7/25/09

Ember dan Pipa (1) Menyakitkannya Ujian Keyakinan


Alkisah ada dua Sarjana Universitas Negeri Sekali yang berakreditas A++, bernama Mas Embro dan Mas Pipo. Dua-duanya ternyata memilih jalan yang berbeda, walau tetap kariernya mereka kembangkan di dunia perairan. Mereka bekerja di dua perusahaan kontraktor pengairan di kerajaan terkorup di dunia tempat mereka dilahirkan.

Mas Embro diterima kerja sebagai karyawan di perusahaan itu, tugasnya adalah mengangkut air dengan ember dari pinggiran kota ke istana raja. kok? iya, karena raja sangat cinta tanah air, jadi tidak mau menggunakan produk-produk luar negri macam sanyo dan semacamnya.

Lalu bagaimana dengan Mas Pipo? Mas Pipo itu kebanyakan ikut training motivasi, akibatnya dia nggak mau melamar kerja, eh, dengan modal dengkul dan otaknya dia merintis sebuah perusahaan pengairan sendiri.

Karena tidak punya modal banyak, dia nggak bisa membeli ember yang banyak untuk modal usahanya, apalagi menggaji orang untuk ngangkutin ember-ember itu. Dia hanya memakai dua pundaknya untuk memikul air dengan tempayan yang dia punya.

Ah, tapi dia mikir, masa si harus begitu terus? capeklah, akhirnya di merenung di Goa Selarong, dan menemukan inspirasi untuk membuat saluran air dari pipa. Dan apa yang terjadi? yang terjadi adalah bingung... lama cuma browsing2 di dalam Goa Selarong, paling sibuk cuma nggunting kuku atau facebookan.

Akhirnya, tergagaslah ide, menembang bambu, memboboknya dan menjadikannya pipa yang panjang, lalu disangga dengan bambu2 lainnya... praktis karena sibuk ngurusin bambu, setoran air ke kerajaan berkurang, dicemoohlah oleh sang raja, dibandinngkan sama si embro yang setoran airnya mengalir terus,

Yah, siapa yang nggak down dikatain raja begitu. tapi maua bagaimana lagi, kalau harus menyerah sudah kehilangan start, kalah jauh ma Embro.

Pusing, gimana nih, bambunya bocor terus, mleot, penyangganya rubuh2 mulu, mana nggak ada setoran air lama semakin dihina kerajaan, ah remeh seklai kayaknya hasil kerja kerasnya itu.

Tapi setelah sekian lama, akhirnya Pipo menyadari bahwa kesulitan dan cemooh orang itu cuma ujian yang menguatkan keyakinan seperti kepomopng yang menguatkan sayap kupu-kupu. akhirnya pipa jadi, air mengalir dan ...

tahulah apa yang terjadi? mas Pipo ungkang-ungkang, sementara mas Embro masih lalu lalang ngangkutin air dengan embernya.

(dengan perubahan dari : vcd yang diputer guru BK pas SMA)

Terpikir sesuatu?

No comments:

Post a Comment