7/24/10

Menuju Mata Air

Dua orang pengembara sedang mencari air, orang pertama memilih berkembara langsung ke hulu sungai, agar bisa mendapatkan air langsung dari mata airnya yang jernih dan murni.

Seorang lainnya merasa tidak kuat kalau harus mendapatkan air baru di hulu, maka iapun menuju hilir. Di hilir air memang tidak sejernih di hulu, tetapi si pengembara tahu, sekalipun ada bagian yang keruh, tapi ini tidak berbahaya. Ia meminum air di hilir itu, sambil berinteraksi dengan orang-orang yang ada disekelilingnya. Tanpa sungkan, kepada orang yang ada disekelilingnya ia minta diajari bagaimana caranya mengambil air, agar kemanapun ia pergi ia bisa mempunyai simpanan air untuk cadangan dirinya, agar kemanapun ia pergi ia bisa berbagi air ke sebanyak-banyaknya orang.

Maka, bergulat dengan air hilir yang kadang keruh, ia belajar membuat timba, membuat kantong penampungan. Belajar mengambil, menyimpan dan mendistribusikan air. Singkat cerita akhirnya si pengembara itupun mahir. Berbekal air hilir yang kadang keruh itu, ia bergegas berhijrah, mencari tempat yang lebih jernih, sambil meminumunya, sambil membagikannya kepada orang2 yang ia temui, tanpa terasa akhirnya ia telah sampai ke hulu, ke tempat mata air itu.

Bertemulah dengan si pengembara pertama, ketika pengembara kedua sudah begitu mahirnya mengambil, menyimpan dan membagikan air, maka air jernih yang bisa ia ambil dari mata air itu begitu banyak, lalu ia simpan dan ia distribusikan. Namun, si pengembara pertama tidak mempunyai keahlian apa-apa dalam mengambil, menyimpan dan membagikan air. Akibatnya, ia tidak pernah berani meninggalkan mata air. Ia takut sekali, menghindari sekali air hilir yang keruh yang dibawa oleh orang-orang dari hilir yang kebetulan mendekatinya. Dan ia tidak pernah mempunyai kesempatan turun ke perkampungan membawa air jernih itu untuk dibagikan kepada sebanyak2nya warga kampung di dekat hilir sana.

Dari mata air memang jernih, tapi apakah cukup untuk dikonsumsi sendiri. Hm, ternyata kitapun butuh bisa ahli untuk membagikannya.

1 comment: