ringan, disana tersedia Taman Rekreasi Kaliurang, Gardu Pandang dan Taman Nasional Gunung Merapi yang didalamnya terdapat obyek wisata Tlogo Putri, Hutan Wisata, Goa Jepang serta beberapa lagi lainnya. Sedangkan bila kita menginginkan petualangan, tersedia disana paket Lava Tour, berpetualang seru menaiki mobil jeep. Lain lagi bila ingin mendapatkan pemahaman edukasi, kita bisa mengunjungi Merapi Volcano Museum serta ada juga Ullen Sentalu Museum.

Foto oleh : Rizky
Di dalam Taman Nasional Gunung Merapi.
Foto : Rizky
Gardu Pandang Merapi.
Foto oleh : Rizky
Udara segar fresh from the leaf yang baru diproduksi oleh keanekaragaman tumbuhan bisa kita nikmati sepuasnya di Taman Nasional Gunung Merapi. Sambil memanjakan mata kita dengan panorama puncak gunung merapi yang bisa kita saksikan dari jarak yang relatif dekat. Dan juga perut kita jangan sampai terbengkalai, maka dari itu sambangilah penjual gudeg, makanan khas Jogja yang banyak menggelar dagangannya disana. Gudeg adalah seporsi makanan yang mengenyangkan, terbuat dari kethewel , yakni nangka yang disayur dengan teknik masak khusus, ditambah sepotong telur, siwiran ayam serta tidak boleh ketinggalan krecek dan kethek yang membuat makanan ini semakin nyammi untuk disantap. Kita juga bisa menambahkan rempeyek kalau ingin mendaptkan sensasi krancy-nya.

Setelah puas menyantap panorama dan melahap gudeg, kita bisa segera merapat ke basecamp lava tour untuk segera mengantri memesan jeep petualangan. Ada beberapa paket tour yang ditawarkan dengan kisaran biaya 300ribu rupiah kita bisa menaiki jeep bersama tiga hingga 5 kawan kita. Kendaraan ini siap mengantarkan kita off-road untuk menjelajahi sisa erupsi merapi yang terjadi tahun 2010 lalu. Diantara destinasi yang dituju adalah daerah Kali Kuning, Kali Adem, Kinahrejo dan beberapa destinasi lainnya.

Menjelajahi kawasan pasca erupsi Merapi seolah-olah kita diajak untuk mengumpulkan puing-puing pesan kehidupan dari bencana memilukan yang pernah melanda daerah ini beberapa tahun yang lalu. Salah satunya adalah pesan bahwa kita hidup tidak sendiri, kita hidup bersama berdampingan dengan alam. Manusia memiliki watak, alampun punya watak. Watak yang sebaiknya kita kenali, kita akrabi, sehingga kita tidak kaget oleh siklus si alam, juga tidak membuat “kesal” si alam, karena kita tidak mengenal alam dengan baik.


Jeep Wisata Merapi.
Foto oleh : Rizky
Foto oleh : Rizky
Salah satu destinasi petualangan lava tour adalah mengunjungi Desa Kinahrejo, tempat dimana sosok fenomenal Mbah Marijan kini hanya bisa kita saksikan petilasan bekas rumahnya saja. Mengenang beliau, kita akan dapat menggali banyak pelajaran hidup. Sosok juru kunci gunung merapi yang santun dan bersahaja ini adalah seorang muslim yang taat. Kegiatan sehari-harinya adalah mendiami rumah yang menjadi basecamp pendakian Merapi, di rumah ini para pendaki lapor mencatatkan diri, di rumah ini para pendaki dapat istirahat sambil berbincang santai mengenal Merapi untuk menambah bekal pengetahuan mereka dalam mendaki. Mbah Marijan rajin ke Masjid yang tidak jauh dari rumahnya untuk menjalankan sholat lima waktu sebagai bentuk ketaatan kepada Tuhannya.

Mbah Marijan bukan orang sakti, ia hanya orang biasa yang memiliki karakter yang luhur serta berusaha menjaga alam dengan sebaik-baiknya. Setia pada tugasnya, tidak takut mati. Ketika gejala erupsi melanda, warga disekitarnya dipersilahkan turun, sementara dirinya tetap tenang di atas dan bersikukuh tidak mau turun karena bukanlah sikap ksatria jika beliau turun sementara masih ada warganya yang tinggal di atas. Beliau juga mengajarkan kesantunan bersikap kepada alam, beliau mengajarkan sebutan “Merapi sedang membangun”, bukannya “Merapi sedang meletus”. Beliau juga mengajarkan untuk tidak menyebut luncuran awan panas dengan sebutan binatang, wedhus gembel misalnya. Begitulah penghormatan Mbah Marijan kepada alam dan kepada tugasnya. Hingga diakhir hayatnya, jasadnya ditemukan dalam posisi sujud kehadirat Ilahi.

