7/30/09

Bisnis itu Masalah Moral, Etika Tepatnya

Misalnya, saya dulu belajar mengajar kursus Microsoft Office di sebuah rental komputer di Purwokerto, lalu saya merasa Pe De telah bisa mengajar. Dengan sedikit ilmu manajemen yang saya miliki, saya buat sendiri kursus serupa dan menyaingi rentalan semula, menurut saya ini kurang baik.

Atau lain kisah ketika saya memesan foding gate dan teralis, karena jadi terlalu cepat sehingga saya ditodong uang pelunasan segera. Setelah semua saya lunasi, ternyata finishing tidak memuaskan, apa yang saya minta tidak semuanya dipenuhi "yang penting udah lunas inih", begitu mungkin pikir si tukang. Nah, jadinya saya juga ilfeel, tau gini nggak dilunasi dulu. hal seperti ini juga kurang etis.

Begitu juga, misalnya dulunya saya dibekali pengetahuan dan skill ilmu cetak, sablon dan offset dari sebuah perusahaan, lalu ada pikiran untuk mencari celah agar bisa jalan sendiri, inipun kurang bijak saya rasa.

Atau misalnya ada pihak mengajak kerja sama, tetapi agar kredibilitas pihak itu terangkat dia berargumen pada saya panjang lebar dan menjelek-jelekkan orang atau lembaga lain, sayapun kurang sreg dengan ini. kurang gimana gitu.

Begitulah, bisnis itu bukan cuma perkara "heh, kalau cuma gini saya jalan sendiri si juga bisa", kurang bermoral dan tidak beretika namanya. Lupa diri itu.

Ini adalah sekelumit pelajaran dari August Rush The Movie, dimana si August tidak melupakan seorang preman jalanan yang telah mengenalkan dia tentang bakat terpendamnya, mengajarinya mimpi dan dia mengatakan kepada orang-orang "dia yang mengajariku, semua yang aku tahu sekarang".

Jadi, setelah merasa hebat, jangan lupakan orang-orang yang sudah mengantarkanmu menuju kehebatanmu sekarang. Apalagi mengkhianati mereka hanya sekedar karena ingin berbisnis dengan keuntungan lebih besar. Bisnis itu mulia, karena ada soal moral, ada etika disana.

Nah, terpikir sesuatu? Apakah kamu pebisnis sejati? Atau sekedar pencari materi?

No comments:

Post a Comment