7/29/10

Halaman Pertama, Urutan Pertama

Gagal posting 1 artikelpun di Kompasiana Blogging Day, malamnya saya rilis saja dua tulisan terkait itu. Bukan emosi, hanya tawaran solusi untuk penyelenggara. Karena ratusan peserta yang gagal posting sudah cukup legowo dan lapang dada menerima kesalahan sistem yang terjadi, maka sudah sepantasnya panitiapun ksatria legowo mengakui kesalahan, memberikan keterangan gamblang dan memberikan pertanggungjawaban. Apalagi ada proses vote artikel sampai pertengahan Agustus nanti.

Satu dari dua tulisan saya tentang protes berisi usulan konstruktif itu ternyata ditangkap mesin pencari google dan didudukkan di halaman pertama, urutan pertama pula pada clue pencarian : Kompasiana Blogging Day.

Kompasiana Waiting Day

Sudah menyiapkan waktu khusus untuk Kompasiana Blogging Day, 100 menit nge-blog hari ini dengan iming-iming 23 hadiah menarik, eh malah tepat jam 14.00 website Kompasiana.com Error. Jadinya Bukan Kompasiana Blogging Day lagi deh... Kompasiana Waiting Day

7/24/10

Menuju Mata Air

Dua orang pengembara sedang mencari air, orang pertama memilih berkembara langsung ke hulu sungai, agar bisa mendapatkan air langsung dari mata airnya yang jernih dan murni.

Seorang lainnya merasa tidak kuat kalau harus mendapatkan air baru di hulu, maka iapun menuju hilir. Di hilir air memang tidak sejernih di hulu, tetapi si pengembara tahu, sekalipun ada bagian yang keruh, tapi ini tidak berbahaya. Ia meminum air di hilir itu, sambil berinteraksi dengan orang-orang yang ada disekelilingnya. Tanpa sungkan, kepada orang yang ada disekelilingnya ia minta diajari bagaimana caranya mengambil air, agar kemanapun ia pergi ia bisa mempunyai simpanan air untuk cadangan dirinya, agar kemanapun ia pergi ia bisa berbagi air ke sebanyak-banyaknya orang.

Maka, bergulat dengan air hilir yang kadang keruh, ia belajar membuat timba, membuat kantong penampungan. Belajar mengambil, menyimpan dan mendistribusikan air. Singkat cerita akhirnya si pengembara itupun mahir. Berbekal air hilir yang kadang keruh itu, ia bergegas berhijrah, mencari tempat yang lebih jernih, sambil meminumunya, sambil membagikannya kepada orang2 yang ia temui, tanpa terasa akhirnya ia telah sampai ke hulu, ke tempat mata air itu.

Bertemulah dengan si pengembara pertama, ketika pengembara kedua sudah begitu mahirnya mengambil, menyimpan dan membagikan air, maka air jernih yang bisa ia ambil dari mata air itu begitu banyak, lalu ia simpan dan ia distribusikan. Namun, si pengembara pertama tidak mempunyai keahlian apa-apa dalam mengambil, menyimpan dan membagikan air. Akibatnya, ia tidak pernah berani meninggalkan mata air. Ia takut sekali, menghindari sekali air hilir yang keruh yang dibawa oleh orang-orang dari hilir yang kebetulan mendekatinya. Dan ia tidak pernah mempunyai kesempatan turun ke perkampungan membawa air jernih itu untuk dibagikan kepada sebanyak2nya warga kampung di dekat hilir sana.

Dari mata air memang jernih, tapi apakah cukup untuk dikonsumsi sendiri. Hm, ternyata kitapun butuh bisa ahli untuk membagikannya.

Kumpul Blogger

Sedulur2 blogger se-Banyumas lan sekitarane, saben minggu esuk jam 7.30 komunitas blogger banyumas "Bawor" nganakna kumpul-kumpul nang alun-alun purwokerto, digoleti baen nang kolem tiang bendera.

Kepriben, pada kepengin melu ora? wong anyar ora usah rikuh, asal nduwe blog, arep aktif apa ora bloge, teka baen, ora masalah.

Wotreeeey??? tek enteni ya pada sedulur...


Info lainnya :

7/17/10

Ada Hak Mereka di Kita

Waktu, keahlian dan ide-ide yang mungkin bagi kita biasa saja, bisa saja berarti begitu istimewa bagi mereka. 




Sebuah panti asuhan beberapa waktu lalu menghubungi kami, meminta kami berbagi tentang jurnalistik dan ilmu-ilmu lainnya agar putra-putri di panti asuhan tersebut nantinya bisa membuat mading (majalah dinding) untuk kalangan mereka sendiri.

Dari permintaan tersebut, terpikirlah hal : Pertama, ternyata sesuatu yang kami anggap remeh selama ini, keahlian kami sekedar menggunting sterefoam, meramu artikel dari hasil googling dan mencetak dokumen dengan mesin bernama printer apabila dibagikan banyak diluar sana yang membutuhkan. Panti asuhan tersebut hanya satu diantaranya.

Demikian pula waktu kita, tiga jam yang biasa digunakan untuk bersantai-santai apabila diberikan untuk mereka ternyata bisa menjadi sangat istimewa. Begitupun dengan ide kita, ide yang hanya kita simpan dan kita anggap remeh, apabila dibagikan kepada mereka bisa jadi ada begitu banyak tangan yang siap bahu membahu mewujudkannya.

Kedua, dengan segala keterbatasan kami, kami berkeyakinan bila berbagi sendirian itu baik, maka dengan mengajak sebanyak-banyaknya orang untuk bersama-sama berbagi pasti akan berlipat-lipat jauh lebih baik.

Melatih teknik membuat mading itu baik. Melatih teknik membuat mading dengan memberikan pelatihan tambahan berupa motivasi-meraih-mimpi, itu lebih baik, karena mereka bukan hanya akan menjadi tahu cara membuat mading tetapi juga tahu apa yang akan dituangkan untuk mading itu sehingga bisa berkelanjutan tanpa pernah kehabisan materi.

Dan melatih membuat mading, memberikan training inspirastif-motivasional ditambah lagi memberikan suguhan logistik untuk konsumsi, itu semakin baik lagi, karena materi yang baik akan didukung oleh konsentrasi dan antusiasme yang baik pula bila dibandingkan dengan penerimaan materi tanpa konsumsi.

Dan bila tidak hanya tiga hal di atas yang diberikan, apabila dibekalkan pula perkakas dan bahan-bahan untuk membuat mading, maka akan semakin berlipat lagi bukan baiknya? Kemudian  keempat  hal itu dilaksanakan lagi dengan penyempurnaan di tempat lain, sedangkan sudah ada satu yang berhasil, maka di tempat lain akan menjadi lebih baik lagi, karena sudah ada contoh yang bisa dilihat yang semakin memacu semangat mereka. 

Oleh karenanya, kami bermaksud memenuhi undangan panti asuhan tersebut untuk memberikan pelatihan praktikal membuat Mading sekaligus pelatihan inspirasi-motivasi. Dan melalui catatan pendek ini kami bermaksud mengajak rekan-rekan semuanya yang jauh maupun dekat untuk ikut berpatisipasi dalam bentuk kehadiran dan dukungan finansial untuk bersama-sama kita bersinergi sehingga terlipatgandakanlah nilai baik dari program yang baik ini.

Dukungan finansial untuk konsumsi dan logistik, untuk belanja perkakas dan buku-buku inspiratf  untuk sumber inspirasi mereka bukan untuk membiayai trainer. Dukungan finansial untuk memodali mereka membuat mading yang elegant, yang membuat mereka bangga akan karya kreasi mereka sendiri. Kelebihan dana akan digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan serupa dan mudah-mudahan lebih sempurna di panti asuhan lain untuk kegiatan sosial berkala kami.

Untuk akuntabilitas kegiatan, dokumentasi dan laporan keuangan akan diunggah dan ditransparansikan kepada public seusai acara. Dan nama baik pemilik blog ini sebagai garansi penyelenggaraan kegiatan ini.

Kegiatan akan diselenggarakan di Bulan Juli 2010 dengan waktu masih menyesuaikan persiapan-persiapan. Rekan-rekan yang berkenan hadir dapat melayangkan surel ke 12.izky@gmail.com untuk kemudian kami kirimi ketentuan waktu dan tempat pelaksanaan secara pastinya.

Donasi dukungan finansial teman-teman kami nantikan pada rekening kemi di bawah ini. Mohon konfirmasi ke alamat surat elektronik di atas setelah transfer. Berapapun nominalnya, penghargaan kami tetap yang setinggi-tingginya untuk rekan-rekan.