Kini bekas rumahnya bisa kita saksikan sebagai sebuah museum sederhana, didepannya dibangun tourist information dan outlet merchandise. Di Kinahrejo kita juga bisa menyaksikan sisa bangunan, rongsokan mobil dan tulang belulang hewan ternak akibat dampak erupsi yang menimpa desa tersebut.

Pasca erupsi, kini masyarakat lereng Merapi mulai menggeliat kembali. Lahan pertanian yang bertambah subur mulai menghijau kembali. Pasir muntahan Merapi dengan kualitas tinggi tidak habis-habisnya dikeruk, saking banyaknya. Ditambah lagi dengan menggeliatnya sektor wisata minat khusus, yang sedikit banyak memberikan dampak bagi warga untuk ikut mengais rezeki.

Kalau ingin lebih lengkap mengetahui tentang bekas luncuran lava erupsi dan pengetahuan tentang kegunungapian lebih lanjut, selanjutnya kita bisa menuju ke Merapi Volcano Museum. Sedangkan untuk melengkapi pengetahuan kita tentang sejarah dan heritage Jawa, kita bisa menuju ke Ullen Sentalu Museum, sebuah museum yang cukup eksklusif dibanding museum pada umumnya di Indonesia. Museum ini cukup percaya diri memasang tarif hingga lima kali lipat dibanding tarif museum di Indonesia pada umumnya.

Lengkaplah sudah penjelajahan kita di lereng Merapi. Berderet-deret villa dan hotel tinggal kita pilih untuk kita beristirahat melepas lelah disana. Tinggal pilih villa atau hotel bergaya modern atau tradisional, murah atau mahal, ada spa dan kolam renang atau cukup hanya bed dan breakfast saja.## 

8/4/14

Itinerary Expedisi Napak Tilas Islam Nusantara jilid I

Hari ke-1 
- 14.00 Berangkat dari Purwokerto
- 19.00 Tiba di Yogya
- 20.00 Mocopat Syafaat

Hari ke-2 
- 04.00 Meninggalkan Yogya
- 11.00 Tiba di Malang, Istirahat
- 15.00 Sarasehan dengan Ki Agus Sunyoto*
- 22.00 Meninggalkan Malang

Hari ke-3 
- 00.00 Tiba di Jombang
- 02.00 Sentana Arum
- 11.00 Tebu Ireng, Sholat Jumat
- 13.00 Meninggalkan Jombang
- 17.00 Tiba di Bangkalan
- 18.00 Syaikhona Kholil
- 21.00 Batu Ampar
- 22.00 Menuju Sumenep

Hari ke-4
- 01.00 Tiba di Masjid Agung Sumenep
- 07.00 Sarasehen dengan Husen Satriawan
- 08.00 Menuju Kepulauan Kangean
- 14.00 Tiba di Kepulauan

Hari ke-5 
- 14.00 Meninggalkan Kepulauan
- 22.00 Tiba kembali di Madura

Hari ke-6 
- 05.00 Meninggalkan Madura
- 09.00 Tiba di Ampel, Surabaya
- 13.00 Meninggalkan Surabaya
- 23.00 Tiba kembali di Purwokerto

Untuk informasi lebih lanjut, email : 12.izky@gmail.com

7/12/14

Ribut dan Anteng

Kita sedang menyaksikan dua rumah tetangga di kanan dan kiri kita. Rumah tetangga sebelah kanan isinya ribut melulu. Konon, mereka ribut karena salah satu diantara mereka ketahuan selingkuh.

Sementara itu rumah sebelah kiri tampat anteng (tenang). Konon, mereka tenang karena diantara mereka sudah saling ketahuan sama-sama selingkuhnya.

Begitulah Cak Nun mengilustrasikan dagelan politik Indonesia saat ini saat pisowanan di Kraton Ndalem Kadipiro di hari pencoblosan tanggal 9 kemarin. Sayangnya, Ia tidak menjelaskan persis detail maksud dari ilustrasi itu.

Akan tetapi kalau melihat situasi saat ini, aku punya terkaan gambaran kedua rumah itu adalah gambaran dua kubu yang sedang sabung capres saat ini.

Kubu satu tampak sering aksinya kontroversial kelihatan tidak kompaknya, sementara kubu yang satu adem ayem diem-diem meng-goal-kan revisi UU.

Owalah, bangsanya siapa si buat plarakan?!!

7/6/14

Melihat Keindonesiaan di Nederland

Tram, kendaraan sepanjang 3 bus pariwisata digandeng yang melaju di atas rel melintasi dalam kota adalah hal baru buatku. Haltenya ada berselang 5-10 menit, armadanya susul menyusul tiap 10-20 menit dari dini hari sampai tengah malam. Tarif normal untuk 'One hour card' adalah EUR 3, sedangkan untuk sekali naik adalah EUR 1,1. Tapi kalau membeli tiket 'One day card' cukup EUR 6,5.

Tram sesungguhnya bukan hal baru di Indonesia. Menurut cerita yang dituturkan Mas Miko dan koleksi dokumentasi Banjoemas.com, komunitas sejarah & heritage yang ia bina dan aku ikut2an nimbrung di dalamnya, tram ini sudah ada di Indonesia pada masa pendudukan Hindia-Belanda dulu. Bukan hanya di Batavia, bahkan di Purwokerto pun ada, salah satu jalurnya melintasi Pasar Wage.

Sebuah tram melintas didepan hotelku. Membayangkan ini di Pasar Wage. Oho..
Bedanya, tram yang merupakan kendaraan ramah lingkungan, tidak bising, antimacet itu berkembang di kota-kota di Nederland tetapi punah di Indonesia. Karena tram yang disupport oleh buskota berkembang, maka mobil menjadi tetap tersier, tidak menjadi kebutuhan primer seperti disini. Jarak dari halte ke rumah kalau jauh, cukup dikayuh dengan sepeda onthel. Maka, menerapkan tarif parkir tinggi hingga EUR 4 per jamnya dan pajak mobil EUR 200 per bulan, tidak menyulut pergolakan warga disana.

Diantara belasan museum kereta api dan tram yang tersebar di belasan kota, aku hanya sempat mengunjungi museum tram di Horn. Sayang, karena waktu yang terbatas, saya tidak sempat mencicipi naik tram kuno disana. Mungkin ada diantara koleksi tram yang ada, adalah jenis tram yang berkembang di Indonesia pada masa negeri ini diperintah oleh Ratu negeri Kincir Angin ini dahulu.

Sebuah Kereta Intercity berhenti di Stasiun Amsterdam Centraal
Kereta api berkembang dengan pesat di Nederland, ada sprinter yang merupakan kereta jarak pendek, ada intercity, yakni kereta antar kota dan ada juga kereta cepat, diantaranya namanya Thalys & Fyra. Ada 'wifi on de trein' juga loh kecuali untuk sprinter. Pesatnya perkembangan kereta api di Nederland, mungkin sama dengan pesatnya perkembangan kereta api di Indonesia selama sekitar se-abad sebelum kemerdekaan. Banyaknya jalur rel dan perusahaan kereta api swasta beroperasi di Indonesia, baik untuk kebutuhan penumpang maupun barang, yang akhirnya pasca kemerdekaan rel memendek perlahan demi perlahan, terus memendek hingga saat ini. Miris.

Beralih ke soal air, negeri ini kini menjadi rujukan penaklukan air bagi negara-negara di seantero jagad. Negeri yang 60% daratannya berada dibawah permukaan laut ini sudah setengah abad lebih tidak menjumpai banjir. Dam atau bendungan dengan sistemasi yang fungsionable tersebar dimana-mana. Aku hanya sempat menghampiri tanggul pinggir pantai di Volendam, selebihnya aku menonton berbagai miniatur terknik pengaturan air di Taman Mini Madurodam.

Tanggul di tepi laut, Volendam

Miniatur bendungan dan sistem pengairan terpadu di Madurodam, bisa untuk belajar anak-anak
Maka kalau kata Jokowi, untuk mewujudkan pembukaan sawah baru 2 juta hektar seperti obsesi Prabowo kita butuh siapkan airnya dulu, rasa-rasanya kita harus mengesampingkan malu belajar kepada negeri yang pernah menjajah kita. Tak bisa dipungkiri, pemerintahan Pra-Orde lama sangatlah produktif dalam hal penciptaan sawah. Bendungan-bendungan, irigasi-irigasi bikinan Belanda di negeri ini banyak yang masih bisa kita jumpai hingga saat ini.

Penataan saluran air yang smart, sehingga dibawah kalipun masih bisa dibuat ruang tinggal
Kok bisa, mereka yang katanya menjajah tapi meninggalkan warisan infrastruktur, sedangkan sekarang yang ngakunya memerintah kok isinya meninggalkan bangunan-bangunan mangkrak saja. Sebabnya sederhana, Penjajah membangun dengan orientasi jangka panjang, sedangkan pemerintah membangun dengan orientasi proyek.

Indonesia impor daging sapi, udah impor tapi harganya 2x lipat dari negeri jiran, itu bukan soal kita tidak bisa membangun peternakan, tidak bisa mengairi rumput. Tapi soal proyek dan soal mafia kok. Begitu pula Jakarta yang katanya mustahil bebas banjir, loh kok bisa fatalis begitu, orang Jakarta masih diatas permukaan air laut kok.

Balik lagi ke Nederland, berikutnya aku terkesan pada perilaku warga yang 'njawani' disana. Diantaranya, pejalan kaki begitu dihormati, kalau ada orang mau menyeberang, mobil mengalah, bukannya klakson-klakson bikin bising. Trotoar juga leluasa untuk menjelajahi kota dengan berjalan kaki.

Kemudian budaya family-time, dimana waktu untuk keluarga yang membudaya disana adalah memasak dan makan bersama dirumah, bukannya makan diluar. Pantas saja, jarang aku menjumpai resto keluarga, banyakan bar dan cafe. Pekerjaan rumah juga menjadi urusan pemilik rumah, bukan semata-mata pembantu. Taman-taman yang sederhana tapi apik di depan rumah-rumah mungil yang aku lihat, ternyata itu dirawat oleh istri-istri saat mengisi waktu menunggu suami pulang kerja. Ya, kalau mau mempekerjakan tukang kebun disana harus siap merogoh kocek EUR 10 perjamnya.

Dan yang 'njawani' lagi disana adalah banyaknya penduduk Suriname dan keturunannya, yang mereka faseh berbahasa Jawa, walau tak bisa bahasa Indonesia. Asik berbicara dengan mereka, bahasa Jawa yang entah Banyumasan, Tegal, Solo, Semarang mbuh campur-campur ra nggenah. Hahah.

Berpose didepan Merah-Putih-Biru
(Untung nggak bawa gunting, jadi nggak bisa merobek birunya. Hehe)
Tentang keindonesiaan di Belanda, aku perlu berkunjung lagi sepertinya, kemarin hanya menemukan pintu-pintunya saja, belum menjamah lebih dalam. Selain disebutkan di atas, ada Masjid Indonesia di Belanda dan ada jejak-jejak pejuang kemerdekaan di Leiden yang nanti aku buat di tulisan lain. Sedangkan tentang National Archieve di Den Haag dan lembaga riset KITLV yang banyak menyimpan data riset mereka tentang Indonesia, belum bisa aku tulis, karena aku belum kesana.

Ah, masih butuh petualangan panjang untuk mengobati kerinduan menemukan Indonesia yang disini hilang, sedangkan banyak masih tersimpan rapih disana.
Bule-bule menari Bali

7/1/14

Mblusukan di Nederland

Koneksi internet bisa menjadi hal yang sangat membantu pada saat ingin menggerayangi negeri ini lebih dalam. Mengenali tempat, mengetahui review obyek, merancang rute dan banyak lagi. Tapi si tidak usah terburu-buru membeli simcard untuk paket blackberry atau internet. Banding-bandingkan dulu lah. Provider yang menawarkan paket itu diantaranya Lebara dan Vodafone.

Aku memilih memakai Vodafone. Harga resminya di gerai EUR23 tapi karena aku terburu-buru membeli saat ditawari orang di airport, jadinya dapat EUR30 deh. Didalamnya sudah ada paket internet/BB siap pakai. Nanti kalau habis, bisa top up (isi ulang) di minimarket, supermarket atau di warung-warung kopi biasanya mereka jual. Tarifnya EUR 1 per hari, maksimal 100 MB. Mahal yah.

Kalaupun tidak mau membeli simcard baru, simcard Indonesia seperti Telkomsel & Indosat masih bisa dipakai untuk telepon & SMS, kena roaming aja paling sekitar belasan ribu rupiah permenit untuk telepon dan sekitar 10 ribu rupiah per sms. Sedangkan untuk internet, bisa mengandalkan wi-fi yang ada di Hotel atau di kereta api. Kebanyakan museum juga menyediakan free wi-fi juga kok.

Aku sangat terbantu dengan aplikasi yang aku download dari Play Store diantaranya Hollandpass & 9292.nl untuk mengetahui lokasi-lokasi dan rutenya. Di tengah kota-kota yang bangunannya tampak serupa tapi tak sama, terlebih ukuran papan nama gedungnya minimalis, lumayan rempong kalau harus berkali-kali bertanya maupun berkali-kali malu bertanya yang menyebabkan berkali-kali sesat dijalan.

