7/31/09

Menyakitkan!

Tidak usah reaktif ki.
baca saja, ulang2i lagi baca tak apa.
renungi yang dalam.

kamu tidak jahat ki, kamu tidak sedang menindas ki.
sungguh,
hanya dia belum mengerti.

Pilar Cor Beton (1)

Pengusaha Warnet asal Sragen, lulusan Manajemen Informatika IPB yang berpengalaman bekerja di Esia beberapa waktu, terpaksa saya mengundang dia.

Bukan karena saya tidak percaya pada yang lain, bukan pula saya mengabaikan SDM Akatel yang berjubel disini. Memang, secara cost lebih mahal, tetapi inilah bentuk komitmen saya pada semangat donk.

Untuk kesekian kalinya saya ulangi, bahwa saya sangat berharap pada unit mandiri yang ada, terutama sdcp, londri, card, semangatdonk.com, puyuh dan kelinci. Saya komit dengan keberharapan saya yang begitu tinggi, apa bentuk komitmen saya?

Saya tidak mau mengganggu konsentrasi kerja masing-masing mereka terhadap unit mandirinya hanya karena untuk mengurusi teknis warnet. Biar, nggak apa-apa warnet bayar orang agak mahal. Yang penting sdcp jalan, kuliner jalan, lainnya jalan. Itu saja keinginan saya.

Kenapa? Karena saya tahu semua punya mimpi dan keinginan, saya ingin mimpi dan keinginan semua itu mulai ditorehkan setelah unit mandiri yang paling basic ini berproses secara optimal dan mampu membiayai basic need kita sebagai kelompok.

Sederhana, kan? Jadi ini bukan perkara mementingkan konsep siapa atau mengabaikan program siapa. Mari lah, setelah pondasi terbangun, ya ayuh bikin pilar cor masing-masing yang optimal, jangan disini sudah berdiri yang sana masih terbengkalai entah karena alasan apa yang saya tidak tahu.

Mana ada bangunan satu pilar, yang saya tahu cuma Masjid Saka Tunggal saja yang banyak monyetnya itu. Semoga yang membaca mengerti, dan mulai me-LANJUTKAN pembangunan pilar cor bagiannya.

Kenapa Warnet


Saya ingin berbagi, kenapa membangun warnet. Padahal saya kan tahu cashflow warnet itu rentan, marginnya rendah. Apa optimis akan mendulang profit dari situ.

Begini duduk persoalannya, sebetulnya tidak ada dalam benak saya planning untuk membangun warnet tahun ini. Ada juga saya ingin fokus menggiatkan kontinuitas dan progresivitas pelanggan SDCP yang merupakan salah satu Vendor RT RW Net yang ada di Purwokerto.

Sebetulnya inisiatif pembangunan warnet tercetus secara insidental, yakni pada saat itu saya sedang berpikir mumet2nya melihat keadaan kas yang terus meluncur jatuh saldonya. Ini tidak bisa dibiarkan, begitu pikir saya. Dan memang saya berualng kali membuat coretan ini dan itu bagaimana strategi agar ada jalan keluar minimal untuk menjaga stabilitas kas tidak sampai jatuh pada titik kulminasi bawah.

Dan secara kebetulan ada tawaran investasi 60 juta yang katanya silahkan digunakan untuk apa terserah. Wah, putar otak saya dan dari beberapa alternatif memang yang terpikir adalah warnet. Hm, tak ada perhitungan proyeksi akurat saya dalam merencanakannya, yang penting jalan, begitu pikir saya.

Eh, mana tahu kalau ternyata tawaran itu tidak jadi turun, hanya turun 1/6nya, dan karena memang "sabda pandita ratu, tan kena wola-wali" ya saya harus melanjutkan proses ini. Maka kembali berputar otak, dan alhamdulillah dana-dana mengucur walau harus berlari2an karena memang tidak "segeluntung" turunnya. Musti putar otak untuk efisiensi.

Dan direncakanan 07-08-09 nanti, sebulan dua hari sebelum peresmian Kalla Tower di Makasar Warnet ini akan soft opening. Saya tidak berpikir untung, ssepakat dengan yang diobrolkan Andri tadi malam, ini hanya satu momentum ikhtiar bakar kapal. Agar kita (semangat donk) tetap tidak berhenti berusaha, dan tidak ada celah berpikir untuk berbalik.

Gusti Allah tidak tidur, masa ya orang yang usaha tidak dikasih jalan. Kalau nggak usaha nggak nemu jalan lah itu wajar.

Empat Hal yang Mahal Harganya

1. Cerita bakul manuk-manukan kini berganti menjadi ceita bakul es pisang ijo. Bagaimana harus mendorong gerobak, berjalan kaki ke pasar, memasak pakai pawon yang berasap dan sungguh repot, dan sebisa mungkin untuk tidak tutup kecuali terpaksa.

Apa harus menikah dulu untuk bisa seperti itu? Itulah mahalnya Ketekunan.

2. Di Sumpiuh saya sudah bolak balik membeli balok kayu, pikir saya sudah percaya lah sama sang bakul makanya saya minta dipilihkan yang lurus. Eh apa ternyata, justru saya dikasih yang bengkok.

Persoalan folding gate yang ternyata kualitasnya rendah, catnya cuma satu muka dan rodanya 1:3, lalu cat yang tiba-tiba habis, lalu ini dan itu membuat saya berpikir, fuih, masa dimana-mana dibohongi. Ini baru sumpiuh belum Purwokerto, belum Semarang, belum Jakarta.

Memang mahal ya Kejujuran.

3. Ke Dinas pendidikan dengan mengoptiomalkan perjuangan deal hingga taraf 150%, eh dibilang ngoyo, dibilang terlalu memaksakan.

Silahkan dibantah deh kalau apa yang saya bilang salah, bahwa hampir semua bahkan mungkin semua orang yang sukses itu melakukan yang sama : mengerjakan sesuatu dengan sungguh-sungguh, sepenuh hati, pikir dan sikap.

Begitulah bagaimana Kegigihan menjadi mahal.

4. Keputusan, apalagi keputusan yang sudah diucapkan, baik oleh seorang pemimpin maupun orang biasa sesungguhnya menjadi hal yang membuat malu kalau kita mengubahnya dengan gampang.

Maka belajarlah untuk memiliki Konsistensi. Mahal itu.

Serangan Fajar

Teman saya... pagi-pagi sudah telpoooon....Eh, bukan saya syirik. Tapi ujar saya baru "cep" kemarin ngomong kek mana...Ah, paling lagi telepon Ibunya, gitu pikir saya.

Anak yang romantis, pikir saya selanjutnya.

Tadi Malam : Mebaca Postingan yang Sungguh Mengejutkan

Saya hanya tertegun,
tidak berkata-kata,
tidak pula meninggalkan komentar,

Benar,
saya tidak menyangka? kok ya? gitu pikir saya setelah menemukan postingan itu,

Ada tiga postingan,
dan semua selesai saya baca,

saya heran, sudah selesai Pilpres,
kok saya masih menemukan postingan,
di blognya JK,

Ketika beberapa waktu lalu saya tinggalkan komentar di blog beliau,
"wah kok, habis pilpres JK nggak ngeblog lagi ya"
ternyata saya salah,

Maafkan saya pak JK,
semoga memang blog Anda tulus dibuat,
bukan semata media tebar pesona seperti iklan sekolah gratis,

Saya suka materi yang Anda posting,
salam dari saya

Rizky

Seribu Akal


Pisang ijo, makanan khas dari kampungnya JK.
JK, adalah seorang pengusaha, tetapi dia lebih suka dipanggil saudagar.

katanya, saudagar berasal dari bahasa sanskerta, artinya seribu akal,

owh, baru tahu saya,
pantas saja saya bingung dengan sebuah postingan,
ternyata memang akal saya belum genap seribu,

weslah, pokoknya yang penting "Kami terus bergerak...."

ingat, "kami" loh ya, bukan "saya".

3 Ilmu Substitusi

1.
Atas persetujuan dari seorang bundo di sindurajo, maka beberapa hari ini saya berhasil melakukan suatu proses kimia organik yang dinamakan proses substitusi. Substitusi apa itu? yakni substitusi sms menjadi doa. Tinggal dimantepin aja lagi...

Optimislah, karena Psimis hanya ada setiap senin kamis... apa itu? persatuan senin kamis, huehe...

2.
Ternyata kehidupan di dunia luar memang ganas dan penuh dengan tantangan. fiuh, contoh sederhana saja, malang melintang Sumpiuh-Purwokerto beberapa hari ini membuat saya mengerti bagaimana rasanya dikerjai tukang ini, kurang memuaskannya tukang itu, dikejar-kejar bayaran oleh tukang anu dan sebagainya.

Sangat tipis sungguh bedanya antara curiga dengan waspada, antara peka dan zuudon, antara tegas dengan galak, antara baik hati dengan serba nurut.

Yah, saatnya mensubsitusi sikap serba nurut menjadi kebaikan hati yang rasional, saatnya mengubah sikap curiga menjadi waspada. Agar tetap bisa diterima oleh masyarakat.

3.
Hanie sudah berapa tahun nggak memberi kabar. Wah, kemarin saya berpikir cuek sekali dia, kayaknya kita ambrukpun dia nyantai2 saja dengan progress dan jobdesknya. Rupa2nya tidak, dia tidak datang dan memberi kabar karena takut, takut dengan rizky karena nggak berhasil, takut disalahkan, takut diomelin, ini dan itu.

Saatnya mensubsitusi sikap ingin menghindari dari tuduhan disalahkan, dari sikap membela diri, dari sikap menyalahkan balik. Menjadi sikap memandang bahwa mereka kurang memahami, bahwa saya memang terlalu bodoh untuk menjelaskan semuanya secara gamblang, bahwa saya terlalu acuh pada konsep2 mereka sementara mementingkan konsep sendiri, bahwa sistem yang saya bangun tidak mengakomodir kepentingan semua.

7/30/09

10 Pelajaran Kepemimpinan dari SBY

1. Narsis
Pemimpin yang narsis itu tidak enak di pandang. Ingat kata Les Giblin, tidak usah menceritakan prestasi dan kiprah diri, kecuali memang orang menanyakannya, itupun seperlunya saja. Percayalah pada fungsi otomatis, kalau memang prestasi dan kiprah diri kita pantas dikenang, orang lainlah yang akan mengungkapkannya.

2. Mudah Tersinggung
Orang yang berjiwa besar tahu caranya menelan kritik, cemooh dan serangan dari orang lain. Selalu bisa menemukan sudut pandang yang paling tepat ketika orang lain berkata pahit tentangnya. Kalau kata Aa Gym, Kritik itu tanda sayang, kita terima saja untuk membangun.

3. Mencla-Mencle
"Sabda Pandita Ratu, Tan Kena Wola-Wali", memang seorang pemimpin tidak boleh sembarang bicara. Kalaupun sudah terlanjur bicara, jangan mudah mengubah apa yang sudah dikatakannya. Kalau kata Henry Ford, Pemimpin yang Handal akan cepat membuat keputusan, tetapi lambat mengubahnya.

4. Normatif
Postingan ini saya ketik pas Pak SBY sedang pidato. Berbicara, baik komunikasi personal maupun komunikasi public bukan hanya soal hubungan antara mulut dengan telinga, tetapi yang lebih dalam adalah soal hati dengan hati. Inilah yang lebih berperan. Bagaimana agar tidak normatif? Pertama, milikilah pengetahuan lapangan yang real dengan detail. Kedua, ucapkan hanya yang sudah Anda lakukan, bukan yang sebaiknya Anda ucapkan. Kalau kata Soekarno, "Yang saya kagumi dari HOS Cokroaminoto adalah dia mengajarkan bukan apa yang seharusnya baik untuk dilakukan orang, tetapi apa yang baik dan telah Pak Cokro lakukan", dia mengajarkan bukan apa yang baik, tetapi apa yang baik dan memang sudah melekat ia lakukan pada dirinya sendiri.

5. Menjelek-jelekkan orang
Bagaimana gaya orang bercerita tentang orang lain dengan menjelek2kannya, setidaknya seperti itulah dia menjelek2an kita kepada orang lain ketika kita tidak ada

6. Berat Meminta Maaf
Selalu melemparkan kesalahan orang lain pasangannya adalah berat meminta maaf. Padahal kata Andres, tiga kata cinta itu "maaf", "bantu" dan "terima kasih". Orang besar bukan dia yang tidak pernah salah, jadi tidak usah merasa jelek dengan mengakui kesalahan dan meminta maaf.

7. Visi Jelas
Ini kata kompas, dari tiga kandidat capres, hanya kandidat nomor 2 lah yang tidak bisa menjabarkan secara detail dan real visi ekonominya. Pemimpin jalannya bukan mengalir, pemimpin itu mengcreate suatu hal yang baru. Ini pesan Yusuf Kalla dulu, "Pemimpin itu bukan perkara membuat semua orang senang padanya, pemimpin adalah mau dikatai apa yang penting yakin dan terus berjalan melahirkan suatu produk dari kepemimpinannya yang merupakan idealisme sang pemimpin".

8. Tegas
Bukan mengacuhkan kalau ada bawahan yang memasang iklan ilegal, membuat penghinaan, atau timnya diisukan SARA yang menyakitkan. Tetapi turun, ambil sikap. Mana yang harus dijelaskan dengan gamblang yang dijelaskan, mana yang harus diberhentikan ya diberhentikan.

9. Teliti
Memalukan kalau seorang pemimpin ditipu anak buahnya sendiri, hingga data dan fakta palsu itu menjadi acuan pernyataan yang mempengaruhi banyak orang. Harus teliti, mana data yang benar dan mana data yang kurang valid.

10. Mendidik
Orang besar itu bukan membodohi, asalkan tetap semua orang memujanya. Tetapi pemimpin itu mencerdaskan, tanpa cemas dia akan ditinggalkan, akan tersaingi atau resiko pahit lainnya. Kepemimpinan yang mecerdaskan ditandai dengan dia akan memiliki kader sesudah masa kepemimpinannya berakhir dan kadernya itu berkualitas.

Postingan ini tidak sedang menjelek2an SBY, saya tidak bilang 10 kejelekan SBY dan tidak bermaksud seperti itu kok. Cuma dari berita-berita tentang beliau saya dapat point pelajaran ini.

Bisnis itu Masalah Moral, Etika Tepatnya

Misalnya, saya dulu belajar mengajar kursus Microsoft Office di sebuah rental komputer di Purwokerto, lalu saya merasa Pe De telah bisa mengajar. Dengan sedikit ilmu manajemen yang saya miliki, saya buat sendiri kursus serupa dan menyaingi rentalan semula, menurut saya ini kurang baik.

Atau lain kisah ketika saya memesan foding gate dan teralis, karena jadi terlalu cepat sehingga saya ditodong uang pelunasan segera. Setelah semua saya lunasi, ternyata finishing tidak memuaskan, apa yang saya minta tidak semuanya dipenuhi "yang penting udah lunas inih", begitu mungkin pikir si tukang. Nah, jadinya saya juga ilfeel, tau gini nggak dilunasi dulu. hal seperti ini juga kurang etis.

Begitu juga, misalnya dulunya saya dibekali pengetahuan dan skill ilmu cetak, sablon dan offset dari sebuah perusahaan, lalu ada pikiran untuk mencari celah agar bisa jalan sendiri, inipun kurang bijak saya rasa.

Atau misalnya ada pihak mengajak kerja sama, tetapi agar kredibilitas pihak itu terangkat dia berargumen pada saya panjang lebar dan menjelek-jelekkan orang atau lembaga lain, sayapun kurang sreg dengan ini. kurang gimana gitu.

Begitulah, bisnis itu bukan cuma perkara "heh, kalau cuma gini saya jalan sendiri si juga bisa", kurang bermoral dan tidak beretika namanya. Lupa diri itu.

Ini adalah sekelumit pelajaran dari August Rush The Movie, dimana si August tidak melupakan seorang preman jalanan yang telah mengenalkan dia tentang bakat terpendamnya, mengajarinya mimpi dan dia mengatakan kepada orang-orang "dia yang mengajariku, semua yang aku tahu sekarang".

Jadi, setelah merasa hebat, jangan lupakan orang-orang yang sudah mengantarkanmu menuju kehebatanmu sekarang. Apalagi mengkhianati mereka hanya sekedar karena ingin berbisnis dengan keuntungan lebih besar. Bisnis itu mulia, karena ada soal moral, ada etika disana.

Nah, terpikir sesuatu? Apakah kamu pebisnis sejati? Atau sekedar pencari materi?

Bu Bunga (bukan nama sebenarnya) dan Pak XXX (ini nama sebenarnya)

Masuk ke Kantor Dinas Pendidikan, kita akan diarahkan masuk ke Bagian Umum kalau mau mengurus Proposal. Sudah tertebak bagi saya siapa yang akan ditemui, yaitu bagian pengagenda surat masuk. Oh, mengenaskannya nama Semangat Donk Training dimata mereka yang ada di ruangan mewah (kalau dibandingkan dengan SMP dan SD di pinggiran), hanya karena kami tak pernah memberikan insentif ataupun komitmen fee ataupun sekedar amplop, makanya seolah2 jelek sakali nama kami.

Tanpa pernah mencoba menelisik kontribusi positif dan hal-hal baik yang telah Semangat Donk Training dan afiliasinya torehkan untuk ranah pendidikan yang mereka ampu. Yah, sabar saja. Yang penting proposal kami deal lah, gitu pikir saya.

Kondisi macam inilah yang membuat saya tidak heran kenapa kondisi negeri kita gonjang-ganjing seperti sekarang ini. Lha wong mereka itu kan digaji dengan layak, tapi untuk sekedar meneribtkan surat saja harus menunggu berminggu-minggu, amat sangat tidak jarang proposal kami hilang (entah buat wadah pisang goreng atau mendoan yang mereka jadikan tempat ngerumpi). Begitulah profesionalitas mereka, saya cuma bertanya, apa itu bukan makan gaji buta namanya?

Bukan cuma kinerja yang leled, karena saking akrabnya mereka berteman dengan Radar Banyumas, Pisang Goreng dan cabe rawit, juga Infotainment TV pagi hari. Semakin aneh pemandangan, mereka kok menggerutu, seperti mengeluh kalau tidak diberi persenan atas kegiatan yang kami selanggarakan. Mana mereka tahu kegiatan ini punya potensi untung tetapi juga ada potensi rugi.

Tikus-tikus yang dihidupi oleh bangsa ini ya mereka, yang digaji tanpa mengerti tugas sebagai alasan mereka digaji : memberikan pelayanan publik. Melayani rakyat seperti kita-kita ini. Begitulah sekelumit kisah pergumulan saya dengan orang Dinas bernama Bu Bunga (bukan nama sebenarnya) dan Pak XXX (ini nama sebenarnya yang saya lihat di nama belakang seorang Kasi, tidak tahu singkatan nama beneran atau cuma aksesoris).

Warung Rames depan Pringsewu v.s. Pringsewu depan Warung Rames

Tadi lagi warnet building di Sumpiuh, tiba saat makan siang saya ke arah Pringsewu Sumpiuh nan megah. Hm... karena kalau ke Pringsewu yang letaknya di kanan jalan saya harus nyeberang jalan, maka saya liat kiri saja, eh ada warung rames, nah, makan siang dah disitu.

Pertama datang saya langsung diarahkan untuk ambil sendiri, fuih, tanpa diliatin persis seperti kuli ketemu prasmanan kondangan, ambil sepuasnya dah... . Sayapun makan dengan lahapnya didamping es teh bersedotan yang nggak bisa ditekuk. Wuenak tenan...

Ibu warung rames itu memang benar-benar oke deh, bukan karena masih gadis dan cantik, beliau kalau saya taksir mungkin berumur di atas 45, berjilbab besar layaknya seorang akhwat salafi tak bercadar. Ramah men... Pas tinggal seperempat makanan saya hampir habis si Ibu menghampiri saya dari jarak yang agak kejauhan, apa dia bilang dengan ramahnya? "Nambah mas..", busyet... ditawari nambah men, wah serasa di rumah saudara sendiri.

Coba, jarang2 di tempat makan ditawari nambah, ambil sendiri pula. Tapi saya mah masih tau diri, enggaklah saya nambah lagi, saya cuma bilang "maturnuwun bu.... kenyang". Keramahan selanjutnya, saya dikasih gelas yang ada es dan sedotannya, juga sebotol air badeg (air kelapa yang akan dibuat gula merah), yang rasanya segeeeer, karena memang masih alami dan belum dicampuri macem-macem apa-apa, dan itu gratis bro...

Dan keramahan dua terakhir adalah, ketika saya membayar sambil ngobrol ringan saya ditanyai "tindakan pundi tho...", wuidih jan, keren nggak tuh. Lalu terakhir pas saya pamitan si Ibu ikut keluar ke pintu dan bilang "sing ati-ati mas..." sembari melepas kepergian saya.

Itulah keramahan alami si Ibu, bandingkan dengan rumah makan diseberangnya yang di depan pintu ada gadis-gadis berbaris bak patung selamat datang. Entahlah, bukannya saya nggak suka gadis, tapi keramahan yang saya tangkap berbeda antara si Ibu yang natural dengan sapaan gadis selamat datang pada umumnya.

Silahkan memberikan penilaian sendiri barangkali berbeda, kalau lewat jalan Raya Sumpiuh setelah SPBU Kemranjen dari arah Buntu, berhentilah di Pringsewu dan mampirlah di warung rames di depannya (Haha...)

7 Trik Paling Jitu

Bila Anda menghadapi kesulitan serupa dengan ilustrasi di bawah ini, gunakanlah trik ampuh ini.

1. Trik Selamat dari Calo Terminal

Kalau Anda kemalaman sampai di terminal, apalagi di Jakarta, jangan sekali-kali masuk ke terminal, apalagi mendekati loket, Calo siap mengintai Anda dan membidik Anda seperti sasaran rudal yang kalau sudah terkunci, dijamin tidak akan lepas sebelum meledak. Oleh karena itu, cara paling ampuh adalah bertanyalah pada teman yang tahu seluk beluk bus yang berangkat jam segituan dari itu terminal (makanya bertemanlah dengan orang terminal).

Tetapi kalau itu tidak bisa, berspekulasilah minum kopi di dekat pintu keluar terminal. Kalau ada bis sesuai yang anda jurus, naiki saja, dan bertanyalah pada penumpang lain tiket normalnya. Kalau pas beruntung mendapatkan warung kopi yang penjualnya enakan, tanya-tanya saja bus apa yang masih ada (tapi pastikan itu penjual kopi bukan calo).

2. Trik Bayar Hemat di Tempat Makan Ekonomis

Naik mobil mewah, turun di warung makan sederhana adalah impian setiap orang yang ingin ngirit makan tetapi tetap kenyang. Tapi, si penjual lebih jeli ternyata, kalau memang dia bukan langganan dan bukan orang sekitar situ, maka siap2 saja mendapat harga tinggi atau istilahnya "di tutuk".

Nah, apa solusinya? Sederhana, selalu bawalah palu, agar sebelum Anda ditutuk, Anda bisa menutuk duluan. Haha..

3. Ditagih Utang

Pernahkah Anda membayar uang muka suatu pesanan barang, dan pada saatnya barang siap dibawa kerumah uang belum siap? Pusing tujuh keliling. Orang yang panik berpikir pasti segera pergi tetangga sebelah, bertanya dimana alamat pegadaian dan segera meminjam barang tetangga sekenanya yang bisa dibawa ke pegadaian, sebuah lembaga public yang berjargon "mengatasi masalah tanpa masalah".

Hah, sebenarnya ada cara yang lebih simpel. Apa itu? begini, caranya Anda datanglah sendirian ketempat pemesanan barang itu, lalu disana, berkoar2lah dengan ekspresi sungguh2 bahwa uangnya masih di teman Anda, paman Anda atau siapanya Anda. Salahkanlah orang yang tidak ada disitu yang menurut versi Anda uangnya masih di dia. Setidaknya aman untuk satu atau dua hari lumayan.

4. Menolak Permintaan

Pada suatu ketika rumah tangga Anda masuk pada satu episode krisis ekonomi yang demikian pelik. Akibatnya Anda dan istri musti rela jualan baju-baju drop dropan dari Pasar Pagi Mangga Dua door to door ke tetangga. Eh, kurang laku itu produk. Ada satu tetangga yang kasihan pada Anda sehingga terpaksa membeli, tapi apa mau dikata, dia tidak punya uang yang memadai, terus dia bilang "Mas, aku beli, tapi bayarnya setengah bulan lagi ya.."

Toeng..toeng.. lagi butuh2nya duit, eh malah harus ada yang ngutang. Mana bisa... tapi Anda tidak berani menolak karena dia tetangga dekat yang baik hati, yang suka mengirimi Anda rempeyek Jui disaat Anda dan Istri tak ada sepotong laukpun untuk dimakan. Mau tau trik berdalih menolak secara halusnya? begini, bilang saja "Bu, sebenarnya saya si nggak masalah mau bayar kontan, nyicil apa utang, tapi istri saya loh bu..."

Haha, jadikan orang lain sebagai dalih, ini bisa dipraktekkan di banyak situasi kondisi toleransi pandangan dan jangkauan (maaf, jangan dibuat singkatannya)

5. Mendapatkan Pelayanan Sempurna

Misalnya Anda pesan teralis, pasti bayar uang muka dulu kan? Nah, setelah jadi, si tukang meminta Anda membayar dulu, baru akan di pasang. Trik ini sangat penting, bayarlah separohnya saja dulu, jangan langsung lunas. Kalau langsung lunas, bisa saja pemasangan teralis tidak sempurna dan komplain Anda tidak akan digubrisnya. Pastikan perfect dulu baru lunas.

6. Trik Menawar Dahsyat

Tadi saya membeli sepotong meja, harganya 300ribu. Saya tawar, berapa coba? 150ribu, fiuh, mustahil pikir saya, mana mungkin bisa separohnya... eh, tetapi gunakanlah trik ini. Pertama, janganlah terburu-buru di toko itu, tunjukkan bahwa Anda memang niat beli, bukan sekedar lihat-lihat atau survay. Untuk memantapkan langkah pertama ini, gunakanlah pakaian yang layak agar si penjualpun yakin bahwa Anda mampu beli.

Langkah kedua, sok tahulah, meskipun tidak akurat angka-angka yang Anda tawarkan, tunjukkan seolah2 Anda paham jenis, model, harga dan kualitas barang yang diinginkan.

Langkah ketiga, tambahilah sedikit dari penawaran pertama Anda, sedikit saja, saya cuma tambah 25ribu. Sebagai tanda benar-benar Anda antusias.

Langkah keempat, ajaklah bercanda sambil bertanya-tanya produk lainnya, sebagai upaya untuk menunjukkan bahwa Anda adalah orang baik yang pantas dikasihani dan dikasih harga segitu (haha0

Langkah kelima, pastinya penjual nggak akan langung mengabulkan, saya saja ditawari turun cuma sampai 250ribu. Tetapi karena saya baik, bisa mengajak ngobrol dan sedikit mengukir senyuman, apalagi tampang saya meyakinkan untuk beli, maka dapatlah angka 200ribu. Eit, belum cukup...

Langkah pamungkas (sebaiknya ini tidak sering-sering dipraktekkan ke tukang becak, kasihan ya...), pergilah dari toko itu sambil mengatakan "Mba, saya mau 200ribu tapi nanti ta jalan-jalan dulu, kalau 175ribu lah sekarang ni kontan". SKAK MAT, penjual pasti takut kita "wadul" ke toko lain bilang "lah, disana saja dapat 200ribu kok", so akhirnya di toko yang kita jalan-jalani berikutnyalah kita. deal dengan harga yang lebih rendah.

7. Trik memberi rejeki polisi

Dulu dengan seorang emban (hehe, maaf bagi yang merasa) saya pernah ditilang polisi di lampu kuning (kok bukan lampu merah? ikuti dulu ceritanya) terminal Banyumanik, Semarang. Ditilang kenapa coba? karena dianggap menabrak lampu merah, padahal saya yakin persis, lampunya kuning. Salah saya nggak ada bukti otentik berupa dokumentasi.

Akhirnya saya ditilang, untuk ketiga kalinya sepanjang sejarah kehidupan saya saya ditilang. Apa triknya? Pertama : Berpura-puralah panik, walau Anda muak dengan gaya dan kostum sang penilang, pura2lah Anda bingung dan merasa bersalah.

Maka sang aparat akan menyalin identitas di SIM dan STNK Anda untuk disalin di surat tilang. Apa langkah berikutnya? Cobalah mengulur waktu, disatu sisi membuat sang aparat enek, disisi lain membuat Anda semakin menguasai keadaan.

Sampai pada main rupiah, kagetlah dengan nominal yang mereka ajukan. Bilanglah bahwa Anda takut dan nggak mau repot ke pengadilan, tunjukkan bahwa Anda antusias untuk bayar di tempat.

lalu langkah kelima, jujurlah dengan pasang muka miskin bahwa Anda hanya punya uang segitu (maksimal 45% dari nominal yang disebutkan sang penilang, kenapa nggak 50%, terlalu ketera men... nanti ketebak sama sang aparat strategi ini). Kalau dulu saya diminta 55ribu tetapi nominal yang saya sanggupi 20ribu (dibawah 45% kan?)

langkah berikutnya, bilang "ya sudahlah pak bagaimana lagi, saya si nggak mau masuk pengadilan, tapi wong adanya segini, ya mau bagaimana lagi, sekarang si saya cuma berharap bapak mau berbaik hati mbantu saya..."

maka terjadilah tawar menawar terakhir, aparat akan bilang "ya tambahahin dikitlah mas...", nah, tambahin saja sedikit, kalau saya waktu itu jadi 30ribu. Sebenarnya kurang optimal angka segitu, masih kemahalan...

Untitled

Kalau anda nonton tvone kemarin, ada wawancara dengan pengusaha Ir Ciputra. Dia bilang kalau kita mau mulai usaha, mesti ada 100 macam bidang usaha dan ide yang harus kita coba. Disana bisa kita lihat bahwa bahkan orang seperti Ciputra pun perlu mencoba banyak hal dulu sebelum menemukan satu yang benar-benar berhasil. Dengan tekun mencari ide baru selama bertahun-tahun, belajar secara strategis, berpikir besar, barulah akhirnya berhasil.


Yang anda sudah lakukan itu sudah sangat hebat, saya sangat mengagumi anda. Sekarang memang situasi sedang sulit. Yang penting sabar saja dulu sementara, jalani dulu. Belajar dengan penuh semangat, atau belajar dengan iseng-iseng, yang penting tetap belajar. Kalau anda perlu istirahat, istirahatlah, tapi jangan menyerah. Bahkan Nabi Muhammad atau Bill Gates pun pernah mempunyai masa-masa stagnan, itu normal.

...

Yang penting adalah terus saja jalan, kadang berat, kadang capek, tapi seringkali juga anda akan melihat hal-hal baru yang menyenangkan selama perjalanan itu. Selamat berjuang terus.


Salam dari Eko Laksono.




*)http://menjadihilmy.blogspot.com/2009/07/kalau-semua-konsepku-ditolak.html

7/28/09

Bisnis untuk Hidup v.s. Bisnis untuk Peradaban

Bukan utopis, tetapi dalam menjalankan bisnis, orang pastilah mempunyai idealisme. Inilah yang membedakan antara pebisnis dan pegawai, kalau pegawai belum tentu punya visi, tapi yang pasti punya perut.

Seringkali slentingan semacam ini sampai pada saya, "sudah, yang penting kuliah diselesaikan dulu, setelah itu mau ngapain terserah..." bahwa memulai bisnis ya nanti setelah studi selesai. Tapi, apa seperti itu/

Jawabannya, "iya". Lho?

Lho ya iya, betul, malah yang benar adalah kuliah diselesaikan, mendaftarlah jadi pegawai lalu dengan modal kartu pegawai dan potong gaji, pinjamlah uang dari koperasi dan bank untuk membuat usaha. Betul itu, disamping kita mendapat omzet dari bisnis, kita juga akan mendapat jaminan rejeki bulanan dari negara/perusahaan dan jaminan pensiun.

Tadi malam ada acara talkshow yang menghadirkan Tantowi Yahya, Miing dan Tukul. Mereka mengiyakan, bahwa bahkan untuk sekedar menjadi pelawak saja, mereka haruslah total, atau istilahnya Tantowi Yahya, All Out.

Pertanyaannya, kalau fisik kita di kantor sebagai pegawai dan pikiran kita ada di bisnis kita, bisakah kita all out. Apa tidak terkhianati sumpah pegawai kita? Apa akan tercapai sebuah visi bisnis yang besar dari bisnis yang kita bangun?

Itulah yang membedakan bisnis dengan visi untuk menghidupi diri sendiri, dengan bisnis untuk mengcreate suatu perubahan massal bagi bangsa, atau bagi sekelilingnya. Bisnis yang bertujuan untuk mendapat penghasilan lebih agar bisa piknik ke Bali sekeluarga, atau bisnis yang bertujuan memberangkatkan satu keluarga besar berangkat haji atau umroh bersama.

Kalau bisnis hanya untuk hidup, maka fokuskan pada stabilitas omzet, tidak usah terburu-buru seperti kata banyak orang tua, rampungkan kuliah dan bekerjalah dulu, itu benar. Tetapi kalau bisnis untuk mengcreate suatu perubahan di peradaban, maka bersiaplah kolaps dari sisi akademik, dicemooh orang disana-sini, kelaparan dalam peluh keringat, hasil yang tak kunjung wujud, semua itu adalah teknik dari Allah untuk menguatkan kepakan sayap kupu-kupu kita.

Maka, dari pengorbanan yang banyak itu, kita akan menemukan makna bisnis bukan sekedar mendapat omzet bulanan. Bisnis adalah menginspirasi, menginspirasi orang untuk tidak tergantung pada orang lain, pada perusahaan dan negara, tetapi dari apa yang dia lihat, dia coba, dia tekuni, dia ngotot, gigih dan all out disitu, maka memukaulah prestasi dia.

Bisnis adalah peduli, bisnis sejati bukan sekedar mempertahankan omset tetapi meningkatkan anggaran sosial, sehingga biarlah karyawan kita sibuk bermanajemen dan berpromosi, kita sibuk meningkatkan dan mengoptimalkan pemanfaatan anggaran sosial dari bisnis kita.

Bisnis adalah merangkul, kecil dampak dari kita yang menggembor-gemborkan zakat, infak dan sedekah, kalau zakat, infak dan sedekah kita sendiri sedikit. Tetapi dengan zakat, infak dan sedekah yang besar dari bisnis kita, maka akan mudah merangkul mitra-mitra kita untuk ikut memperhatikan anggaran zakat, infak dan sedekah mereka. Dan bisnis yang besar, bisnis yang dibangun dari tatih-tatih keringat bukan dari pinjaman koperasi pegawai pastilah memiliki mitra yang besar pula, skala nasional bahkan internasional.

Maka, arti hidup kita akan kita temukan mulai dengan dimana kita jatuhkan pilihan visi bisnis kita. Visi bisnis untuk menjaga kontinuitas penimbunan material ke dalam perut kita agar aman, tidak terhenti. Atau visi bisnis untuk meninggalkan jejak kiprah prestasi yang membuat kita yang hanya sebentar singgah di muka bumi ini layak untuk dikenang?

Tentang Rizky (2)

Kemudian saya menemukan tulisan lainnya,

1. Otorianisme

Bahwa tindakan Rizky yang cenderung memaksakan tidaklah selalu diartikan negatif, seperti yang sering dikatakan Arif RH, bahwa tidak semua yang dipaksa itu jelek. Kalau ada unsur pemaksaan, lebih pada bagaimana dia mengarahkan untuk gigih, untuk getol, untuk ngotot.

Ada banyak sekali kebijakan-kebijakan yang justru merupakan hasil akomodasi dari inisiatif orang lain dia jalankan hingga menghasilkan sesuatu yang wujud. Jadi, terlalu naif kalau belum-belum sudah menjustis bahwa sikap-sikap dia adalah otoriter.

Lepas dari semua itu, yang saya tahu Rizky tidak punya Grand Design apapun. Memang, di blog pribadinya ditampilkan proposal hidup, banyak juga ditemukan tulisan-tulisan dia yang merupakan mimpi-mimpi yang kadang sangat tidak realistis. Tapi, semua itu bukanlah suatu konspirasi untuk menggoalkan suatu maksud kepentingan pribadinya, tetapi hanyalah trigger untuk memacu percepatan progress belajar dan progress bekerja dia dan timnya.

2. Raksasa Bisnis

Pernah lihat santri yang meminta-minta di tengah perjalanan untuk membangun masjid dan madrasah? Atau sekumpulan mahasiswa dengan jas almamater yang meminta-minta untuk melaksanakan sebuah bakti sosial? Bagaimana perasaan kita menyaksikan semua itu?

Memang, untuk menolong orang lain, kita harus bisa menolong diri sendiri terlebih dahulu. Memang tidak jelek menyelenggarakan bakti sosial, tapi bukankah lebih bernilai ketika itu diambil dari uang sendiri, ketimbang meminta-minta kebaikan orang. Saya tidak tahu bagaimana derajat seorang makelar kebaikan.

Begitulah, bangsa ini tidak butuh nasehat. Bangsa ini butuh teladan. Kalau ada perusahaan raksasa nasional yang memiliki anggaran CSR sepersepuluh dari kekayaan perusahaan itu, semakin besar perusahaan itu, semakin besar pula dampak tertolongnya. Berapa perusahaan lain yang akan bisa diajak untuk meniru dan bersinergi memperluas program-program aksi nyata sosial nantinya.

Begitulah, sisi kapital diperlukan untuk memutarbalikkan mainframe bersosial itu memberikan subsidi menjadi bersosial itu memandirikan orang lain. Bedanya dengan Group Bakrie atau Group Kalla ada dua, pertama : perusahaan ini jauh lebih besar. Kedua, komisaris perusahaan ini menitikberatkan pada kontribusi sosial bukan semata-mata memperbesar sayap bisnis menumpuk uang tanpa maksud.

3. Kebebasan bertindak

Semuanya entrepreneur, semua terbuka untuk mengikuti pelatihan. Maka wajar bila yang satu tidak bisa didikte oleh yang lain. Fungsinya hanya seperti kuncup payung, merekatkan kesemua sisinya agar tetap bisa meneduhi.

Saya melihat betapa derasnya guyuran arus kontradiktif bagi mereka-mereka yang menjalankan usaha seorang diri, itulah kenapa baik secara formal maupun nonformal semua pengusaha cenderung memperioritaskan untuk mencari mitra.

Oleh karena itu, fungsi dia tidaklah boleh melampau batas pada urusan privat bidang usaha yang lain. Itu agar tidak ada yang merasa terdikte dan tertekan, maka wajar bila efek sampingnya adalah sikap yang terasa cuek. Namun demikian, sebenarnya pada bidang2 yang terlihat digarap dengan tidak serius, dia menyiapkan sejumlah daftar solusi yang pada saat yang tepat dia komunikasikan.

4. Mengembalikan fungsi kelompok

Disadari atau tidak, etos belajar secara umum telah menurun. Begitu juga idealisme bekerja sudah berubah tidak seperti dulu, kini semuanya serba spesifik, pilih-pilih. Ini tidak bisa dibiarkan, tetapi bukan hal yang murah memulihkan keadaan ini. Tidak ada yang butuh nasehat, karena semua sudah hafal rumus-rumus sukses. Tidak ada yang butuh training, karena semua sudah merasakan segala jenis training.

Rizky tidak bisa memberikan solusi dalam waktu dekat, karena disini peran uang bermain. Dengan manajerial yang lebih profesional, daftar hak, kewajiban, pelaporan dan maintenance SDM akan lebih tertata. Namun demikian, sistem manajerial membutuhkan dana untuk menopang overhead bulanan yang tidak sedikit. Minimal pendapatan yang memenuhi standar normal.

Sangat logis, tanpa kesiapan finansial untuk membeli semua SDM itu, yang bisa dilakukan hanya dua. Pertama, membuka kesempatan sharing seluas-luasnya dan kedua, berdoa.

Melanggar Pancasila, Sila Keempat?


Saya adalah salah satu orang yang tidak setuju dengan pelaksanaan Pilpres langsung. Tidak setuju bukan karena langsungnya, tetapi karena begitu bodohnya sistem pemilihannya, sungguh, kampanye, debat, sosialisasi amat jauh panggang dari api terhadap kecerdasan berkebangsaan rakyatnya.

Rakyat seperti orang buta yang tidak dijelaskan apa-apa, eh tiba-tiba disuruh menandatangani suatu berkas paling penting bagi bangsa agar berkas itu terlegitimasi. Ya, rakyat hanyalah alat legitimator, tanpa mereka diberi pencerahan terlebih dahulu tentang apa itu kepemimpinan, apa itu kebangsaan dan apa itu politik.

Hal yang paling mendasar adalah semangat pemilihan langsung yang diselenggarakan dengan mengabaikan kecerdasan konstitusional rakyatnya adalah bertentangannya pilpres langsung dengan Pancasila sila keempat "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan/perwakilan".

Pertama : Kata Permusyawaratan/Perwakilan jelas-jelas menekankan bahwa amanat pendiri bangsa menghendaki negara ini dikelola oleh para ahli, ingat dalil "apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka siap2lah menanti kehancuran".

Lembaga Permusyawaratan/Perwakilanlah yang harus dibenahi agar disana bukan lagi menjadi tempat para pencari nafkah, para penabuh biola orkestra keroncongan perut rakyat, tempat terbar pesona para artis dan tempat kongkow-kongkow anak pejabat. Di sana harusnya menjadi tempat yang berkomposisi ekonom terbaik, tempat politisi tebaik, pekerja sosial terbaik, ahli hukum terbaik, arsitek terbaik, pelaku pendidikan terbaik, seniman terbaik yang kesemuanya cinta pada bangsanya, yang bukannya mengeruk uang negara tetapi justru mendidikasikan harta dan dirinya untuk bangsa.

Bayangkan, mana hasil pilpres yang lebih valid? Figur yang dipilih oleh seluruh rakyat tanpa mereka betul-betul dikenalkan tentang kepemimpinan, kebangsaan dan politik, atau figur yang dipilih hasil permusyawaratan ekonom terbaik, ahli hukum terbaik, pelaku pendidikan terbaik, seniman terbaik dan agamawan terbaik yang dipunyai negeri ini? Mana yang lebih "ahlinya..." menurut dalil?

Sungguh, bangsa ini sedang menanti kehancurannya. Rakyat yang bukannya dipandaikan tetapi malah dibodohi dengan iklan sekolah gratis, dengan debat yang begitu kaku, dengan sosialisasi yang pemilihan yang menghambur-hamburkan banyak uang.

Kedua : Kerakyatan memanglah dipimpin oleh hikmat, bukan oleh uang. Kepemimpinan rakyat atau kepemimpinan bangsa ini saat ini menggunakan mekanisme apa yang dicontoh dari Amerika bernama sistem demokrasi, hanya bedanya kalau di Amerika Bipartai, kalau di kita Multipartai.

Ujung tombak penentu keterwakilan rakyatnya ada pada Partai Politik. Sudah menjadi rahasia umum, parpol-parpol kita berpolitik seperti berdagang sapi, siapa yang bisa membayar lebih mahal, dia yang akan dijagongkan, siapa yang lebih populer dia akan diekslpoitasi untuk mengeruk sebanyak2nya suara rakyat. Rakyat hanya dijadikan legitimator pencarian nafkah mereka.

Inilah tantangan kita, terutama tantangan orang-orang yang berwenang terhadap ini, untuk mengubah kiblat parpol dari uang menjadi hikmat, dari materialisme menjadi spiritualisme. Sementara orang-orang yang berwenang menyiapkan integrasi yang menjadi hikmat dengan membentuk seperangkat sistem yang lebih smart, maka tugas kita sebagai generasi bangsa untuk menjadi pribadi2 yang betul-betul smart.

Maka, mobil balap terbaik akan bertemu dengan pembalap terbaik. Sistem yang smart akan bertemu dengan SDM yang smart, jadilah kebangkitan bagi bangsa. Mungkin bukan satu atau dua tahun, lebih lama sedikitlah, kapan itu? bisa jadi pas zamannya kita.

Betulkah Indonesia krisis?

Kalau betul, lalu kenapa masalah utama yang terjadi di Jakarta dan kota besar di Indonesia adalah kemacetan? Kalau betul, kenapa tempat terramai di suatu kota itu bernama Mal?

Seandainya saja, setiap mobil mewah yang hendak mengisi bensin menahan 10%nya untuk dimasukkan ke kotak amal, begitu juga setiap orang yang hendak menghabiskan uang di mal terlebih dahulu memotong 10%nya untuk dimasukkan ke kotak yang sama. Lalu kotak itu dikelola oleh orang yang bertanggung jawab, yang memahami prioritas dan memahami prinsip kemandiran, maka berapa coba hitung jumlah uang terkumpul dan tersalurkan pada prioritas yang tepat untuk modal orang itu menjadi mandiri?

Ada yang isi bensin 50 ribu, artinya tersisihkan 5 ribu, ada yang 300 ribu, artinya tersisihkan 30 ribu. Ada yang belanja di Mal 100 ribu, artinya tersisish 10 ribu, ada yang belanja 2 juta, artinya tersisih 200 ribu. Kali berapa orang di setiap kota, kali berapa kota yang ada di Indonesia kali berapa hari, nah, dalam sebulan terkumpul berapa coba?

Cukupkah untuk memberi pembekalan keterampilan dan mental entrepreneurship untuk sekelompok pemuda desa yang menganggur? Cukupkah untuk menggusur pedagang kali lima kumuh dengan memberinya subsidi modal usaha agar usahanya lebih exlusive? Cukupkah untuk membuat perda larangan mengemis dan mengamen dijalankan karena semua gelandangan dikota itu mendapat pembinaan personal yang serius?

Lalu, adakah masalah kemisikinan di bangsa ini lagi? Kemiskinan tidak perlu dihapuskan, ada banyak sekali orang yang bahagia dalam kemiskinannya, tapi yang perlu dihapuskan adalah penderitaan akibat permasalahan kemiskinan, caranya ada dua, pertama : memberi mereka bekal uang untuk modal produktif, kedua : memberi mereka pelatihan dan konseling untuk dapat memahami bagaimana memandang uang dengan lebih benar, uang bukanlah segala-galanya.

Itu baru iuran personal yang terkumpul di pombensin dan di Mal, lalu bagaimana bila mekanisme Zakat bagi muslim dan pajak bagi non-muslim diberlakukan dengan optimal? Berapa zakatnya Bakrie Group atau Sampurna? Berapa Zakatnya Prabowo atau Fadel Mohammad? Berapa Zakatnya pemilik Mall atau pemilik SPBU?

Lalu semua itu dikumpulkan pada mekanisme yang bersih dan produktif? Maka apa yang terjadi dengan bangsa ini? Menurut saya, kebangkitan bangsa ini tidak dimulai ketika semua penduduknya kaya raya. Tetapi, yang kaya tetaplah kaya tetapi peduli, dan yang miskin tidak lagi fakir dan stress karena kemiskinannya, tetapi memiliki cara pandang yang benar dalam mencari dan memanfaatkan uang.

Kaya dan miskin itu saling melengkapi, orang kaya akan bahagia dengan peduli, orang miskin akan bahagia bila tidak fakir dan bila benar memandang arti uang.

Zakat is the Truely Solution, isn't it?

Tentang Rizky (1)

Suatu ketika saya mendapati tulisan, tentang sebuah strategi konspirasi yang katanya sedang dilakukan oleh Rizky.

1. Status Quo

Ada yang sadar dan ada yang tidak, dengan berbagai dalih saat ini kekuasaan penuh ada di tangan Rizky. Banyak program-program dianulir dan program-program yang tidak terbahas sebelumnya justru malah diluncurkan mulus. Entah apa maksudnya.

Dalih yang paling kuat adalah bahwa kita masih dalam proses, tidak bisa ideal, sehingga perlu manuver ini dan itu. Atau dalih lainnya, kalau ada pihak yang dirugikan maka dikatakan ini hanya sementara, atau dikatakan ini adalah pengorbanan yang mulia. Begitu juga tidak dipedulikan walau ada yang menjalankan suatu hal dengan terpaksa, yang penting grand-designnya Rizky terwujud yang entah apa itu bentuknya, yang tidak pernah dia sampaikan.

2. Kapitalisme

Semua menggunakan satu panji yang sama Grup Semangat, sehingga apa bedanya dengan Bakrie Group dengan Kalla Group. Semua ini akan tumbuh kembang menjadi perusahaan multinasional yang mencaplok hak-hak berniaga pengusaha kecil disekelilingnya.

Semua lini digarap, sehingga dari hulu ke hilir tidak ada mata rantai bisnis yang disisakan untuk public, semua dalam satu cengkeraman, cengkeraman modal induk. Kapital inilah yang akan digunakan menjadi mesin duplikator melesatnya unit bisnis-unit bisnis berpanji "Semangat" dan nantinya akan menjadi raksasa modal yang tiada beda dengan kongsi dagang China, Arab maupun Barat yang sudah ada sekarang.

3. Keacuhan

Seolah-olah dibiarkan saja semua kebingungan menjalani harinya. Ada yang bingung mau mengerjakan apa, ada yang tidak mengerjakan apa-apa sama sekali. Padahal di sisi lain, semua sudah dijauhkan dari strata pendidikan akademis.

Keacuhan ini diperparah dengan status dirinya yang masih menjadi mahasiswa aktif suatu perguruan yang dia prediksikan Maret 2011 Wisuda. Nantinya kita bukan hanya dibiarkan memiliki ketergantungan yang kuat dengan Rizky, tetapi juga tidak akan mendapatkan gelar akademik dengan memuaskan bahkan mungkin ada yang tidak mendapatkan sama sekali.

Sikap acuh terhadap kinerja masing-masing personal ini menunjukkan betapa yang nomer satu baginya adalah kepentingan. Sementara soal etos kerja dan etos belajar soal semangat berikhtiar dan semangat menambah ilmu orang-orang disekelilingnya dia EGP banget.

4. Komunitas Kopong

Apa artinya membangun komunitas bisnis kalau satu dengan lainnya tidak bisa saling menolong. Secara modal, jelas masih sangat keterbatasan untuk bisa membantu dengan maksimal. Begitu juga dengan konsultansi bisnis, nyaris tidak ada.

Ada yang kebingungan mempertahankan bisnisnya, pun dibiarkan saja. Bahkan ada yang kelimpungan belum juga bisa memulai bisnisnya, juga dibiarkan saja.

Mungkin sangat gampang berdalih, kan ini sudah diberi kesempatan untuk tiap kali berkumpul semua saling sharing, bahkan frekuensi berkumpul ditingkatkan? Ternyata tidak banyak dampak dirasakan itu artinya dengan berkumpul dan sharing saja belumlah bisa mengcover kebutuhan masing-masing personal mengembangkan bisnisnya.

Selamat berpikir, otak menjadi usang kalau jarang dipakai untuk berpikir. Nuwun.

Grha Pertama, Menara Tertinggi dan Aula Terbesar di Purwokerto

Bukanlah pusat perbelanjaan yang menggugah ngairah konsumtif warga kota serupa mal atau plasa, Semangat Donk membangun sebuah pusat perkantoran swasta paling bergengsi di Jawa Tengah.

Ini merupakan gedung tertinggi di Purwokerto yang dibangun setinggi 15 lantai dan 2 basement parkiran. 40% ruangan dari gedung ini dijual dengan sertifikat hak miliki, sedangkan sisanya digunakan sendiri oleh Unit Bisnis Semangat Donk Indonesia dan disewakontrakkan.

Komposisi bangunan ini terdiri atas, ruang-ruang perkantoran milik unit-unit bisnis Semangat Donk Indonesia, ruang-ruang perkantoran swasta, ruang rapat, aula pertemuan, masjid, sekretariat lembaga sosial, kantin dan cottage.

Grha Semangat dibangun di pusat kota Purwokerto sehingga pantas saja bila dirik dan diminitai oleh perusahaan-perusahaan paling bergengsi di Purwokerto.

Aula pertemuannya merupakan Aula terbesar yang ada di Purwokerto, dengan kapasitas hingga 1650 orang padat digunakan untuk berbagai acara resepsi, rapat umum dan pelatihan.

Pembangunan Grha ini sangat memperhatikan aturan Amdal sehingga tidak merusak lingkungan sekelilingnya, malah berkontribusi menghijaukan lingkungan sekeliling dan memberikan lapangan pekerjaan kepada masyarakat sekitar.

Bukan semata-mata sebagai pusat kegiatan bisnis, keberadaan lembaga-lembaga sosial yang dimotori oleh Komunitas Motivasi Semangat Donk, Lembaga Pengembangan Sumber Daya Manusia Semangat Donk Indonesia dan Yayasan Wakaf Semangat Donk Indonesia ini kental dengan kegiatan social-entrepreneur dan kepedulian sosial lainnya.

Titik beratnya adalah kegiatan sosial yang memandirikan, tidak semata-mata memberikan hibah, bantuan dan subsidi. Oleh karena itu Aula dan ruang pertemuan yang ada didalamnya sangat padat oleh kegiatan-kegiatan pemberdayaan kemandirian yang kebanyakan digratiskan. Ini merupakan berntuk kerjasama antara CSR berbagai perusahaan yang digabungkan ditambah dari unsur pemerintahan.

