8/28/10

Nusa Madani

Keikhlasan tidak menerima sesuatu yang seharusnya menjadi hak kita, mudah2an itu menjadi sedekah kita dalam bentuk yang lain

8/24/10

Tujuh

Orang Jawa terkenal sangat kental basa-basinya. Bahkan untuk sekedar pamitan saat bertamu, basa-basi sebagai ekspresi kesantunan dan kecerdasan emosinya hingga berlevel tujuh.

Pertama : "Kadosipun niki badhe pamit rumiin" (Sepertinya ini saya mau pamit dulu). 
Begitu GeErnya takut kepulangannya membuat sedih si empunya rumah (padahal asilnya mah si empunya rumah malah senang, hehe) maka sebelum pamitan sesungguhnya ada acara pra pamitan, menggunakan kata "sepertinya".

Kedua : Berpamitan
Inilah inti dari serangkaian seremoni pamitan yang sesungguhnya, bagi bukan orang Jawa sebenarnya ini saja lebih dari cukup.


Ketiga : "Niki maturnuwun sanget lho" (Mengucapkan terima kasih)
Mengucapkan terima kasih, tidak peduli disuguh atau tidak tadi, tidak peduli dioleh-olehi atau tidak, ya diterimakasihi saja item-item yang ada walau beberapa mungkin meksa.


Keempat : Bersalaman
Salaman sebagai aksi kongkrit sebuah seremony pertemuan maupun persiapan, tentu diiringi dengan senyuman yang termanis dan kata-kata basa-basi pengiring yang bentuk dan jumlahnya tergantung tingkat kepandaian masing-masing


Kelima : Sambil naleni sepatu bercakap-capak seperlunya lalu ditutup dengan ucapan "pareng" (permisi)
Ya begitu deh.


Keenam : Saat kendaraan mulai melaju mengklakson sambil uluk salam "Assalamu'alaykum"
Klakson itu penting, untuk mobil-mobil yang sudah menggunakan power window biasanya dengan membuka kaca. Tapi untuk yang bertamu menggunakan becak, cukup dengan meminta pak tukang becak memelankan genjotannya.


Ketujuh : Sesampainya dirumah sms lagi "Kolowau saestu maturnuwun sanget lho"
Ucapan terima kasih lagi, kali ini beda, lebih tinggi levelnya, karena ada kata "saestu" (benar-benar).

Hahaha....

8/23/10

Taci Taci Semakin Tua

Bahasa apa yang wajib kita siapkan kalau kita mau belanja di Toko Cina? jawabannya adalah Bahasa Jawa. Kenapa? Karena sudah tertebak, yang jaga warungnya si Kokoh atau Taci disana pasti orang Jawa.

Kenapa suka belanja di Toko Cina? Karena 9 dari 10 toko di 9 dari 10 pasar di Indonesia yang punya orang Cina. Yang jaga orang Jawa, kasirnya si Kokoh, si Taci atau anak mereka, paling begitu.

Dan karena Cina berhasil menguasai kunci-kunci supply produk. Tokonya jelek, tapi harganya murah. Berantakan penataannya, tapi semuanya ada.

Pertanyaannya, ketika si Kokoh dan si Taci itu sudah semakin tua, lalu meninggal dunia. Kepada siapakah akses supply barang, diteruskan? Kepada siapakah toko2 terstrategis diwariskan? Apakah kepada anak-anak mereka yang sedari kecil hidup mewah tetapi gigih dilatih prihatin dan telaten?

Atau kepada orang-orang pribumi yang kita salah satu diantaranya?

Lama sekali tidak ngeblog...

Padahal lagi sering ketemu dedengkotan komunitas blogger... hahaha, lucu.

8/14/10

Rubik

Pada suka mainan rubik, kubus dengan 9 segmen kotakan kecil setiap sisinya yang bisa duputar2 untuk mencari warna yang sama. Haha, kemarin ustadz rizky belajar rubik dari santrinya, Ahmad namanya. Saking sungguh2nya belajar bagaimana membuat 6 sisi rubik menjadi seragam warnanya dalam hitungan detik, sampai-sampai pas santri sedang materi, tetep saja direcoki ustadz rizky dengan rubiknya. "Ini gimana?", "ditolakin maksudnya gimana?"....

