7/6/10

Passion dan Skill Ternyata Berseberangan. Sudah Tahu?

Apa itu passion, definisi lengkap dan formalnya bisa dilihat di Kamus Besar Bahasa Inggris di Perpustakaan Nasional Inggris sana, demikian pula untuk definisi lengkap dan formalnya Skill. Makna sederhana saja, dimana passion kita bisa kita kenali dengan di aktivitas yang disana kita menemukan kesenangan, kebetahan, cinta, sehingga kehujanan terasa hangat, terbakar matahari terasa sejuk, dibayar atau tidak dibayar kualitas yang kita berikan sama.

Sedangkan skill adalah sesuatu keahlian yang kita kuasai yang tidak semua orang kuasai dan biasanya kalau orang ada perlu bantuan yang berhubungan dengan bidang skill kita itu, kitalah yang mereka panggil untuk diminati bantuan (maupun job).

Nah, dua hal itu sama-sama bisa kita jadikan pijakan untuk memulai bisnis. Loh, kok sama-sama? katanya berseberangan? Sebentar... Sekalipun keduanya sama-sama bisa kita gunakan pijakan untuk memulai bisnis, tetapi karakter bisnisnya berbeda, bertolak belakang, berseberangan.

Bagaimana berseberangannya? Akan saya jelaskan dalam beberapa paragraf. Begini, Purdi E Chandra dan rekan-rekan bisnis yang seideologi dengannya memiliki kredo "kalau mau sukses bisnis, pilihlah bidang yang berbeda dari latar belakang bidang kita."

Misalnya Anda orang perikanan, cobalah berjualan katering. Atau Anda orang dapur, cobalah bercocok tanam salak pondoh untuk diekspor misalnya. Pernyataan diatas bukan tanpa dasar Pa Purdi lontarkan. Salah satu logikanya begini, misalnya Anda orang perikanan, Anda tahu sekali seluk beluk sebuah species ikan, mulai dari masa pemeliharaan, makanan favorit hingga tipe-tipe kepribadian masing-masing ikan. Oleh karena fokus yang  begitu detail dan dalam soal obyek produksi, bisa jadi ia lemah di strategi pemasaran apalagi spekulasi persaingan, makanya bisa jadi orang selain perikanan yang tidak terlalu tahu banyak ikan, tahu hanay seperlunya saja, tetapi dia memiliki alokasi pikiran yang lebih ke faktor-faktor non obyek produksi bisa jadi lebih berhasil untuk menjadi pengusaha besar ikan.

Begitu juga bila orang dapur, mau berjualan kue, dari segi rasa sangat detail sekali bisa menguasai, tapi karena terlalu fokusnya, dia jadi mengabaikan faktor persaingan, efisiensi cadangan operasional, manajemen pengembangan cabang dan lain sebagainya, maka bisa jadi orang yang tidak menguasai kualitas rasa dan tetek bengek soal dapur roti bisa lebih besar keberhasilannya karena memiliki alokasi pikiran yang luas juga di aksi spekulasi dan pengembangan tidak terforsir di satu hal saja : rasa.

Namun demikian, bukan memilih bidang yang sesuai latar belakangnya bukan berarti sembarang pilih. Yang paling mudah untuk berhasil adalah mereka yang memilih bukan di bidangnya tetapi sesuai dengan passionnya.

Kemudian tentang skill, saya mengidentifikasi rekan-rekan saya yang tetap komit di dunia bisnis, mereka ternyata bisa survive dan berpenghasilan dari bisnisnya, pola yang saya temukan adalah karena mereka berbisnis sesuai dengan skillnya. Orang yang skillnya di dunia Linux bisa hidup cukup bahkan berkelimpahan dari order install aplikasi dan maintenance dipanggil nge-job disana-sini. Orang yang skillnya di fotografi bisa terus berbisnis dengan menggandeng wedding organizer menjemput order foto-foto aneka rupa resepsi. Dan berbagai contoh lainnya.

Sederhana, cukup tingkatkan skill kita, gandeng pihak-pihak yang berkaitan dengan skill kita, kenalkan pada sebanyak mungkin orang bahwa kita memiliki skill itu, maka keberhasilan berbisnispun ada di tangan.

Disinilah berseberangannya, dengan skill kita bisa menjadi pebisnis yang mantap, karea order akan sulit terputus. Tetapi dengan passion kita bisa menjadi pebisnis yang besar, karena kita tidak tersita banyak waktu di ranah produksi sehingga bisa concern mengembangkan usaha.

Jadi, pilihan di tangan kita, mau jadi pebisnis yang penghasilannya mantap, setiap hari tidak pernah kurang order dan tidak pernah tidak pegang uang, pilihlah bisnis di skill kita. Tetapi konsekuensinya kita akan sulit menjadi besar, karena kita akan berat meninggalkan ranah produksi yang merupakan keahlian kita, kecuali kita delegator yang baik.

Tapi kalau kita inginnya menjadi pebisnis yang besar, pilihlah yang bukan skill kita tapi sesuai dengan passion kita, sehingga tidak pernah merasa lelah untuk terus mengembangkan itu usaha.

*Ini bukan tulisan justifikasi, sekedar bahan diskusi

No comments:

Post a Comment