Nuansa yang dibangun dalam gedung adalah nuansa nasionalisme tetapi tetap menonjolkan simbol utama, yakni Islami. Adanya apel pagi setiap senin, tidak dalam bentuk upaacara formal tetapi sharing cinta tanah air dan kuliah jumat setiap usai sholat jumat di masjid kompleks tersebut menjadi pengikat keakraban antar pengguna gedung yang notabenennya dari berbagai latar belakang.

Nama-nama ruang, simbol, koridor, musik backsound pada saat2 tertentu, reminder sholat, quote motivasi, kesemuanya diambil dari unsur keindonesiaan dan keislaman.

Ini merupakan pusat bisnis pertama di Purwokerto yang tidak dikuasai oleh asing barat atau asing timur atau asing timur tengah, tetapi oleh pribumi muslim.

Gedung megah ini dikenal oleh seluruh masyarakat Jawa Tengah bahkan Indonesia, ada 50 papan reklame mewah yang masing-masing mengguratkan silhuet dan quote pahlawan sekaligus menunjukkan arah dimana Grha Semangat berada, 10 reklame dari arah Ajibarang, 10 Reklame dari Arah Rawalo, 10 reklame dari Arah Banyumas, 10 reklame dari arah Purbalingga dan 10 Reklame dari Araha Baturraden. Disamping itu, disetiap alun-alun di kota-kota di Jawa Tengah ada reklame serupa.

Kalau sulit membayangkan seperti apa reklame itu, persis seperti reklame rokok yang megah berpendar cahaya. Dengan niat mengurangi promosi rokok, maka dibelilah papan-papan itu untuk reklame gedung.

Kontribusi nyata yang dirasakan atas keberadaan gedung produktif di pusat kota Purwokerto ini dirasakan nyata manfaatnya oleh pemerintah dan masyarakat kabupaten Banyumas, diantaranya, pertama : berhasilnya pemerintah menertibkan pedagang kaki lima.

Sejak gedung itu beroperasi, satu demi satu pedagang kaki lima dipoles menjadi exlusive place yang tidak lagi mengganggu pemandangan, pelanggan menjadi nyaman dan omset pedagangpun meningkat. Proses ini digarap oleh Yayasan Wakaf Semangat Donk dengan metode Grameen Bank yang telah diadaptasikan dengan kultur bisnis masyarakat Purwokerto.

Manfaat kedua, berkurangnya secara drastis pengangguran di Banyumas, akan sulit sekali mencari tenaga kerja menganggur di Banyumas, mengingat atas dukungan penuh dari Pemerintah, Lembaga Pengembangan Sumber Daya Manusia Semangat Donk Indonesia terus menerus mengadakan pelatihan, pembekalan dan pendampingan bisnis mandiri bagi generasi muda baik yang sudah lulus maupun yang masih kuliah dan sekolah, tentu bentuknya berbeda-beda.

Dan ketiga, Purwokerto menjadi rujukan kota mandiri yang oleh Komunitas Motivasi Semangat Donk aksi serupa diduplikasikan di banyak kota lainnya di Indonesia.

Inilah gedung simbol geliat produktivitas anak negeri. Jawa bukan lagi "Jaga Warung" tetapi "Juragan Warung". Manado bukan lagi "Menang Tampang Doang" tetapi "Menang Tender dengan Sportif Dong", Sunda bukan lagi "Suka Dandan" tetapi menjadi "Suka Dagang" dan Padang bukan lagi "Pandai Dagang" tetapi lebih dari itu "Pandai Sekali Dagang", Itulah Indonesia yang sesungguhnya.

Sriwijaya abad ke-7. Majapahit abad ke-14. Republik Indonesia abad ke-21.

Dua Jumat

1. Jumat besok akan dimulai boyong-boyong, installing ini dan itu, setting tempat dan lain-lain, juga tadarusan di malamnya

2. Jumat besoknya lagi dilakukan tasyakuran dan pembukaan softopening sebagai ditandainya pekan gratis nasional warnet baru Semangat Donk

Mohon doa dan bimbingannya.

Jangan terburu-buru terlalu spesifik

Masak si, belum sukses sudah menspesifikkan diri. Maksudnya? Nggak boleh fokus begitu? Sebentar-sebentar, jangan rancu. Ada pengertian yang bertolak belakang antara spesifik dan fokus.

Begini, mari kita bincangkan satu-satu. Hm, kalau fokus artinya kita konsisten dengan satu hal, menuntaskannya hingga membuahkan sesuatu yang membuat 'mongkoging manah' atau terpuaskannya batin kita. Itulah fokus.

Lalu apa itu spesifik, spesifik itu belum-belum kita terjun, kita sudah pilih-pilih, kalau ini saya mau kalau itu enggak mau. Nah, masih bingung?

Fokus merupakan satu pilar konstruktif, karena unsur yang ada di dalamnya adalah ketekunan dan kegigihan yang membuat kita tidak mudah berpindah-pindah dari satu hal ke hal lainnya yang mengakibatkan kita mengulang lagi dari nol dan mengulang lagi dari nol hingga belum-belum berbuah sudah capek duluan.

Sementara spesifik adalah satu pilar destruktif, karena sikap spesifik menunjukkan ketidakrealistisannya kita dalam membaca keadaan. Karena sikap spesifik kita, maka bisa jadi kita tidak berbuat apa-apa hanya sekedar karena hal spesifik yang kita inginkan belum memungkinkan untuk dilaksanakan.

Karena itulah, salah satu pesan dalam Sesi Total Action adalah Jangan Terlalu Spesifik. Namun, lakukanlah apa yang memang memungkinkan untuk dilakukan saat ini. Nggak usah pilih-pilih dulu, seraya berkata, masak si saya nyebar surat, masak si ya menjajakan proposal, masak si saya menjemputi barang-barang, masak si saya menyebar brosur di perempatan, masak si saya begini begitu, remeh sekali...

Woi, kalau memang yang memungkinkan dilakukan hanya itu, ya terjunlah, dan fokuslah sampai betul-betul terbentuk polanya. Masak kinerja diri kita menurun justru gara-gara kita ikutan banyak pelatihan dan banyak membaca buku. Bukankah dulu tak sungkan menyisir ke lapangan, tak sungkan melipat-lipat publikasi, tak sungkan mengerjakan ini dan itu, bahkan tanpa disuruh. Kan kemunduran namanya...

Kerana Cinta

Kerana cinta duri menjadi mawar
Kerana cinta cuka menjelma anggur segar
Kerana cinta keuntungan menjadi mahkota penawar
Kerana cinta kemalangan menjelma keberuntungan
Kerana cinta rumah penjara tampak bagaikan kedai mawar
Kerana cinta tompokan debu kelihatan seperti taman
Kerana cinta api yang berkobar-kobar jadi cahaya yang menyenangkan
Kerana cinta syaitan berubah menjadi bidadari
Kerana cinta batu yang keras menjadi lembut bagaikan mentega
Kerana cinta duka menjadi riang gembira
Kerana cinta hantu berubah menjadi malaikat
Kerana cinta singa tak menakutkan seperti tikus
Kerana cinta sakit jadi sehat
Kerana cinta amarah berubah menjadi keramah-ramahan

~ Jalaludin Rumi ( Penyair Sufi )

Sistematisnya Kecurangan SBY

Bukan karena memanipulasi suara palsu, bukan karena membayar orang menggelembungkan suara. Kecurangan sudah tampak nyata, nyata-nyata dilakukan secara sistemik, dinataranya :

1. Penggunaan APBN sebagai media kampanye, Iklan koperasi menggunakan tagline "Lanjutkan", iklan Madrasah Aliyah menggunakan tagline "Lanjutkan", iklan SMK menggunakan tagline "Harus Bisa", iklan Keluarga Berencana menggunakan tagline "2 lebih baik".

2. Membuat booming program pemerintah untuk merayu rakyat, contohnya iklan sekolah gratis yang diputar dengan frekuensi sangat over, sangat kertelaluan durasi dan jumlah penayangannya. Iklan ini tidak lagi berfungsi sebagai sosialisasi agar rakyat tahu sekolah sudah gratis (apalagi kenyataannya sekolah tetap masih mahal di banyak daerah), tetapi untuk mengangkat citra pemerintah (dalam hal ini pemimpinnya) agar rakyat tahu dirinya hebat.

3. Mempolitisir program-program kebangsaan, diantaranya adalah BLT dan PNPM Mandiri yang tidak pernah diriset efektivitasnya (karena memang amat tidak efektif dampak positifnya) tetapi selalu di blow up sebagai bahan kampanye. Belum lagi gaji 13, janji kenaikan gaji PNS, jamkesmas, semua seolah-olah hanya incumbent yang memiliki.

4. Metodologi depat KPU, kalau diinisiasi, gaya kampanye siapa yang paling mendekati dengan gaya debat yang diatur KPU? Mega kah yang dengan prabowo meluap-luap semangatnya? SBY kah yang kaku, formal dan monoton? atau JK kah yang energik dan lincah? Debat yang terlalu dibatasi, apalagi tidak ada kesempatan bertanya dari publik entah dengan alasan apa, sehingga incumbent tidak bisa dikorek secara dalam, dan rakyat tetap terbius dengan citra narsisnya.

5. Pemanfaatan fasilitas negara untuk kampanye, teleconference dengan semua gubernur pada H-1 adalah salah satu bentuknya. Betul-betul itu bukanlah wilayah presiden, itu adalah wilayah KPU. Karena baru cep beberapa hari sebelumnya incumbent bilang bahwa kesalah DPT adalah kesalahak KPU, maka tugas teleconference adalah tugas KPU, masa presiden mau ambil enaknya saja. Pemanfaatan lainnya adalah pemfungsian website www.presidensby.info yang tidak jelas batasannya antara web presiden dan web capres juga Andi Malarangeng sebagai juru bicara presiden atau juru bicara pribadi SBY.

Kecurangan sistemik itu lebih kejam daripada kecurangan teknis. Dan itu sudah nyata-nyata dilakukan oleh incumbent, maka seiring dengan penetapan hasil pemilu oleh KPU secara resmi, saya ucapkan selamat memenangkan amanat yang terlah dilegitimasi oleh rakyat. Bagi saya kemenangan adalah di akhir masa pemerintahan, bukan sekarang. Mari kita lihat bersama bagaimana rasa buah kecurangan sistemik ini.

Bukannya pesimis, tapi semoga saja lancar deh, kalau aku si gitu.

Seperti Azzam

Saya bermimpi, Ibu saya yang ekonominya biasa-biasa saja mengangkat pembantu. Dia seorang mahasiswa, umurnya beberapa tahun di atas saya. Wajahnya berkarakter (mirip Khaerul Azzam mungkin), kliatan lah dia orang yang sujudnya 50 rakaat lebih dalam sehari, tidurnya tidak di kamar, dan pagi-pagi buta sudah mengangsu air untuk keluarga saya.

Bukan cuma alim dan rajin bekerja, kelihatannya juga rajin belajar serta dia seorang aktivis di organisasi kampusnya mungkin. Karena dia tidaklah pendiam seperti orang kebanyakan, dia pandai menata kata-katanya.

Wah, ck ck ck, bener-bener satu teguran buat saya. Ketika orang itu menyelesaikan pekerjaaan rumah ini dan itu, saya jusrtu asyik tidur2an, internetan, nonton TV dan hal-hal santai lainnya. Apa-apaan ini... Sekalipun Ibu saya tidak menggitik saya, tapi saya tertampar sendiri, kok kesannya saya males banget ya, sementara dia rajin sekali.

Kalau calon mantu Ibu saya datang ke rumah, jangan-jangan nggak jadi milih saya, tapi lebih milih dia yang rajin, tegar dalam keprihatinan, dan wajahnya berkarakter seperti memegang prinsip yang kuat dan banyak habis waktunya untuk aktivitas religius.

Sekalipun ketika saya terbangun saya cari orang itu tidak ketemu (mungkin sedang syuting KCB 2..), tapi dari mimpi itu saya bener-bener tertegur abiz deh. Men, realistis donk, siapa yang ditakdirkan sukses sebenarnya, dia yang hidupnya prihatin tapi banyak nyempetin waktu buat ibadah, mau kerja keras menimba air dan menimba ilmu dan sungguh-sungguh meningkatkan kualitas diri dengan interaksi sosial, atau kamu yang males-malesan, sedikit-sedikit tidur siang, hobinya ronda di facebook, selalu memilih menu buat makan, nggak ada pengorbanan sebagai bentuk greget yang sungguh2 buat menebus kesuksesan?

Jujur deh, sebegitu malasnya saya sekarang, bukan? nyaris nggaka ada hari yang dijalankan dengan heroik, berkorban dalam guyuran keringat dengan tulang terbanting terpelanting, berteduh di atas sajadah lama-lama, dan mendewasakan diri dalam aktivitas sosial yang luas. Saya terlalu utopis, dengan mimpi-mimpi besar saya berharap ada doorprise dari Tuhan yang mengakibatkan saya tanpa lelah, tanpa prihatin, tanpa pengorbanan bisa mendapat derajat tinggi secara ekonomi.

Aneh ya saya, mana ada orang yang akan mendapati kesuksesan sementara orang itu tidak menghabiskan masa mudanya dengan penderitaan, atau lebih tepatnya dengan menikmati penderitaan.

Selamat menderita, nikmati beneeer prosesnya, percayalah kesempatan seperti hari ini, seperti masa muda yang saat ini kita miliki tidak datang dua kali. Kalau nggak menderita hari ini, kapan lagi coba?