Kegiatan ini bukanlah kegiatan sosial pertama kami, namun kegiatan ini merupakan kegiatan pertama kami merangkul rekan-rekan untuk ikut serta berpatisipasi dalam bentuk donasi finansial. Kami sampaikan ajakan ini sebagai deklarasi atas keterbatasan kami, dan deklarasi atas keinginan kami memberikan model "berbagi" yang terbaik, yang betul-betul optimal terasa manfaatnya oleh mereka, bukan sekedar berbagi alakadarnya.

Regards,



RIZKY DR

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Lampiran :
Pengisi Acara



Kerfesta "Iche" Marpaung. Guru Sekolah Dasar, Pembimbing senior dan Juri berbagai kompetisi Mading. Salah satu asuhannya adalah tim Mading SMAN2 Purwokerto.

Arif Sugiharto "Pangeran Motivasi", Trainer Pengembangan Diri dan aktif di kepengurusan organisais kepemudaan Fosma 165. Salah satu produk trainingnya MVT (Mission & Vision Training), sebuah training dengan metode khusus : menulis aktif dan berbagi (sharing).





Rekening untuk donasi :
Bank Syariah Mandiri nomor 1777-01-7991 atas nama RIZKY DR. kami tunggu sebelum 25 Juli 2010 atau sesegera mungkin atau menghubungi kami bila lewat batas tanggal tersebut.


Catatan :
Kegiatan ini murni sosial, bersifat independent, 100% tidak ditumpangi kepentingan apapun

Tangga Keamanan


Safak Muhammad menjelaskan secara sistematis dan logis tentang bagaimana seorang pebisnis bisa memiliki keamanan finansial. Ini mematahkan mitos-mitos konservatif bahwa pebisnis rawan stess karena bangkrut bisa terjadi sewaktu-waku, bahwa bisnis tidak bisa untuk hidup.

Ada tiga komponen sekaligus merupakan tangga karena lazimnya untuk menguasai ketiga hal tersebut kita harus memulainya satu persatu. Tiga komponen itu disingkat dengan 3P.

P yang pertama adalah PAKAR.
Untuk memulai tangga keamanan finansial seorang pebisnis, seorang pebisnis harus mendefinisikan dirinya sebagai pakar di bidang apa, misal fotografi, musik, penulis, design grafis, IT, dan lain sebagainya.

P yang kedua adalah PENGUNGKIT.
Bisnis tidak bisa dikerjakan sendiri, karena itu diperlukan pengungkit. Apa saja pengungkit itu? Pengungkit adalah faktor-faktor diluar diri kita yang dimanaj untuk membantu mengungkit kesuksesan diri kita, diantaranya adalah uang orang lain, tenaga orang lain, ide orang lain, nama besar orang lain, tempat orang lain dan sebagainya.

dan P yang ketiga adalah PETERNAKAN ASET.
Pada akhirnya seorang pebisnis yang sudah bisa mengumpulkan dana cash bisa dengan smart memilih tempat investasi teraman, bukannya dihabiskan untuk kebutuhan konsumsi. Aset kita bisa diternakkan dalam bentuk pengembangan property, deposito, saham, emas, investasi di bisnis orang lain dan lain sebagainya.

Nah, ajaran bisnis Aliran Purdi E Chandra pincang, karena di awal bisnis orang sudah diajari untuk langsung P yang kedua. Tentu, ini tidak bisa serta merta menyalahkan Purdi Chandra, karena sudah terang-terangan beliau mengatakan manhaj bisnisnya adalah otak kanan, dan karakteristik otak kanan memang non-secuensial (acak) bukannya linear, jadi sah-sah saja melompat.

Namun demikian, ketika kita sudah memilih berbisnis dengan manhaj acak seperti itu, kita harus sadar akan dimana posisi kita pada peta kesuksesan kita, kita harus bisa mendefinisikan realitas [Dalil July Way Rizky ayat (1)], bahwa resiko kita memulai bisnis tidak sesuai garis linear 3P adalah kebutuhan masa kini kita yang mendesak tidak terpenuhi. Apa saja kebutuhan itu? Kebutuhan untuk makan, membayar angsuran, memiliki status untuk melamar, memiliki tabungan untuk menikah dan sebagainya.