Kota-kota yang sempat aku mblusuki diantaranya ada dibawah ini. Selain itu masuk banyak sebetulnya kota-kota di negara bekas penjajah negara kita ini. Sebagian familier karena grup sepakbolanya, misalnya Groningen, Breda, Eindhoven dan Roosendaal. Sebagian populer karena ada di buku pelajaran sejarah di Indonesia, misalnya benteng Roterdam dan perjanjian Rijkwijk.

Nederland Map
Den Haag (The Hague)
Merupakan kota pusat pemerintahannya Belanda, Ada Istana ratu, Binenhof namanya, ada juga beberapa istana pendukung seperti Palais Noordein. Wilayah tengahnya disebut centrum, dikelilingi oleh wilayah2 dikitarannya. Kotanya lengang, tidak begitu gaduh. Enak buat menenangkan diri.

Stasiun Den Haag Centraal
Amsterdam
Merupakan ibukota kebebasan, bandara terbesarnya ada disini, Schiphol namanya. Stasiun KA nya juga sangat besar, ada 15 spoor masing-masing "a" dan "b", muat untuk 30 kereta api bisa berhenti di waktu yang bersamaan. Banyak titik keramaian disini, crowded dan aku kurang suka. Tetapi museum dan obyek wisata separoh lebih yang dipunyai negeri itu ya adanya di kota ini. Di pusat-pusat kerumunan, kita harus waspada pada pencopetan. Barang berharga jangan ditaruh dipunggung. Dekap di dada, begitu kata seorang kawan yang tinggal disana.

Stasiun Amsterdam Centraal
Leiden
Sepertinya ini kota pendidikan. Banyak kampus dan banyak museum. Ada juga pusat riset Indonesia disana, KITLV namanya, sayang bulan ini sudah tutup untuk selamanya. Antara mahasiswa dan turis berbaur, susah membedakannya. Kotanya tidak terlalu ramai, tidak juga terlalu sepi. Enak..

Stasiun Leiden Centraal
Utrecht
Katanya dari kota inilah KUHP yang negara kita pakai berasal. Tak banyak obyek wisata disana. Sepanjang kiri-kanan dari atas kereta menuju kesana, terhampar padang rumput. Banyak peternakan sepertinya.

Delft
Adalah sebuah kota tua yang tidak terlalu besar. Museum Prinsenhof dan sebuah gereja menjulang tinggi menandai titik tengah kota ini. Yang terkenal di kota ini adalah keramik handmade, merk yang populer diantaranya adalah Royal Delf. Selain itu, di kota ini banyak pula mahasiswa.

Landmark Kota Delft
Horn
Kota kecil tempat museum tram uap berada. Butuh setengah jam dengan kereta api dari Amsterdam untuk sampai disini. Kalau mau mencoba berwisata naik kereta tram tua, bisa lihat jadwal terlebih dahulu, karena tidak setiap hari dan setiap jam kita bisa menaikinya.

Poster Museum Tram di Horn
Salah satu sisi museum tram di Horn

6/28/14

Nederland & Sepeda

Nederland berarti tanah yang datar. Begitulah negeri kincir angin ini dinamai sesuai dengan topografi wilayahnya yang begitu datar, tanpa gunung, dataran tertingginya saja hanya beberapa puluh meter dari atas permukaan laut. Memang 60% wilayah negeri ini posisinya lebih rendah dari permukaan laut, termasuk bandara terbesarnya, Sciphol, ada 4 meter dibawah permukaan laut.

Ini di tepi laut, dibawah ada saluran air yang letaknya dibawah permukaan air laut. Kok bisa ya?

Miniatur bandara Schiphol di Taman Mini Madurodam. Pesawatnya bisa jalan loh...

Karena tanahnya datar, maka sepeda menjadi favorit digowes untuk berpergian oleh penduduk disana. Dimana-mana terlihat orang bersepeda, kakek-nenek, tua-muda, miskin-perlente, mahasiswa-eksmud berseliweran menggenjot sepeda. Sampai-sampai perbandingan jumlah sepeda dan mobil disana adalah 3 : 1.

Parkir Sepeda

Kalau di Indonesia yang tanahnya bergunung-gunung, tentulah susah memasyarakatkan sepeda. Ngos-ngosanlah kita dipaksa bersepeda dari Purwokerto ke Baturraden misalnya. Hahaha... Tapi taruhlah misal Indonesia itu datar semua, lantas apakah sepeda menjadi favorit dipakai? Ah, belum tentu, masih ada faktor berikutnya, yakni faktor : gengsi. Gengsi donk naik sepeda, dikira enggak bisa beli sepeda motor saja.

