7/30/09

10 Pelajaran Kepemimpinan dari SBY

1. Narsis
Pemimpin yang narsis itu tidak enak di pandang. Ingat kata Les Giblin, tidak usah menceritakan prestasi dan kiprah diri, kecuali memang orang menanyakannya, itupun seperlunya saja. Percayalah pada fungsi otomatis, kalau memang prestasi dan kiprah diri kita pantas dikenang, orang lainlah yang akan mengungkapkannya.

2. Mudah Tersinggung
Orang yang berjiwa besar tahu caranya menelan kritik, cemooh dan serangan dari orang lain. Selalu bisa menemukan sudut pandang yang paling tepat ketika orang lain berkata pahit tentangnya. Kalau kata Aa Gym, Kritik itu tanda sayang, kita terima saja untuk membangun.

3. Mencla-Mencle
"Sabda Pandita Ratu, Tan Kena Wola-Wali", memang seorang pemimpin tidak boleh sembarang bicara. Kalaupun sudah terlanjur bicara, jangan mudah mengubah apa yang sudah dikatakannya. Kalau kata Henry Ford, Pemimpin yang Handal akan cepat membuat keputusan, tetapi lambat mengubahnya.

4. Normatif
Postingan ini saya ketik pas Pak SBY sedang pidato. Berbicara, baik komunikasi personal maupun komunikasi public bukan hanya soal hubungan antara mulut dengan telinga, tetapi yang lebih dalam adalah soal hati dengan hati. Inilah yang lebih berperan. Bagaimana agar tidak normatif? Pertama, milikilah pengetahuan lapangan yang real dengan detail. Kedua, ucapkan hanya yang sudah Anda lakukan, bukan yang sebaiknya Anda ucapkan. Kalau kata Soekarno, "Yang saya kagumi dari HOS Cokroaminoto adalah dia mengajarkan bukan apa yang seharusnya baik untuk dilakukan orang, tetapi apa yang baik dan telah Pak Cokro lakukan", dia mengajarkan bukan apa yang baik, tetapi apa yang baik dan memang sudah melekat ia lakukan pada dirinya sendiri.

5. Menjelek-jelekkan orang
Bagaimana gaya orang bercerita tentang orang lain dengan menjelek2kannya, setidaknya seperti itulah dia menjelek2an kita kepada orang lain ketika kita tidak ada

6. Berat Meminta Maaf
Selalu melemparkan kesalahan orang lain pasangannya adalah berat meminta maaf. Padahal kata Andres, tiga kata cinta itu "maaf", "bantu" dan "terima kasih". Orang besar bukan dia yang tidak pernah salah, jadi tidak usah merasa jelek dengan mengakui kesalahan dan meminta maaf.

7. Visi Jelas
Ini kata kompas, dari tiga kandidat capres, hanya kandidat nomor 2 lah yang tidak bisa menjabarkan secara detail dan real visi ekonominya. Pemimpin jalannya bukan mengalir, pemimpin itu mengcreate suatu hal yang baru. Ini pesan Yusuf Kalla dulu, "Pemimpin itu bukan perkara membuat semua orang senang padanya, pemimpin adalah mau dikatai apa yang penting yakin dan terus berjalan melahirkan suatu produk dari kepemimpinannya yang merupakan idealisme sang pemimpin".

8. Tegas
Bukan mengacuhkan kalau ada bawahan yang memasang iklan ilegal, membuat penghinaan, atau timnya diisukan SARA yang menyakitkan. Tetapi turun, ambil sikap. Mana yang harus dijelaskan dengan gamblang yang dijelaskan, mana yang harus diberhentikan ya diberhentikan.

9. Teliti
Memalukan kalau seorang pemimpin ditipu anak buahnya sendiri, hingga data dan fakta palsu itu menjadi acuan pernyataan yang mempengaruhi banyak orang. Harus teliti, mana data yang benar dan mana data yang kurang valid.

10. Mendidik
Orang besar itu bukan membodohi, asalkan tetap semua orang memujanya. Tetapi pemimpin itu mencerdaskan, tanpa cemas dia akan ditinggalkan, akan tersaingi atau resiko pahit lainnya. Kepemimpinan yang mecerdaskan ditandai dengan dia akan memiliki kader sesudah masa kepemimpinannya berakhir dan kadernya itu berkualitas.

Postingan ini tidak sedang menjelek2an SBY, saya tidak bilang 10 kejelekan SBY dan tidak bermaksud seperti itu kok. Cuma dari berita-berita tentang beliau saya dapat point pelajaran ini.

No comments:

Post a Comment