Lalu, bagaimana untuk mensiasati agar kebutuhan itu bisa tetap tercover? ada tiga cara : Pertama, bangunlah P yang pertama, jadilah pakar di bidang sesuai skill kita, satu-satunya cara menjadi pakar adalah menghabiskan waktu terbanyak kita untuk fokus di bidang yang kita akan menjadi pakar disana, karena tidak ada seorang menjadi pakar (expert) dengan menekuni terlalu banyak hal dalam waktu bersamaan.

Bila kita memilih forografi, tekuni itu. Bila kita memilih kuliner, tekuni itu. Temporary dan seiring berjalannya waktu kita akan menjadi pakar. Setelah menjadi pakar, kita akan dibutuhkan orang, akan dibayar orang dan kita akan punya uang untuk makan, membayar angsuran, memiliki status dan berani melamar, menabung untuk modal menikah dan sebagainya.

Cara kedua, kalau tidak telaten memilih bidang dan membangun diri menjadi seorang pakar, maka cara ini bisa dipilih, barterkan waktu kita. Dengan membartertkan waktu kita kepada orang lain, maka kita bisa dibayar (baca : digaji), dan dari orang lain itu kita bisa makan, bisa membayar angsuran, bisa memiliki kartu pegawai sebagai status dan bisa menabung.

Cara ketiga, berhutanglah. Selama ada pihak ketiga yang bisa mendonasi hidup kita, itu bisa dimanfaatkan untuk menjadi jembatan sementara hingga selesai pembangunan jembatan permanenenya (baca:bisnis), dan setelah itu bisa berlipat-lipat kita bayar hutang itu.

Diantara ketiga cara, menurut saya cara paling smart adalah yang pertama, karena hutang itu sama dengan menggadaikan diri, karena membarterkan waktu itu sama dengan menyerahkan kekayaan paling berharga yang kita miliki, sedangkan mengasah skill menjadi seorang PAKAR, maka berarti kita belajar selaras alam dan pada akhirnya status yang kita sandang sebagai (Expert in ...) itu lebih sejati ketimbang status pada kartu perusahaan manapun.

Tetapi jangan 'sawang sinawang' beranggapan berbisnis secara acak itu lebih jelek daripada berbisnis secara linear. Jangan salah, justru banyak sekali pebisnis linear yang karena memulainya monoton mulai dari P1, P2 dan seterusnya, mereka terjebak dalam zona nyaman bernama "omzet", sehingga menjadi orang yang takut mengambil resiko lebih besar dan enggan mengembangkan usaha. Akhirnya P yang ketiga pun tak kunjung bisa mereka raih.

Hm, saya belum menemukan apa sebenarnya "Expert in" saya. di bidang apa ya saya asah ke-PAKAR-an saya? Ada masukan?

7/13/10

Alarm Kegagalan

Sebetulnya, sebelum sebuah perusahaan, negara bahkan seseorang itu jatuh, entah untuk jatuh yang penghabisan atau sekedar kurva sedang men-jurang, ada tanda-tanda bagi orang yang berpikir. Ary Ginanjar dalam materi Self Control memaparkan hasil penelitian dunia tentang penyebab jatuhnya perusahaan-perusahaan kaliber internasional.

Dari ratusan perusahaan, dengan ratusan kasus pula, ditarik kesimpulan 7 penyebabnya, yang saya lupa catatannya saya taruh mana, intinya adalah karena kegagalan mereka dalam menuruti dorongan jiwa yang baik (Nafsul Muthmainah). Dari kasus inilah saya sedikit mendapat tambahan pengertian, kenapa puasa kok bisa masuk dalam The Big Five, 1 dari 5 hal yang dijadikan rukun (pokok)nya agama Islam. Kalau hanya sekedar tidak makan, tidak minum dan tidak berhubungan seksual saja, sesederhana itukah? Ternyata tidak.

Perusahaan kaliber internasional sekalipun, yang berhasil bertahan, yang kuat dari ancaman kejatuhan, adalah yang mereka berhasil puasa. Mengendalikan dorongan jiwa yang baik dengan mengeluarkan yang baik (Taqwiyatun Nafs) dan menekan yang jelek (Tazkiyatun Nafs).