Dan masih banyak faktor-faktor penghambat lainnya. Pemandangan yang menarik di Nederland adalah dijalan-jalan, berbagai moda transportasi tumpang tindih di jalur yang sama, tetapi harmonis. Jalur mobil dipakai bersama dengan trem, disampingnya ada jalur sepeda, disampingnya ada jalur pedestrian. Persilangan dan perempatan ditata dengan apik dengan lampu merah untuk mobil tersendiri, untuk sepeda tersendiri, untuk pejalankaki juga tersendiri.

Tombol lampau hijau untuk pejalan kaki



Penjaluran transportasi yang baik, didukung dengan jumlah armada yang memadai, sehingga tak perlu menunggu lama apalagi menunggu sopir ngetem, membuat moda transportasi umum menjadi nyaman untuk digunakan. Dari mulai kota Den Haag yang sepi, sampai Amsterdam yang ramai, semua berjalan dengan baik.
Ya jalan raya, ya jalan truk, ya jalan sepeda, ya jalan orang, ya jalan trem, jadi satu tapi tertib

Selain dari moda transportasinya, yang menarik lainnya dari negari ini adalah penhargaan mereka terhadap ruang dan bangunan. Tata kota yang fungsional membuat negeri ini jadi percontohan bahkan oleh negara-negara Eropa lainnya. Bangunan-bangunan awet terpelihara, sampai yang tua-tua juga masih berdiri rapi dan terawat. Pantas saja toko cat dan bangunan tidak njeprah berdiri dimana-mana, karena negeri ini tidak hobi merobohkan dan membangun bangunan baru.

Berfoto di depan Holland Spoorwagen, bangunan tua yang dipelihara

Beda dengan negari yang bangunan-bangunan lama diberangus atas nama pembangunan, anak cucu yang lahir dimasa kini tidak bisa melihat jejak-jejak kakek dan buyut mereka, tidak tahu kebesaran masa lalu mereka, tidak tahu disini ada ini disitu ada itu, dulu ini dibangun dengan begini, dulu itu dibangun karena begitu dan seterusnya.

Kemudian satu hal lagi, size untuk billboard mungkin sangat mahal disana, sehingga sampah visual sangat minim. Nama jalan, papan nama gedung dibuat kecil saja. Iklan-iklanpun dibuat dalam ukuran kecil saja, tidak seperti billboard rokok dan seluler di Indonesia yang betul-betul jadi sampah visual ditengah keasrian kota. Karena papan-papan nama dibuat kecil, maka kita harus jeli saat mencari alamat.

Iklan-iklan berukuran kecil, tidak menyampahi pemandangan kota

6/27/14

Move On

Kalau kau mendatangi seseorang lalu ketika tiba dihadapan orang itu kau mengatakan "aku benci kamu", maka pantaslah orang yang kau ucapi itu menghindarimu karena sebal kepadamu. Akan tetapi, kalau kau mendatangi seseorang untuk mengatakan "aku suka kamu" , ada dua kemungkinan yang akan kau dapati. Pertama, dia akan mengatakan idem lalu menjadi separuh dari bagian hidupmu, atau kedua, dia akan sebal lalu menghindarimu melebihi reaksi orang yang bilang benci itu tadi. Lha kok begitu?

Maka berpacaranlah sebanyak-banyaknya, 51 atau 52 atau 53 kali jadian kalau perlu, agar kau tahu bahwa kejadian seperti diatas bukan satu-satunya rumus yang berlaku di dunia percintaan. Ada begitu banyak rumus, yang diantaranya bisa jadi lebih menguntungkanmu.

Terima kasih untuk seseorang disana yang sudah mengajarkanku satu rumus itu. Kamu tidak salah, tapi aku yang salah, yang memilih mensetiaimu sehingga tak mencoba mengenal rumus-rumus yang lain.

6/25/14

Nederland yang Ramah-Turis

Lange Voorhout
Lange Voorhout, taman dengan hamparan pasir putih yang entah diangkut darimana, memanjang terbentang tidak jauh dari Istana Binenhof. Di kiri kanannya menjulang pepohonan tinggi berbaris rapi. Negara tropis yang hobi menebangi pepohonan di dalam kota seharusnya iri melihat anggunnya taman ini. Aku bermalam di sekitar taman ini, di Easy Hotel. Best choice bagi yang ingin hunting hotel budget, luas kamar pas-pasan tapi bed & showernya kualitas bintang 5 bisa didapatkan dengan rate EUR 69 exclude breakfast.

