7/31/09

Empat Hal yang Mahal Harganya

1. Cerita bakul manuk-manukan kini berganti menjadi ceita bakul es pisang ijo. Bagaimana harus mendorong gerobak, berjalan kaki ke pasar, memasak pakai pawon yang berasap dan sungguh repot, dan sebisa mungkin untuk tidak tutup kecuali terpaksa.

Apa harus menikah dulu untuk bisa seperti itu? Itulah mahalnya Ketekunan.

2. Di Sumpiuh saya sudah bolak balik membeli balok kayu, pikir saya sudah percaya lah sama sang bakul makanya saya minta dipilihkan yang lurus. Eh apa ternyata, justru saya dikasih yang bengkok.

Persoalan folding gate yang ternyata kualitasnya rendah, catnya cuma satu muka dan rodanya 1:3, lalu cat yang tiba-tiba habis, lalu ini dan itu membuat saya berpikir, fuih, masa dimana-mana dibohongi. Ini baru sumpiuh belum Purwokerto, belum Semarang, belum Jakarta.

Memang mahal ya Kejujuran.

3. Ke Dinas pendidikan dengan mengoptiomalkan perjuangan deal hingga taraf 150%, eh dibilang ngoyo, dibilang terlalu memaksakan.

Silahkan dibantah deh kalau apa yang saya bilang salah, bahwa hampir semua bahkan mungkin semua orang yang sukses itu melakukan yang sama : mengerjakan sesuatu dengan sungguh-sungguh, sepenuh hati, pikir dan sikap.

Begitulah bagaimana Kegigihan menjadi mahal.

4. Keputusan, apalagi keputusan yang sudah diucapkan, baik oleh seorang pemimpin maupun orang biasa sesungguhnya menjadi hal yang membuat malu kalau kita mengubahnya dengan gampang.

Maka belajarlah untuk memiliki Konsistensi. Mahal itu.

No comments:

Post a Comment