Implementasi dalam kehidupan pribadi, ketika sudah tahu tentang ini, saya jadi paham, bahwa sebuah keberhasilan atau kegagalan yang akan dicapai, ternyata sudah bisa terbaca dari sikap kita sendiri. Adakah arogansi saat kita mengupayakannya? adakah ketakaburan saat kita memperjuangkannya? Adakah sikap abai saat kita menapakinya? dan sikap-sikap sejenisnya yang kita pasti merasa, tinggal kita mencoba menekan dan menggantinya dengan yang baik, atau tetap abai, takabur dan arogan mengabaikannya?

Kata bergaris bawah, "mencoba", tidak selalu berarti langsung berhasil. Mencoba itu hanya upaya.

Semoga bermanfaat.

7/11/10

Ilmu Menjual Emas

Saya kok jadi teringat waktu itu, hm, waktu itu ada sesuatu yang sedang sangat ingin saya dapatkan, tapi tidak kunjung dapat. Tidak usah sebut merk lah ya, inti (hikmah) ceritanya saja yang diambil. Terus saya berpikir "Ah, itu cuma angan-angan, nasib saya ya begini ini".

Namun, selang sepersekian detik kok tiba2 ada bisikan halus dari dalam diri saya sendiri, "Hush, jangan ngomong begitu, lihat saja nanti ketika waktu itu tiba". Dan betul, memang agak lama dari saat itu, akhirnya waktu yang saya impikanpun tiba, dan ketika itu kok ya seperti Angkering, saya langsung teringat pada saat saya mengeluh, "Ah, ternyata keluhan saya waktu itu salah."

Haha, begitulah pengalaman singkat tapi berharga dan berguna. Seperti ilmu menjual emas, saat grafik harga sedang turun, janganlah buru-buru emas dijual, tunggu, grafik pasti naik. Dan begitu rumus yang harus kita pakai, saat kehidupan kita sedang down, keberhasilan kita sedang redup, jangan buru-buru menghakimi diri bahwa takdir kita adalah seperti itu.

Agar nanti ketika sudah naik grafiknya, kita tidak malu dengan diri sendiri. Tugas orang berhasil adalah Tawadhu, dan tugas orang gagal adalah Tawakal... mana yang lebih mulia? Yang lebih mulia ya manapun diantara keduanya yang lebih bersungguh-sungguh.

7/6/10

Passion dan Skill Ternyata Berseberangan. Sudah Tahu?

Apa itu passion, definisi lengkap dan formalnya bisa dilihat di Kamus Besar Bahasa Inggris di Perpustakaan Nasional Inggris sana, demikian pula untuk definisi lengkap dan formalnya Skill. Makna sederhana saja, dimana passion kita bisa kita kenali dengan di aktivitas yang disana kita menemukan kesenangan, kebetahan, cinta, sehingga kehujanan terasa hangat, terbakar matahari terasa sejuk, dibayar atau tidak dibayar kualitas yang kita berikan sama.

Sedangkan skill adalah sesuatu keahlian yang kita kuasai yang tidak semua orang kuasai dan biasanya kalau orang ada perlu bantuan yang berhubungan dengan bidang skill kita itu, kitalah yang mereka panggil untuk diminati bantuan (maupun job).

Nah, dua hal itu sama-sama bisa kita jadikan pijakan untuk memulai bisnis. Loh, kok sama-sama? katanya berseberangan? Sebentar... Sekalipun keduanya sama-sama bisa kita gunakan pijakan untuk memulai bisnis, tetapi karakter bisnisnya berbeda, bertolak belakang, berseberangan.

Bagaimana berseberangannya? Akan saya jelaskan dalam beberapa paragraf. Begini, Purdi E Chandra dan rekan-rekan bisnis yang seideologi dengannya memiliki kredo "kalau mau sukses bisnis, pilihlah bidang yang berbeda dari latar belakang bidang kita."

Misalnya Anda orang perikanan, cobalah berjualan katering. Atau Anda orang dapur, cobalah bercocok tanam salak pondoh untuk diekspor misalnya. Pernyataan diatas bukan tanpa dasar Pa Purdi lontarkan. Salah satu logikanya begini, misalnya Anda orang perikanan, Anda tahu sekali seluk beluk sebuah species ikan, mulai dari masa pemeliharaan, makanan favorit hingga tipe-tipe kepribadian masing-masing ikan. Oleh karena fokus yang  begitu detail dan dalam soal obyek produksi, bisa jadi ia lemah di strategi pemasaran apalagi spekulasi persaingan, makanya bisa jadi orang selain perikanan yang tidak terlalu tahu banyak ikan, tahu hanay seperlunya saja, tetapi dia memiliki alokasi pikiran yang lebih ke faktor-faktor non obyek produksi bisa jadi lebih berhasil untuk menjadi pengusaha besar ikan.