Easyhotel di Parkstraat 
EUR 1 saat aku berangkat setara dengan 15.800 rupiah. Hotel memang terbilang mahal disini. Kalau hotel budget saja segitu, bagaimana dengan hotel bintang, pasti fantastis harganya kalau dibandingkan dengan Inna Garuda atau Tentremnya Jogja. Rate hostel yang lebih moderat, biasanya jadi pilihan para backpacker. Kingkool hostel, yang baru opening April 2014 lalu misalnya, ia menawarkan tarif hanya EUR 21. Relatif murah, bukan? Itu tarif 1 bed untuk dormitory sekamar ber-9.

Kingkool Hostel di Prinsegracht
Biasanya hotel maupun hostel menyediakan sewaan sepeda, sekitar EUR 12 perharinya. Sepeda adalah kendaraan primadona disana, tanahnya yang landai dan dilengkapi jalur khusus sepeda hampir di setiap ruas jalan raya disana membuat nyaman bepergian dengan ngonthel sepeda. Suhu udara yang dominan dingin memaksa orang harus memakai baju tebal, maka tak heran kalau melihat pria berjas atau wanita ber-blezer ngonthel sepeda dengan pedenya.

Parkir Sepeda bersusun di Stasiun Den Haag Central
Maka wajar kalau pemerintah memberlakukan biaya parkir tinggi EUR 4/jam untuk mobil pribadi. Karena pemerintah sudah menyediakan moda dan infrastruktur transportasi yang memadai. Bukan hanya itu, warga dan turispun dimanjakan dengan sistem informasi berbasis internet tinggal klik 9292.nl atau unduh aplikasinya di Android, kita bisa memilih rute berangkat dan tujuan maka aplikasi itu akan menunjukkan dengan detail moda transportasi apa untuk menuju kesana, jam berapa, kalau kereta berhentinya di jalur berapa, ada juga petanya. Buatku itu sangat membantu.

Aplikasi 9292.nl berisi informasi untuk rute perjalanan di dalam negeri, sedangkan kalau kita ingin keluar Nederland, bisa menggunakan kereta api antarnegara. Rute dan harga tiket bisa dilihat dan dipesan di www.ns.nl
www.9292.nl untuk panduan perjalanan
Kereta api di Nederland mirip dengan di Indonesia. Iyalah, kan yang membangun jalur kereta api di Indonesia dulu mereka. NKRI cuma meneruskan saja. Meneruskan tapi kinerjanya melorot, timpang jauh dengan mereka dulu. Minimal punya rasa malu lah, kalau  sebagai pemerintah sendiri, belum bisa punya etos sebagus penjajah. Huft, yang salah mananya, yang salah siapa.

Sekalipun mirip, tapi beda, halusnya, kecepatannya, interiornya (wah, kok beda semua?). Bedanya lagi, kalau disini masuk peron harus menggotong-gotong KTP, di dalam masih dicek ulang tiketnya, kalau kereta NS kepunyaan Belanda, tiket diperiksa secara random, penumpang cukup tap in dan tap out OV-chip mereka ke mesin, simple dan leluasa.

Interior KA kelas 2
Stasiun rame, tapi tidak crowded, orang hilir mudik silih berganti, tak ada tukang ojek atau supir taksi yang berlagak seperti wartawan diluar pintu. Kalau kita kebingungan, ada bagian informasi yang siap ditanya-tanyai. Berbeda dengan Prancis dan Jerman, 2 negara yang mengapit si kecil Holland yang keukeuh hanya dengan bahasanya masing-masing, di Nederland Bahasa Inggris familier digunakan oleh warga setelah Bahasa Belanda. Negeri ini makin ramah-turis dengan tersedianya papan-papan informasi museum dan obyek wisata di banyak titik di sudut-sudut kota. Selain ada ada juga VVV tourist information.

Peta Wisata dan Penunjuk Arah ada di banyak titik

Welkom op de Nederland

Merasakan udara dingin Eropa itu adalah sesuatu yang ngangenin. Walau musim semi sudah mulai merangkak ke musim panas, taman bunga Keukenhof saja sudah tidak mekar, tapi suhu udara masih begitu dingin, Baturraden saja tidak sedingin itu. Di Bandara Amsterdam Schiphol, aku menginjakkan kaki pertamaku di daratan Eropa, disambut suhu udara 12-18 derajat celcius.

