Kemudian saya menemukan tulisan lainnya,
1. Otorianisme
Bahwa tindakan Rizky yang cenderung memaksakan tidaklah selalu diartikan negatif, seperti yang sering dikatakan Arif RH, bahwa tidak semua yang dipaksa itu jelek. Kalau ada unsur pemaksaan, lebih pada bagaimana dia mengarahkan untuk gigih, untuk getol, untuk ngotot.
Ada banyak sekali kebijakan-kebijakan yang justru merupakan hasil akomodasi dari inisiatif orang lain dia jalankan hingga menghasilkan sesuatu yang wujud. Jadi, terlalu naif kalau belum-belum sudah menjustis bahwa sikap-sikap dia adalah otoriter.
Lepas dari semua itu, yang saya tahu Rizky tidak punya Grand Design apapun. Memang, di blog pribadinya ditampilkan proposal hidup, banyak juga ditemukan tulisan-tulisan dia yang merupakan mimpi-mimpi yang kadang sangat tidak realistis. Tapi, semua itu bukanlah suatu konspirasi untuk menggoalkan suatu maksud kepentingan pribadinya, tetapi hanyalah trigger untuk memacu percepatan progress belajar dan progress bekerja dia dan timnya.
2. Raksasa Bisnis
Pernah lihat santri yang meminta-minta di tengah perjalanan untuk membangun masjid dan madrasah? Atau sekumpulan mahasiswa dengan jas almamater yang meminta-minta untuk melaksanakan sebuah bakti sosial? Bagaimana perasaan kita menyaksikan semua itu?
Memang, untuk menolong orang lain, kita harus bisa menolong diri sendiri terlebih dahulu. Memang tidak jelek menyelenggarakan bakti sosial, tapi bukankah lebih bernilai ketika itu diambil dari uang sendiri, ketimbang meminta-minta kebaikan orang. Saya tidak tahu bagaimana derajat seorang makelar kebaikan.
Begitulah, bangsa ini tidak butuh nasehat. Bangsa ini butuh teladan. Kalau ada perusahaan raksasa nasional yang memiliki anggaran CSR sepersepuluh dari kekayaan perusahaan itu, semakin besar perusahaan itu, semakin besar pula dampak tertolongnya. Berapa perusahaan lain yang akan bisa diajak untuk meniru dan bersinergi memperluas program-program aksi nyata sosial nantinya.
Begitulah, sisi kapital diperlukan untuk memutarbalikkan mainframe bersosial itu memberikan subsidi menjadi bersosial itu memandirikan orang lain. Bedanya dengan Group Bakrie atau Group Kalla ada dua, pertama : perusahaan ini jauh lebih besar. Kedua, komisaris perusahaan ini menitikberatkan pada kontribusi sosial bukan semata-mata memperbesar sayap bisnis menumpuk uang tanpa maksud.
3. Kebebasan bertindak
Semuanya entrepreneur, semua terbuka untuk mengikuti pelatihan. Maka wajar bila yang satu tidak bisa didikte oleh yang lain. Fungsinya hanya seperti kuncup payung, merekatkan kesemua sisinya agar tetap bisa meneduhi.
Saya melihat betapa derasnya guyuran arus kontradiktif bagi mereka-mereka yang menjalankan usaha seorang diri, itulah kenapa baik secara formal maupun nonformal semua pengusaha cenderung memperioritaskan untuk mencari mitra.
Oleh karena itu, fungsi dia tidaklah boleh melampau batas pada urusan privat bidang usaha yang lain. Itu agar tidak ada yang merasa terdikte dan tertekan, maka wajar bila efek sampingnya adalah sikap yang terasa cuek. Namun demikian, sebenarnya pada bidang2 yang terlihat digarap dengan tidak serius, dia menyiapkan sejumlah daftar solusi yang pada saat yang tepat dia komunikasikan.
4. Mengembalikan fungsi kelompok
Disadari atau tidak, etos belajar secara umum telah menurun. Begitu juga idealisme bekerja sudah berubah tidak seperti dulu, kini semuanya serba spesifik, pilih-pilih. Ini tidak bisa dibiarkan, tetapi bukan hal yang murah memulihkan keadaan ini. Tidak ada yang butuh nasehat, karena semua sudah hafal rumus-rumus sukses. Tidak ada yang butuh training, karena semua sudah merasakan segala jenis training.
Rizky tidak bisa memberikan solusi dalam waktu dekat, karena disini peran uang bermain. Dengan manajerial yang lebih profesional, daftar hak, kewajiban, pelaporan dan maintenance SDM akan lebih tertata. Namun demikian, sistem manajerial membutuhkan dana untuk menopang overhead bulanan yang tidak sedikit. Minimal pendapatan yang memenuhi standar normal.
Sangat logis, tanpa kesiapan finansial untuk membeli semua SDM itu, yang bisa dilakukan hanya dua. Pertama, membuka kesempatan sharing seluas-luasnya dan kedua, berdoa.
No comments:
Post a Comment