Begitu juga bila orang dapur, mau berjualan kue, dari segi rasa sangat detail sekali bisa menguasai, tapi karena terlalu fokusnya, dia jadi mengabaikan faktor persaingan, efisiensi cadangan operasional, manajemen pengembangan cabang dan lain sebagainya, maka bisa jadi orang yang tidak menguasai kualitas rasa dan tetek bengek soal dapur roti bisa lebih besar keberhasilannya karena memiliki alokasi pikiran yang luas juga di aksi spekulasi dan pengembangan tidak terforsir di satu hal saja : rasa.

Namun demikian, bukan memilih bidang yang sesuai latar belakangnya bukan berarti sembarang pilih. Yang paling mudah untuk berhasil adalah mereka yang memilih bukan di bidangnya tetapi sesuai dengan passionnya.

Kemudian tentang skill, saya mengidentifikasi rekan-rekan saya yang tetap komit di dunia bisnis, mereka ternyata bisa survive dan berpenghasilan dari bisnisnya, pola yang saya temukan adalah karena mereka berbisnis sesuai dengan skillnya. Orang yang skillnya di dunia Linux bisa hidup cukup bahkan berkelimpahan dari order install aplikasi dan maintenance dipanggil nge-job disana-sini. Orang yang skillnya di fotografi bisa terus berbisnis dengan menggandeng wedding organizer menjemput order foto-foto aneka rupa resepsi. Dan berbagai contoh lainnya.

Sederhana, cukup tingkatkan skill kita, gandeng pihak-pihak yang berkaitan dengan skill kita, kenalkan pada sebanyak mungkin orang bahwa kita memiliki skill itu, maka keberhasilan berbisnispun ada di tangan.

Disinilah berseberangannya, dengan skill kita bisa menjadi pebisnis yang mantap, karea order akan sulit terputus. Tetapi dengan passion kita bisa menjadi pebisnis yang besar, karena kita tidak tersita banyak waktu di ranah produksi sehingga bisa concern mengembangkan usaha.

Jadi, pilihan di tangan kita, mau jadi pebisnis yang penghasilannya mantap, setiap hari tidak pernah kurang order dan tidak pernah tidak pegang uang, pilihlah bisnis di skill kita. Tetapi konsekuensinya kita akan sulit menjadi besar, karena kita akan berat meninggalkan ranah produksi yang merupakan keahlian kita, kecuali kita delegator yang baik.

Tapi kalau kita inginnya menjadi pebisnis yang besar, pilihlah yang bukan skill kita tapi sesuai dengan passion kita, sehingga tidak pernah merasa lelah untuk terus mengembangkan itu usaha.

*Ini bukan tulisan justifikasi, sekedar bahan diskusi

7/4/10

Menjadi Apa


Anda akan menjadi seperti :
1. Apa yang banyak Anda lihat
2. Orang seperti Apa yang Anda banyak mintai pertimbangan

Mari kita review sejenak.

7/2/10

Keramahtamahanmu


Sy,atau kami tepatnya, sdang meluncur nyari penerbit Tiga Serangkai.
Sy : "Pnerbit TS pundi gih,Pak?"
Bpk : "Oh. Lurus mawon,mangke w0nten pertigaan,niku ngajeng niku (menunjuk arh),belok kiri"... Lihat Selengkapnya
sy: "teras?"
bpk: "lurus mawon.mangke ningali kiri jalan. Nah TS niku w0ntening kiri jLn..mmmmh (susah pyah ia hitung2) kinten2 800meteran saking pertigaan niku"
sy: "oh. Gih. Mtsuwun gih pak gih." dan sy pergi.

Lima meter mtor sy mlaju, sesuara susah pyah mdarat k tlingaku. Aih,trnyta si Bpk. Dia menyusulkn sesuatu,
"eh, boten 800meter. Mung 200meteran Mas" susulnya, ngos ngosan.

Aih, ia smpat2ny mralat hitung2 itu. Hmm.m trmkasih Solo,keramahtamahanmu...
(Solo,2006)

:: Suyatna "Citho" Pamungka ::