Siapa yang paling aku cintai di dunia ini?

Kemarin malam saya mendengarkan Dauroh Ulama Salaf live di sebuah radio yang diputar dengan streaming internet. Satu point menarik yang saya dapatkan, kalau kau mau tahu siapa yang paling kau cintai sebenarnya, maka ingatlah hal apa yang pertama kali terlintas dipikiranmu ketika setiap kali kau bangung dari tidurmu (tidur yang lelap tentunya).

Siapa yang paling kau cintai di dunia ini? Yang seringkali pertama terlintas sebangun tidur lelapmu?





*) UANG-DIRI-JABATAN-PACAR-SAHABAT-KELUARGA-NILAI/IPK-.... (Kok jadi STAR Survay neh...)

Mafaza BERANI BANGKIT (2)

4. The “Zamrud Katulistiwa” & Belanda yang Sedang Kolaps

Kalau kita membuka-buka lagi buku pelajaran sejarah sewaktu kita masih sekolah dulu, kita akan menemukan penyebab Indonesia tidak juga lepas dari penjajah selama berabad-abad adalah karena perjuangan yang ada dilakukan secara kedaerahan, tidak bersatu.

Perjuangan kedaerahan inilah yang menutup alur informasi yang sebenarnya tentang siapa sebenarnya Indonesia dan siapa sebenarnya Belanda sang penjajah itu. Masih ingat kisah anak elang yang tersesat dan ditolong oleh induk ayam? Yang kemudian anak elang itu tidak menyadari bahwa dirinya adalah bangsa burung yang gagah dan bisa terbang. Begitulah bangsa ini, dalam kungkungan kemiskinan pada masa penjajahan, kebanyakan lupa dan tidak menyadari bahwa tanah yang diinjak-injak penjajah ini adalah tanah yang subur, megah bahkan mewah akan potensi hasil bumi.

Indonesia masa itu adalah negeri kaya raya, yang memang hingga saat ini juga masih kaya raya. Tidak terhitung potensi mineral di dalam buminya. Belum kesuburan tanahnya, yang akhirnya dieksploitasi oleh penjajah untuk membangun banyak perkebunan di sini. Karena masyarakat yang terkungkung oleh informasi ini, kebanyakan merasa lemah dan kalah secara mental, belum lagi melihat penjajah yang kuat bersenjata dan berseragam.

Padahal, penjajah saat itu, yaitu negeri Belanda sebetulnya adalah negeri yang sedang hampir bangkrut, dalam kondisi krisis karena kelangkaan barang kebutuhan dan permasalahan lainnya. Oleh sebab itulah, mereka menjelajah samudera yang misterius untuk menemukan dunia timur, mengambil rempah-rempah dan kekayaan lainnya untuk memperbaiki keadaan bangsa mereka.

Seharusnya, dengan keadaan yang demikian saat itu tahu bahwa perlawanan sebetulnya tidak seimbang, Indonesia yang kaya raya dan luas luar biasa, melawan Belanda yang sedang kolaps dan kecil pula negaranya.

Apa gerangan penyebabnya? Adalah keterbatasan ilmu pengetahuan, keadaan yang menimpa negeri ini pada masa itu seolah-olah begitu terdesak, begitu tertindas, negeri ini serasa lemah bukan kepalang sementara penjajah yang datang kuat luar biasa.

Ternyata penjajah datang bukan semata-mata menindas fisik, tetapi juga menjajah mental kita. Dan masihkah hal itu berlangsung saat ini? Mari kita simak beberapa contoh nyata yang ada sekarang, kita tahu perusahaan raksasa pertambangan emas di Papua, Freeport. Perusahaan itu telah mengeruk gunung emas hingga lahan kerukannya kini menjadi lembah raksasa, bukan hanya itu, dengan jumlah kekayaan yang diperoleh dari aktivitas tambangnya, rakyat disekelilingnya tetap masih dalam keadaan miskin dan terbelakang, miskin secara ekonomi, terbelakang secara pengetahuan. Bukan hanya itu, beberapa tahun lalu mencuat berita bahwa Freeport telah menyumbang kerusakan lingkungan yang parah bagi sekelilingnya.

Namun, negeri ini masih terjajah, dengan alasan takut mendapat peradilan arbitrase internasional bila menutup sepihak pertambangan itu, dengan alasan takut di embargo Amerika Serikat bila memutus hubungan kontrak sepihak, maka perusahaan kapitalis itu tetap bebas beroperasi mengeruk kekayaan mineral dalam bumi kita.

Contoh lainnya adalah Blok Cepu, salah satu sumber minyak terbesar di negeri ini. Karena merasa diri tidak mampu mengelola sendiri, dan begitu menurut pada cap bahwa perusahaan asing lebih professional sesuai arahan asing, maka pengelolaan Blok Cepu tidak diserahkan pada Pertamina, tetapi pada Exxon. Alih-alih melakukan reformasi birokrasi dan pembersihan di tubuh Pertamina yang kepunyaan dalam negeri, malah diserahkan kepada asing begitu saja.

Sikap minder yang sistematis, bahwa apabila kita tidak menurut pada arahan asing bangsa kita akan terancam dari bantuan atau pinjaman internasional. Bangsa kita akan mendapat embargo ekonomi maupun militer dari Negara adidaya, bangsa kita akan diadili oleh peradilan internasional. Ini merupakan cerminan sikap anak elang yang merasa dirinya hanya seekor ayam.

Padahal kita seharusnya menyadari, bahwa sebetulnya ada hubungan saling tergantung atau inter-dependency antara bangsa kita dan bangsa asing. Amerika butuh kita untuk memasok energi dan komoditas pangan ke negaranya. Jepang butuh kita untuk pangsa pasar mereka. Eropa butuh kita untuk kemitraan bisnis antarnegara, Timur Tengah butuh kita sebagai Negara muslim terbesar di dunia.

Dengan kenyataan itu, seharusnya Indonesia punya posisi tawar yang tinggi, bukan hanya takut diancam oleh asing, tetapi juga bisa mengancam asing. Apabila kita bisa mengeluarkan kebijakan yang tegas, maka akan banyak negeri pula yang takut pada negeri kita.

Ini hanya sekelumit fakta bahwa penjajahan belum berakhir, terutama penjajahan mental. Dan kita tidak bisa serta-merta menyerahkan semuanya kepada pemerintah. Semua elemen rakyat memiliki tanggung jawab moral untuk bersama-sama melepaskan diri dari belenggu pengkerdilan mental semacam ini.

Tidak berubah dari masa dua atau tiga abad yang lalu, tantangan bagi kita adalah mendobrak kungkungan pemikiran kita menuju jendela pengetahuan yang lebih luas dan terbuka. Ini harus dibenahi oleh kita semua, selama fokus kita belajar hanya pada informasi-informasi yang bersifat normatif, apalagi hanya ditujukan untuk menuju satu profesi tertentu atau mendapat predikat tertentu, sementara kita menutut diri dari informasi aktual dan wawasan nasional serta internasional, maka selama itu pula kita menjadi bangsa yang kerdil yang selalu didikte oleh asing.

Membuka mata, membuka hati dan membuka pikiran bahwa kita adalah bangsa yang besar. Hanya sedikit dari kita yang menyimpan data dan fakta seberapa kebutuhan Amerika akan Indonesia, atau apa saja yang dibutuhkan Jerman dan Negara Eropa lainnya terhadap negeri kita, atau seberapa besar pengaruh Indonesia terhadap pangsa pasar produk-produk Jepang, dan banyak lagi lainnya. Ini yang harus kita cari tahu, kita dalami, kita yakini lalu kita terbarkan seluas-luasnya untuk mengembalikan kepercayaan diri bahwa kita adalah bangsa yang besar, yang berpengaruh bagi dunia.


5. Setriliun Potensi

Profesor Andrew, seorang bule yang saat ini menetap di Indonesia untuk meneliti dan belajar banyak hal tentang kebudayaan negeri ini. Mulai dari Musik Dangdut, Gamelan, Bahasa Sunda, Wayang Kulit dan lain sebagainya. Profesor tersebut hanyalah satu dari sekian banyak pendatang dari mancanegara yang terkagum-kagum pada kebudayaan yang negeri kita miliki.

Saat ini kita bisa menemukan seorang dalang asing, sinden dari luar negeri atau penari Jawa tapi bukan orang Indonesia. Itu adalah salah satu bentuk pengakuan bahwasannya negeri ini kaya, negeri ini mengagumkan. Kalau di daftar satu persatu kekayaan negeri ini, pasti tak cukup dituliskan dalam buku dengan tebal ribuan lembar sekalipun. Mulai dari kekayaan sumber daya alam, di dalamnya ada kekayaan potensi mineral dalam bumi, apa saja itu? Ada kekayaan emas, intan, minyak bumi, gas bumi, timah, perak, tembaga dan banyak lagi lainnya. Lalu kekayaan di permukaan bumi, berupa tanah yang subur yang bisa menghasilkan komoditas pertanian dan perkebunan yang tak ternilai banyaknya.

Belum lagi kekayaan laut kita, potensi garam, ikan laut, kerang mutiara. Lalu potensi flora dan fauna, ada spesies yang sangat heterogen hidup dan berkembang di negeri ini. Berikutnya adalah potensi wisata, ada pantai, gunung, perbukitan, air terjun, danau, dan banyak lagi lainnya.

Lalu bagaimana dengan potensi sumber daya manusianya? Ada kebudayaan yang bisa diklasifikasikan dalam ratusan bahkan ribuan macam dengan tariannya masing-masing, rumah adatnya masing-masing, senjata khasnya masing-masing, makanan khasnya masing-masing, alat musiknya masing-masing dan bahasanya masing-masing.

Bangsa ini begitu mengagumkan, kalau kita menyadarinya. Kalau kita menyadarinya tidak ada satupun dari kita yang perlu menjadi pengangguran. Jalan-jalan di negeri kita tidak seperti di timur tengah yang kiri-kanannya gersang. Kebun-kebun di negeri kita tidak seperti Eropa yang hanya bisa produktif ditanami pada musim tertentu, tidak bisa dilakukan sepanjang tahun. Lahan di negeri kita tidak seperti Jepang yang sangat sempit dan terbatas. Pemukiman di negeri kita tidak seperti China bagian barat yang jauh dari pantai dan laut.

Potensi bangsa yang begitu besar ini diimbangi dengan potensi individu yang luar biasa dahsyatnya maka seharusnya cukup untuk mencapai hidup sejahtera dan mewujudkan bangsa yang dikagumi dunia. Penduduk Indonesia terkenal dengan keramahannya sebagai orang timur, bukan hanya ramah tetapi juga sopan menjaga aurat. Maka kita dan masyarakat Indonesia bukanlah masyarakat rendahan yang hanya pantas menjadi kaum golongan ketiga atau menjadi pelayan di negeri sendiri. Potensi tak terhitung yang kita miliki cukup untuk perlahan membalik paradigma sempit kita selama ini.

6. Memandang Heran

Inggris yang kita kenal saat ini, begitu mengagumkan, daerah persemakmurannya ada dimana-mana, termasuk Negara tetangga kita Malaysia. Bayangkan dengan Negara persemakmurannya saja kita kalah maju, apalagi dengan sang Inggris. Salah satu kotanya, Greenwich menjadi titik nol perhitungan waktu. Bahasanya menjadi bahasa internasional yang orang-orang kalau tidak fasih melafalkannya akan merasa minder dan rendah diri.

Amerika, orang menyebutnya sebagai adidaya. Bangsa manapun tidak bisa berkutik ketika sang adidaya menggunakan hak vetonya di lembaga internasional untuk memuluskan pencapaian ambisi mereka. Mata uangnya mendominasi perekonomian dunia, dollar. Sekalipun besar dan ditakuti, Amerika sering sekali menerapkan standar ganda yang menguntungkan kepentingan negaranya dan merugikan kepentingan negara-negara yang berseberangan kepentingan dengannya.

Jepang, menjadi negara yang sangat dikagumi dalam hal teknologi. Produk-produknya membanjiri pasar internasional, penjualan di luar negeri jauh melambung di atas penjualan di dalam negerinya sendiri. Kualitas prima yang dipersembahkan oleh putra-putri terbaik negeri matahari terbit itu sulit dikalahkan oleh bangsa-bangsa lainnya. Dan Jepang merupakan negeri yang mengagumkan ditilik dari etos kerja dan kedisplinannya. Disana loyalitas terhadap perusahaan dijunjung tinggi, dan efektivitas pemanfaatan waktu sangat diperhatikan.

Jerman, bersama Jepang menjadi rujukan iptek dunia. Dunia mengenal produk-produk terbaik diciptakan di negeri itu. Rakyatnya makmur, ekonominya jauh di atas bangsa-bangsa lainnya. Pemuda dari bangsa manapun akan sangat bangga bila bisa mendapat beasiswa dan melanjutkan studi di sana. Sistem pendidikannya maju dan kualitas lulusannya diakui dunia.

Namun, tahukah kamu bagaimana keadaan bangsa-bangsa terbesar di dunia beberap waktu silam? Apakah mereka besar karena memang besar? Jawabannya, tidak, tidak sama sekali. Bukan hanya karena aslinya besar maka sekarang besar bangsa-bangsa itu, tetapi bangsa-bangsa hebat itu membangun diri dengan perjuangan tertatih-tatih, dari keadaan yang begitu mengherankan, begitu terbelakang di awal.