Monitor Informasi Penerbangan

Bandara Schiphol, Amsterdam

Terbang diudara 12 jam, menggunakan KLM maskapai kebanggaan kerajaan Belanda jam menunjukkan pukul 07.00 pagi ketika aku mendarat. Akhirnya, proses panjang persiapan selama ini terbayarkan dengan menapakkan kaki di tanah yang jaraknya hampir 11.000 km dari tanah air. Misi perjalananku kali ini disamping jalan-jalan adalah dalam rangka mengikuti Tong-Tong Fair, pameran Eurasia untuk masyarakat Eropa yang diselenggarakan di pusat kota Den Haag, Belanda.
Bagian depan Tenda seluas 3 lapangan bola

Belanda atau Nederland atau Deutch atau Holland, ah banyak kali nama negeri ini, kedutaan besarnya ada di kawasan Kuningan, Jakarta Pusat. Di kedutaan besar yang letaknya paling 300 meter dari halte trans Kuningan Barat koridor Slipi-Pinangranti inilah aku mengurus Visa. Jenis visa yang lazim dipakai untuk bisa masuk ke negeri Kincir Angin ini adalah visa schengen. Visa schengen biaya urusnya 950.000 rupiah, visa ini bisa dipakai di 25 negara di Eropa. Kalau punya visa ini, enak sebetulnya, bisa leluasa menjelajah Eropa, apalagi di Eropa perusahaan kereta api antar negara sudah terintegrasi satu sama lain. Salah satu web yang bisa diakses adalah Eurail.com.

Di Nederland sendiri, transportasi umum sudah terintegrasi dengan baik. Dua jempol untuk ini. Aku membeli OV-Chipkaart, kartu yang bisa dipakai untuk membayar kereta api, tram atau bus dimanapun di penjuru negeri ini. OV-Chip ini aku beli di gerai mobil di stasiun Den Haag Central seharga EUR 17,5. Kartu sudah terisi deposit EUR 10. Kartu ini berlaku 5 tahun, masih aku simpan untuk berkunjung kembali tahun depan, Insyaalloh.
Trem, tak perlu menunggu lama 10-15 menit sekali lewat dan terjadwal
Kalaupun tidak punya OV-Chip, kita tetap tidak perlu ribet untuk menggunakan transportasi umum di Nederland. Kita bisa membeli tiket tram perjam EUR 3 atau perhari EUR 6,5 kepada masinis tram langsung. Sedangkan untuk kereta api, kita bisa membeli tiket ketengan dengan koin di mesin yang tersedia di stasiun atau di loket penjualan tiket.
Mesin tiket KA, yang kiri ada lobang koinnya jadi bisa bayar pakai koin.

Pameran yang aku ikuti diadakan di Malievield, lapangan raksasa di tengah kota, 10 menit jalan kaki dari Stasiun Den Haag Central, 20 menit dari Istana Binenhof. Binenhof adalah istana tempat Ratu berkantor kalau di Den Haag, di istana ini pula dulu berlangsung Konferensi Meja Bundar (KMB). Bangunan-bangunan bersejarah di negeri ini utuh, seperti tak tersentuh gemerlap modernitas, tetap anggun, tetap humble. Nederland memiliki lebih dari 700 museum dan pastinya ribuan bangunan bernilai sejarah tinggi. Untuk ukuran negara yang luasnya hanya seluas Jogja + Klaten + Solo, bagaimana aku tidak lagi-lagi mengacungi jempol.
Bangunan di Kompleks Binenhof, Anggun & Bersahaja

Museum dikelola dengan serius, tidak rugi membayar mahal dengan kualitas penataan interior, tata suara, tata lampu dan skematisasi yang demikian ciamik. Belum lagi ada beberapa museum yang memiliki koleksi ribuan, diantaranya yang terbesar Rijkmuseum, yang koleksinya dihimpun dari seluruh penjuru dunia dan merupakan barang asli, bukan replika.

Ada museumkaart, kartu seharga EUR 59 untuk masuk gratis ke sekian puluh museum. Aku tak membelinya, karena aku sudah membeli Hollandpass secara online. Hollandpass seharga EUR 87,5 bisa dipakai untuk masuk gratis ke 7 museum, gratis tiket kereta seharian penuh, gratis transportasi dalam kota 1-2 hari tergantung kotanya, diskon belanja dan gratis buku profil museum dan tempat wisata. Kalau visa sudah di-approve, hollandpass sudah di tangan, maka Welkom op de Nederland, selamat datang, Nederland menyambut untuk dijelajahi.
HollandPass, harus beli online dan diambil setiba di Holland