Sayang di sayang, di hari ketiga rubik menghilang, padalah ustadz rizky baru belajar sampai step dua saja. Kata si Ahmad sebelum pamitan pas acara sudah selesai, "sini berguru ke rumahku aja tad", sembari memberikan denah awangan ancer-ancer dimana rumahnya.

Ustadznya disuruh datang kerumah buat berguru... Hahaha, ustadz sama santri kagak ada yang beres.

Bukber Tahun Ini

Semakin banyak teman-teman sealmamater yang sudah bekerja, itu artinya ritual buka bersama 28 Ramadhan harus digeser harinya, karena kebanyakan mereka baru pulang tanggal 29, bahkan 30 bahkan pas hari raya Idul Fitri dari kota tempat bekerjanya.

Dan saya sudah memutuskan untuk tidak hadir, memilih agenda lain yang bersamaan.

Seraya berdoa, Ya Allah lapangkanlah hati, harta dan hari-hari hamba-Mu ini, hingga tidak terkotaki bahwasannya yang namanya hidup mapan itu harus bekerja, yang membuat tidak bisa leluasa di akhir Ramadhan, yang membuat tidak bisa memfasilitasi teman-teman untuk berkumpul di tahun-tahun yang akan datang. Curahkanlah rahmat kesejahteraan, sebagaimana Engkau curahkan kepada Abdurrahman bin Auf R.A yang membelanjakan hartanya tanpa pikir panjang di jalan dakwah, sebagaimana Engkau curahkan kepada ulama-ulama pra kemerdekaan, yang bisa kaya raya dengan bisnis dan investasi sehingga tidak pernah terhalangi kesibukannya mencari dan membagi ilmu, amin...

Jalan Kaki Ke Jalan Asia Afrika


Menapaktilasi kebesaran Soekarno. Soekarno besar apanya? Besar inisiatifnya. Bayangkan seorang dari negeri pinggiran bernama Indonesia, dia bukan hanya menggagas komunitas, dia bukan menggagas imperium bisnis, dia bukan menggagas negara. Dia menggagas entitas ketiga dunia yang bernama GNB (Gerakan Non Blok).

Melalui salah satunya adalah inisiatifnya, negara dari dua benua, Asia dan Afrika, terbang dan melaut, bertemu muka di tempat yang sekarang diberi nama Gedung Merdeka, menunjukkan eksistensinya ditengah-tengah dua blok besar : Blok Barat dan Blok Timur.

Bagaimana pengetahuan ini bisa kita ilmui? (ilmui, baca : terapkan dalam aplikasi kondisi diri kita saat ini), agar menjadi ilmu yang bermanfaat, bukan ilmu yang mubadzir.

Jangan Kangkung

Puasa hari keempat, hari ini saya ke ATM 3x. Hampir setengah juta terbelanjakan, tapi tidak satu rupiahpun keluar uang untuk makan.

Di atas karpet hijau baru milik masjid PJKA, rasanya trenyuh sedalam2nya... rasanya bahagia sekali, enteng sekali hari ini, bahkan untuk makanpun enggak perlu mikir. "Loh, memang enggak buka mas?", Ya buka lah. Indonesia kan baldatun toyyibatun warrobun ghofur (amin...), tinggal ke masjid saja ada tajil bahkan kalau beruntung dapat makanan.

Bukan karena tidak punya uang saya enggak beli makan untuk buka puasa tadi. Tapi sungguh, nafsu makan ini ludes, bersamaan dengan terlahapnya sebungkus nasi + jangan kangkung + ikan tongkol. Juaan, uenak tuenan jangan kangkungnya, sekalipun dari kemarin buka pake ayam, pake lumpia, pake martabak, di hari keempat inilah yang paling enak : jangan kangkung...

Alhamdulillah, masih belum cukup kenikmatan jangan kangkung itu, eh ada tajilan minuman kotak kacang hijau, terus habis taraweh ditraktir Bakso Pak Kardi LANGSUNG oleh anaknya Pak Kardi dan belum juga usai, sebagai penutup masih ada semangkok kolak di kosan Uchas... sekali lagi Alhamdulillah.

Dan hari inipun berlalu indah, hari-hari yang semakin enteng saya jalani, tidak ada beban seperti dulu. Tidak perlu banyak mikir, tidak perlu banyak ngrumus, mengalir saja... seperti tadi, betapa relaxnya saya di masjidnya Perusahaan Kereta Api Indonesia itu, di serambi masjid yang agak remang mengendap-endap mencari nasi, hahaha.... tanpa jaim... Rizky Rizky...