Inggris, di Zaman keemasan Imperium Islam dulu hanyalah daerah yang kumuh dan becek. Masyarakatnya tidak mengenal mandi dan MCK, penyakit mewabah dimana-mana, tidak dikenal dokter, yang dikenal hanyalah dukun-dukun tahayul pengusir setan. Mereka sangat jauh dari ilmu pengetahuan, kelaparan dimana-mana, angka kematian sangat tinggi.

Amerika, awalnya hanyalah benua asing, yang kemudian ditemukan dan didatangi berbondong-bondong oleh orang Eropa. Maka, penduduk aslinyapun diberangus hingga terpinggirkan entah kemana, tetapi dengan tertatih-tatih dalam waktu yang tidak sebentar para pendatang itu mengembangkan sumber daya yang ada dengan pengetahuan yang dimiliki hingga akhirnya bisa menjadi adidaya seperti hari ini.

Jepang dulunya adalah negeri yang sangat tertutup, baru mengenal pembaharuan pada pemerintahan Meiji, mereka awalnya tidak mengenal teknologi dan pengetahuan modern, tetapi seiring dengan perjalanan waktu, mereka belajar, akhirnya bisa menjadi bangsa yang berdikari dalam hal teknologi. Kekuatan ilmu pengetahuan mereka diimbangi dengan kekuatan mental yang dibalut dengan spiritualitas yang begitu kuat, sehingga sekalipun berkali-kali ambruk dalam kegagalan, diantaranya ambruknya bangsa ini ketika dibom atom di Hirosima dan Nagasaki, tetapi bangsa ini cepat memulihkan kondisi bangsanya sendiri.

Habibie hanyalah satu dari sekian banyak ilmuwan Indoensia yang ikut berkontribusi memajukan iptek di Jerman. Jadi, kalau negeri bekas Nazi ini sekarang begitu maju dalam hal teknologi dan pendidikan, maka ada kontribusi besar bangsa kita di sana. Kenapa mereka mengembangkan ilmunya disana, tidak dinegerinya sendiri, Indonesia? Bukan salah mereka, salah bangsa sendiri, tidak menghargai ilmu pengetahuan dan orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan.

Kalau ditanya apa rahasia kebangkitan bangsa-bangsa miskin itu hingga menjadi digdaya seperti yang hari ini kita lihat? Jawabannya adalah ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan yang bukan sekedar disimpan di otak kita seperti buku yang disimpan di rak perpustakaan, tetapi ilmu pengetahuan yang diramu dengan imajinasi.

Inilah yang dimiliki bangsa-bangsa besar itu dan tidak dimiliki oleh bangsa kita, yakni menghargai pengetahuan dan menghargai orang-orang yang memiliki pengetahuan. Eropa bangkit melalui revolusi Industri yang dimotori oleh Inggris didahului dengan kegetolan memburu ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan mereka dapatkan dari peradaban maju sebelum mereka, Imperium Islam yang belum tertandingi kebesarannya hingga saat ini.

Pemerintah memberikan fasilitasi yang luar biasa seperti pemerintahan Spanyol yang membiayai misi perjalanan Colombus atau yang lebih hebat lagi adalah pemerintahan Meiji yang mendorong pemudanya untuk belajar ilmu pengetahuan dari luar Jepang hingga buku-buku bermutu dari dunia berbondong-bondong masuk ke Jepang dan diterjemahkan dalam bahasa Jepang.

Begitu juga Jerman, ilmuwan ditempatkan terhormat dan dilindungi disana. Maka pantaslah bisa negara-negara yang mau belajar, mau memfasilitasi rakyatnya belajar, mau menghargai materi belajar dan mau menghargai hasil belajar sekalipun di awal mereka miskin pada akhirnya bisa menjadi besar memukau siapapun yang memandangnya.

Mengembangkan Ilmu Pengetahuan adalah kunci kemajuan. Untuk memperbaiki sistem perburuan pengetahuan di negeri kita mula-mula kita harus berani kritis pada sistem pendidikan kita juga pada pola belajar kita sendiri. Kalau sistem pendidikan dan pola belajar hanya diarahkan untuk mencapai strata gelar tertentu, untuk mendapatkan nilai akademiki tertentu, untuk bsia menembus seleksi pencapaian profesi tertentu, maka proses peramuan ilmu pengetahuan dengan imajinasi, antara otak kiri dan otak kanan pastilah terabaikan.

Kalau proses peramuan itu terbaikan, maka ilmu pengetahuan akan menjadi statis, tidak berkembang. Kalau ilmu pengetahuan tidak berkembang, maka mustahil orang-orang cerdik pandai akan bisa menciptakan inisiatif perubahan kepada masyarakat dan bangsanya. Kalau tidak ada inisiatif perubahan, maka bangsa ini akan tetap statis, tidak bergerak menuju kea rah yang lebih baik.

Maka, sudah saatnya kita sebagai bangsa dan kita sebagai individu, menghargai ilmu pengetahuan dengan menempatkan pemahaman yang benar, bahwa ilmu pengetahuan diburu bukan sekedar untuk mencapai profesi tertentu, tetapi untuk diramu dengan imajinasi yang kita miliki, untuk melahirkan suatu inisiatif pembaharuan. Walaupun perubahan menuju arah pembaharuan itu kecil, tetapi kalau massif dilakukan oleh setiap orang, bila pada saatnya nanti jumlah inisiatif perubahan menuju pembaharuan itu mencukupi, otomatis, bangsa ini akan naik derajatnya dan memukau di mata dunia.

7/26/09

Fungsi Otomatis

Kata Eko Laksono, Critical Mass yang sedang dialami bangsa ini saat ini pada saatnya nanti juga akan berakhir. Itu otomatis, ketika semakin banyak orang yang mengerti tentang  kemajuan pribadi untuk kemajuan bangsa, ketika jumlah orang-orang yang sadar itu mencukupi, maka secara otomatis bangsa ini akan bangkit.

Begitulah, sebenarnya kesuksesan hanyalah sebuah result yang merupakan fungsi otomatis atas cause-cause sebelumnya. Oleh karenanya, tugas kita bukanlah memikirkan kesuskesan itu sebagai obyek, tetapi menjadikan diri kita subyek untuk fokus mengupayakan cause-cause hingga jumlahnya mencukupi untuk membuat tombol sukses ter-klik secara otomatis.

Misalnya, kita sudah belajar banyak hal, mengusahakan banyak hal, tapi kok hasil yang didapat tak seperti yang diharapkan, atau istilahnya sukses tidak kunjung tercapai. Ya sudah, mau bagaimana lagi, kesuksesan tidaklah hadir dengan kita menuntutnya, kita pikirkan dan perbuat saja apa yang bisa dan memungkinkan. Nanti kalau tindakan dan pemikiran kita secara volume sudah memadai, maka harga suksespun akan tertebus dan fungsi otomatis yang akan menghadirkan kesuksesanpun akan terklik.

Sehingga, kita musti sadari, bukan kapasitas kita menuntut diri dan mempersalahkan diri sendiri untuk mempertanyakan kesuksesan yang tak kunjung datang. Kapasitas kita hanya mengevaluasi, sudah seberapa banyak volume tindakan dan pemikiran kita yang searah konstruktif membangun kesukesan, jangan-jangan belum seberapa.

Percayalah, tidak ada yang sia-sia dan dalam sukses itu berlaku fungsi otomatis. Oke?

Printer Berdebu

Beberapa hari nggak dibersihkan, printer yang terpajang disamping lemari depan, tersambung dengan komputer bermonitor LCD Acer 15" ini sudah kotor berdebu. Wah, mengerikan ternyata di L22, sesuatu yang didiamkan beberapa lama akan otomatis terliputi debu.

Nah, begitu juga kalau diri kita yang didiamkan, apalagi diamnya di atas kasur, bisa-bisa berdebu pula diri kita. Semoga saja nggak sampai bikin otak berdebu.

Kisah Keledai : Kehidupan terus saja menuangkan tanah dan...

Suatu hari keledai milik seorang petani jatuh ke dalam sumur. Hewan itu menangis dengan memilukan selama berjam-jam semetara si petani memikirkan apa yang harus dilakukannya. Akhirnya, Ia memutuskan bahwa hewan itu sudah tua dan sumur juga perlu ditimbun (ditutup – karena berbahaya) jadi tidak berguna untuk menolong si keledai. Dan ia mengajak tetangga-tetangganya untuk datang membantunya. Mereka membawa sekop dan mulai menyekop tanah ke dalam sumur.

Pada mulanya, ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia menangis penuh kengerian. Tetapi kemudian, semua orang takjub, karena si keledai menjadi diam. Setelah beberapa sekop tanah lagi dituangkan ke dalam sumur, si petani melihat ke dalam sumur dan tercengang karena apa yang dilihatnya. Walaupun punggungnya terus ditimpa oleh bersekop-sekop tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan. Ia mengguncang-guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke bawah, lalu menaiki tanah itu.

Sementara tetangga-2 si petani terus menuangkan tanah kotor ke atas punggung hewan itu, si keledai terus juga menguncangkan badannya dan melangkah naik. Segera saja, semua orang terpesona ketika si keledai meloncati tepi sumur dan melarikan diri !


Kehidupan terus saja menuangkan tanah dan kotoran kepadamu, segala macam tanah dan kotoran. Cara untuk keluar dari ’sumur’ (kesedihan, masalah, dsb) adalah dengan menguncangkan segala tanah dan kotoran dari diri kita (pikiran, dan hati kita) dan melangkah naik dari ’sumur’ dengan menggunakan hal-hal tersebut sebagai pijakan.


Setiap masalah-masalah kita merupakan satu batu pijakan untuk melangkah. Kita dapat keluar dari ’sumur’ yang terdalam dengan terus berjuang, jangan pernah menyerah !

Ingatlah aturan sederhana tentang Kebahagiaan :


1. Bebaskan dirimu dari kebencian
2. Bebaskanlah pikiranmu dari kecemasan
3. Hiduplah sederhana
4. Berilah lebih banyak
5. Berharaplah lebih sedikit
6. Tersenyumlah
7. Miliki teman yang bisa membuat engkau tersenyum


Thkz mZ Dwi : http://dwiyuni.wordpress.com/2009/03/23/kisah-si-keledai/#more-251

Jangan Ditolong!

Seekor anak kekupu sedang berjibaku keluar dari kepompongnya. Bergeragal-geragal, tergapar-gapar. Aku kasihan melihatnya. Kubantu membebaskannya dari belenggu kepompong itu. Dan kau tahu akibatnya kawan? Dia tak mampu terbang sepanjang hidupnya.. Ah, kadang, ada pertolongan yang membunuh. Ya Allah, karuniakan padaku pertolongan dari sisiMu; pertolongan yang menghidupkan, menguatkan, mengayakan..

Salim A Fillah

7/25/09

Yang ingin saya kunjungi minggu ini, minggu depan dan dalam waktu dekat ini

1. KKN Tata (Sudah tadi)
2. Rumah Dknee, wah sepertinya udah lama nggak makan disana
3. Mafaza, jadwalnya on air, mana dipaksa-paksa suruh jadi guru ngaji pula. Jan pengen banget jane, biar bisa ngajarin ade ku dirumah ngaji Iqro 2, huehe

4. Bu Puji Sumpiuh, perlu banyak koordinasi nih kita bu
5. Pemalang, tapi seandainya bisa saya mending nggak ikutan deh, ngerjain yang lain yang lebih penting
6. Pa Eka Telkomsel, biar deh diwakilin sama Andri, semoga deal 2juta/bulan lagi ya

7. Pa Mungkas, diwakilin Andri juga ah, makasih banner gratisnya Speedy
8. Mas Empit di Serambi, kalau yang ini diwakilin Naim dan Karyanto bereslah. Kalau masih kurang yang mewakili nanti aku hubungi Meita Syahreza deh

9. Mas Arif Rahutomo, untuk ngobrolin rencana kita tentang The Power of Mind, mas Arif pengen menebar sedekah se-Indonesia, saya pengen bikin training gratis Seribu Semangat Ramadhan nanti, proposal udah siap nih
10. Rumah Bapak-Ibunya Cryo, lama tak berkunjung
11. Rumah Pak Firdaus, ngambil buku yang dia pinjam dan pinjam buku yang dia mau pinjamkan
12. Rumah Ayu, tepatnya Rahayu Fajri, mau mendukung persiapan seminar dia Rabu
13. Semoga Allah mudahkan jalan untuk saya banyak-banyak silaturahmi, jauh lebih banyak dari sekarang,

*berdoa sambil mengetik

Ember dan Pipa (2) Mencapai Keseimbangan Perlu Waktu


Beratnya merancang pipa, ternyata memakan banyak waktu, mana tenaga dan pikiran sudah terkuras banyak. Apa iya, mas Pipo harus tergiur untuk mengikuti jejak mas Embro yang jelas-jelas dia sudah mendapat upah besar dari setiap ember air yang dia suntekkan ke tandon penampungan air kerajaan?

"Ih, enggak banget deh. Pecundang kali", begitu pikirnya. Tapi begitu, pekerjaannya hampir mandeg, buntu inspirasi, lelah euy dan bawaannya males melulu karena nggak kunjung terlihat hasil yang menggembirakan.

Mana diluar prediksi, konstruksi penyangga pipa ternyata berdiri di atas tanah yang labil, pipa mleot, air tumpah nggak sampai di jarak dimana pipa sudah terpasang, yah, capek deh. Belum lagi ternyata pipa yang dibuat ukurannya kurang match satu sama lain. Mana bikin pipa yang hanya mengandalkan dari uang sekadarnya, ditambah upah dia sesekali menyetor ke kerajaan beberapa ember air nggak banyak dalam setiap minggunya.

Memang, Mas Pipo nggak sendirian, dibantu beberapa orang. Karena memang satu orangpun nggak akan ada yang bisa mengerjakan konstruksi pipa canggih seperti yang tergambarkan yang sering dia presentasikan ke public itu seorang diri. Perlu ada orang yang membukakan jalan, perlu ada yang memegangi penyangga yang belum kokoh betul, perlu ada yang menyiapkan pipa, perlu ada yang menyambung, perlu ada yang menjaga debit air di hulu, yah...

Tapi, apa yang musti Pipo lakukan ketika ada yang tidak menjalankan fungsinya dengan baik? Pipo sadar, dia cuma bisa memberi beberapa teguk air dan sedikit makanan saja, belumlah cukup untuk membuat mereka hidup layak apalagi penuh semangat menggarap saluran canggih itu.

Pipo sadar, ini semua belum seimbang, makanya saluran pipa yang sudah tersalur panjang belum teraliri semua karena ada bagian pipa yang mleot sehingga air tumpah di jalan. Begitu juga orang yang bertugas di bagian debit mulai jenuh karena sudah lama dan capek menguasahakan, hasil tak kunjung terlihat.

Belum lagi yang ada di ujung hilir, mereka hanya bengong terpaku bingung mau ngapain, mau buat sambungan baru nggak ada bahannya, mau ngukur-ngukur apanya yang diukur, mau minum, airnya belum sampai kesitu.

Mana mereka paling dekat dengan pusat keramaian kota pula, pedas kali celaan orang yang nggak ngerti visi besar pembangunan pipa itu. Ya, ini pipa, bukan sekedar talang air dari bambu yang dua hari sekali menggeol, rusak, putus dan harus selalu diperbaiki dua hari sekali, kalau cuma talang air si bisa digarap sendiri. ini adalah pipa permanen yang mampu mengalirkan air dengan debit besar.

Pengorbanannyapun besar, ada yang terbengkalai, ada yang tidak menadapat haknya dengan layak, ada yang patah semangat nggak maksimal bertugas di posisinya, ada yang mulai tergiur dengan Embro yang agaknya tabungannya sudah banyak karena memang dia rajin setiap hari setor air dengan embernya.

Pipo hanya diam, yang penting melakukan apa yang bisa dilakukan aja deh, lalu apa yang mungkin, dan pasti hasil luar biasa akan OTOMATIS mereka dapatkan juga nanti. Yakin itu, yakni saat keseimbangan kerja dan keseimbangan pemenuhan hak telah tercapai. Pipo cuma bilang "semua ada waktunya.."

Bersambung...

Niteni Siapa Hayo...

Ilmu titen mungkin dekat dengan apa yang dalam dunia pengembangan diri disebut sebagai "intuisi". Misalnya seorang petani Jawa, bisa menemukan waktu yang baik untuk mulai menanam padi dengan "niteni" penanggalan Jawa dan musim yang terjadi.

Nah, ilmu titen ini merupakan satu pola yang terbentuk dari kumpulan pengalaman yang berulang-ulang, oleh karenanya kebanyakan yang mempunyai ilmu ini adalah para orang tua, yang sudah berumur, yang sudah mengalami asam garam kehidupan.

Begitu pula dalam membaca karakter orang, seringkali beberapa orang bisa mendefinisikan sifat dan kepribadian (personality) orang lain walau baru sekali bertemu. Ini bisa jadi karena intuisi, tetapi secara logis ini dapat dijelaskan sebagai buah dari ilmu titen.

Misalnya, karena kebiasan seseorang bertemu dengan banyak orang, maka ia berulang-ulang mendapati bahwa kalau orang bertingkah seperti ini tandanya dia punya karakter ini, kalau kata-katanya seperti ini, raut mukanya, gesturnya dan sebagainya semua walau baru melihat singkat, ia bisa menentukan tipikal seperti apa orang yang dia hadapi.

Bukan hanya tipikal orang itu, tetapi juga lebih luas bisa menyangkut bagaimana kecocokan orang yang ia temui dengan dirinya, atau dengan orang lain yang ia hubung-hubungkan. Kan kita semua tahu, bahwasannya ada prinsip keseimbangan dalam berjodoh, istilahnya soulmate itu saling melengkapi, sehingga dengan membaca hal-hal yang tampak dari sikap, ucap, mimik dan gerakan dua orang atau lebih, dengan ilmu titen yang terus dipelajari, bisa dihipotesiskan kecocokan mereka berdua, peluang yang satu tertarik dengan lainnya dan sebaliknya atau bahkan saling tertarik, begitu juga potensi untuk slek.

Berjodoh bukan hanya perkara agama dan ilmu, tetapi juga sebagai manusia pastilah melibatkan kecocokan batin yang bisa jadi antara seorang dengan lainnya berbeda porsi prioritasnya. Ada yang sangat dominan tetapi juga ada yang hampir-hampir mengabaikannya sebagai faktor ketiga.

Untuk yang sedang jatuh cinta, selamat menjaga dan menata hati, terus dinikmati proses indahnya, tapi jangan lupa diri loh ya. Ccao...

Ember dan Pipa (1) Menyakitkannya Ujian Keyakinan


Alkisah ada dua Sarjana Universitas Negeri Sekali yang berakreditas A++, bernama Mas Embro dan Mas Pipo. Dua-duanya ternyata memilih jalan yang berbeda, walau tetap kariernya mereka kembangkan di dunia perairan. Mereka bekerja di dua perusahaan kontraktor pengairan di kerajaan terkorup di dunia tempat mereka dilahirkan.

Mas Embro diterima kerja sebagai karyawan di perusahaan itu, tugasnya adalah mengangkut air dengan ember dari pinggiran kota ke istana raja. kok? iya, karena raja sangat cinta tanah air, jadi tidak mau menggunakan produk-produk luar negri macam sanyo dan semacamnya.

Lalu bagaimana dengan Mas Pipo? Mas Pipo itu kebanyakan ikut training motivasi, akibatnya dia nggak mau melamar kerja, eh, dengan modal dengkul dan otaknya dia merintis sebuah perusahaan pengairan sendiri.

Karena tidak punya modal banyak, dia nggak bisa membeli ember yang banyak untuk modal usahanya, apalagi menggaji orang untuk ngangkutin ember-ember itu. Dia hanya memakai dua pundaknya untuk memikul air dengan tempayan yang dia punya.

Ah, tapi dia mikir, masa si harus begitu terus? capeklah, akhirnya di merenung di Goa Selarong, dan menemukan inspirasi untuk membuat saluran air dari pipa. Dan apa yang terjadi? yang terjadi adalah bingung... lama cuma browsing2 di dalam Goa Selarong, paling sibuk cuma nggunting kuku atau facebookan.

Akhirnya, tergagaslah ide, menembang bambu, memboboknya dan menjadikannya pipa yang panjang, lalu disangga dengan bambu2 lainnya... praktis karena sibuk ngurusin bambu, setoran air ke kerajaan berkurang, dicemoohlah oleh sang raja, dibandinngkan sama si embro yang setoran airnya mengalir terus,

Yah, siapa yang nggak down dikatain raja begitu. tapi maua bagaimana lagi, kalau harus menyerah sudah kehilangan start, kalah jauh ma Embro.

Pusing, gimana nih, bambunya bocor terus, mleot, penyangganya rubuh2 mulu, mana nggak ada setoran air lama semakin dihina kerajaan, ah remeh seklai kayaknya hasil kerja kerasnya itu.

Tapi setelah sekian lama, akhirnya Pipo menyadari bahwa kesulitan dan cemooh orang itu cuma ujian yang menguatkan keyakinan seperti kepomopng yang menguatkan sayap kupu-kupu. akhirnya pipa jadi, air mengalir dan ...

tahulah apa yang terjadi? mas Pipo ungkang-ungkang, sementara mas Embro masih lalu lalang ngangkutin air dengan embernya.

(dengan perubahan dari : vcd yang diputer guru BK pas SMA)

Terpikir sesuatu?

Young Entrepreneur Indonesia 2009

Berikut ini deretan nama-nama pengusaha yang berkontribusi terhadap perekonomian nasional dan menginspirasi dunia pengembangan diri dalam negeri. Sudah mulai banyak nih, nanti kalau semakinj banyak, hingga jumlahnya mencukupi, maka otomatis negeri ini akan lepas dari critical mass dan masuk pada zaman kegemilangan ketiganya, setelah Sriwijaya dan Majapahit dulu.

RIANITA N
Pengusaha Laundri yang oleh Huda dipopulerkan dengan istilah SL atau Semangat Londri, yang padahal nama resminya menurut badan penamaan resmi usaha-usaha adalah Rumah Cuci Semangat. Selain menghandle dari hulu ke hilir Rumah Cucinya, dia juga concern menjalankan usaha Burger

KARYANTO
Peternak kelinci, kelinci-kelinci dibuat menjadi besar di perkandangan yang dia bangun di KIC (Kawasan Industri Cilongok), setelah menjadi besar dan manstab maka siaplah dijual. Ada banyak varian kelinci, untuk kemitraan yang dia bangun sendiri adalah dengan Purbalingga dan Bandung

FIKRY AF
Menjadi Manajer pelaksana program-program SDTC yang merupakan lembaga training pelajar pertama di Purwokerto yang sudah 3 tahun eksis menjamah Purwokerto dan Jawa Tengah. Mulai dari kegiatan insidental, in house program ditawarkan (ditawarkan sampai ada yang mau enggak nih, apa sekali menawarkan berhenti, huehe), ke depan SDTC akan menggarap formula program yang memungkinkan SDTC bermitra secara tetap dengan sekolah-sekolah.

NARKIM DP
Saat ini sibuk di posisinya sebagai divisi humas yang berjasa besar dalam proses distribusi informasi surat dan penyebaran koran dinding semangat donk. pekerjaan lainnya adalah menjadi calo kereta api (hehe bcanda).





M. HUDA PRAKOSO
Menjadi manajer teknis SDCP yang merupakan RT RW Net yang sedang dikembangkan di perumahan-perumahan di Purwokerto. Kalau pelanggannya jumlahnya terus meningkat, nantinya SDCP akan menjadi parameter duplikasi usaha serupa untuk perumahan-perumahan lain yang jumlahnya demikian banyaknya di kota ini dan sekitarnya. (Antenanya segera dibenerin tuh)



HILMY NUGRAHA
Menjadi ketua APES (Asosiasi PEngusaha Sukses) Purwokerto, mengkoordinasi jalannya unit-unit mandiri untuk bisa dilepas secara mandiri menjadi unit bisnis nantinya. Kesibukan lainnya adalah menggawangi operasional Distro Semangat Donk.





WAHYU ANDRI
Kesibukannya masih begitu-begitu saja, pengadaan mobil dan pencarian pembicara untuk seminar-seminar berskala nasional. Selain itu dia juga menghandle jalannya warnet Semangat dan menjadi salah satu executive staf di perusahaan cetak SPC (SPC sedang dalam masa percobaan pergantian nama, nanti baiknya gimana pada Agustus 2010 peresmiannya)



AZIS CAHYADI
Pengusaha puyuh profesional yang mampu mengembangkan usaha ini walau dari modal yang sangat terbatas, baginya keterbatasan modal merupakan celah-celah belajar dan kesempatan untuk menerapkan langkah-langkah strategis untuk mendukung pola konstruktif kesuksesannya

KUSWORO
Pendiri, pemilik dan pimpinan SPEC Purwokerto, sebuah pusat belajar Bahasa Inggris yang menggunakan terobosan metode terbaru. Merupakan satu inovasi penting dalam dunia pendidikan kita yang patut dikembangkan.

SUGIANTORO (AAN-BETUTU)
Pengusaha Pisang Ijo Sukses, sebuah resep makanan Makasar yang dikembangkan di Purwokerto. Dengan slogan segar dan mengenyangkan, Pisang Ijo hadir di depan kampus pusat Unsoed memenuhi dahaga pejalan kaki dan pemotor yang lalu lalang melewatinya




AHMAD SAHAL
Seorang pengusaha yang maju dan mapan, dengan counter hapenya yang bernama counter majumapan yang merupakan singkatan dari Lima Tujuh Lima Delapan, selain itu dia juga masih isitqomah di dunia jurnalistik, konsisten dengan profesinya sedari dulu yakni sebagai loper koran. Dan sebenarnya core bisnisnya adalah sebuah usaha kuliner bernama Sega Ijo, yang terkenal dengan Ayam Goreng Numani, Nasi Goreng Semrawut dan Es Teh 12-nya.

KUKUH PRASETYO
Seorang distributor Lele kawakan yang memiliki jaringan dengan dunia usaha perikanan dan departemen perikanan ini memiliki sisi lain bisnis mengelola rumah makan dan katering "A Gie" (mungkin blow up nama baru dari Aa Gym???)

HENDRO SUKOCO
Penerus Pak Made yang mencengkeram banyak bisnis real di Purwokerto ini, usahanya banyak begitu juga kesibukannyapun banyak.

ISWA
Pengusaha Ayam yang kesibukan setiap harinya menunggui telor-telor keluar dari peraduannya. Selalu update memantau harga telor di pasar tradisional maupun modern

AMBAR
Pengusaha kerudung muslimah (ya iyalah, mana ada kerudung muslim, apalagi kerudung nono-muslim) yang biasa menjajakan dagangannya lewat internet.