12/9/14

11 Generasi

Durriyah tidak penting diketahui oleh peradaban modern, karena yang penting adalah cari penghidupan, amankan penghidupan. Durriyah dalam bahasa science terkait erat dengan genetika, menaik ke atas berarti leluhur, turun temurun ke bawah berarti anak cucu. Memutuskan dengan siapa aku beristri, berarti bagian permulaaan untuk menulis durriyahku ke depan. Allah tak punya alasan untuk menghambat-hambatnya.

Baiklah aku memulai dengan menulis durriyah ke belakang dulu, ada banyak jalur, aku ambil satu jalur dulu. Aku, lalu bapakku bernama Purwaji bin Pawijaya, ibuku Nuning Resdiana binti Muhammad Yasir.

Ibunya ibuku bernama Siti Fatonah, dimakamkan di Tanggeran, disamping makam ayahnya H. Muhammad Muchsin. Bapaknya lagi bernama H. Hasan Bisri (San Besari), Pengulu Landrat Kadipaten Banyumas, dimakamkan di Dawuhan.

Ayahnya bernama Kyai Mustahal, dimakamkan di Kalimanah, Purbalingga di kompleks Masjid Mustahal. Ibunya dijuluki Nyai Masech 2, Ibunya lagi disebut Nyai Masech 1.

Ayahnya bernama Kyai Mutasim, atau Embah Kalimanah, dimakamkan di Kalimanah, Purbalingga. Ayahnya lagi bernama Mbah Hasanuddin, sumareh di Dawuhan berdekatan dengan makam besannya yakni Kyai Ageng Sulaiman, Khatib Masjid Ageng Nur Sulaiman pertama yang merupakan ayah dari Nyai Mutasim.

Mbah Hasanuddin merupakan anak dari Syech Abdussomad (Mbah Jombor) yang makamnya ada di Cilongok. Demikianlah 11 generasi durriyah yang mendahului didepanku.

No comments:

Post a Comment