1/29/09

Masukan dari Rizky

Untuk Hilmy, kurangi acuhmu-cobalah lebih peduli, karena peduli bisa jadi bagian dari tanggung jawab. Kalau di jam yang seharusnya fikry belum nyamper, cobalah buat ikhtiar tambahan more than just sms, kasihan kan Fikry

Untuk Karyanto, tolong untuk TIDAK ceroboh lagi, perang Uhud mengakibatkan kekalahan di pihak kaum muslimin tidak lain karena 'ceroboh', ikuti suara hati disiplin, pikirkanlah orang-orang yang jauh lebih lelah kerjanya, atas dasar apa mengerjakan sesuatu tidak tuntas, sekenanya, kepenginnnya sesimpel mungkin. Itu adalah akar kecerobohan yang menghancurkan

Untuk Andri, tempatkan Indie pada proporsinya, pertahankan sikap tidak bergantung. Karena belum jadi istri, mbok?

Untuk Hanie, lebih menghargai pimpinan, bukan pada egonya, tapi pada strukturalnya. Tempatkan idealita dalam realita yang lebih pas. Satu contoh, kenapa terang sore bisa jadi prioritas, sementara acuh tak acuk terhadap program Semangat Donk Dare to Care? Tahu kan tingkat progresivitas Semangat Donk Dare to Care... kalo sungguh2 dikembangkan bisa bikin terang sore di semua kota di Indonesia. Hargai sinergi, pimpinan ada tempatnya, idealita ada tempatnya, arogansi diri juga ada tempatnya

Untuk Fikry, praktekan apa yang ada di training SM, salah satunya dengan mempelajari unggah-ungguh orang Jawa. Di Jawa, bahasa non verbal dari raut muka kita dan intonasi suara kita punya makna yang mendalam...

Untuk Kusworo, sinergikan semua, sesungguhnya sejajar adalah dambaan saya, tapi bukan sejajar dalam kesendirian-kesendirian (split), tapi sejajar dalam satu 'mekanisme besar sinergi'. Akan terus saya perjuangkan itu

Untuk Azis, berpikir 2x dan bertindak sekali tidak lebih baik dari bertindak 20x dan berbuat salah 10x. Buat apa intelek kalau tak punya jam terbang. Belajarlah dari Naim, tidak pernah pilih-pilih Action, itu namanya visioner, mengalahkan kaum intelek

Untuk Naim, melulu uang itu akan membuat kita sendiri bergantung pada uang. Mulai berpikir bahwa mengangsur dan tanggungan bulanan adalah mekanisme Tuhan yang sudah Dia atur pendapatannya, buat apa jadi beban, asal kita tetap bertahan dalam optimalnya ikhtiar. Percayalah, semua akan mengalir, tercukupi dengan sendirinya, bahkan berlebih, buktikan saja ...

Untuk Rhea, kurangi over acting dan over-expresive, seenerjik apapun seorang entreprenut, wanita dihargai dari keluhuran budi yang tampak dari sikapnya. Berinovasilah, bukan sekedar mengekor

Untuk Rizky, segeralah menikah, yakinlah kuat-kuat dan bertahanlah. Selamat menjalani hidup yang sebenarnya (sebenar-benar bahagia)

1/28/09

Doa Pagi Ini

"Ya Allah,
dalam kapasitas sesempit apapun kepemimpinanku hari ini,
aku bersyukur padamu,
sekaligus aku memohon padamu,
agar, Engkau tambahi aku ilmu tentang kepemimpinan,
seperti ilmu yang Engkau karuniakan kepada Rasulullah, Abu Bakar, Salahudin Al Ayyubi, Mahmoud Ahmadinejad,

Spesifiknya,
anugerahi aku kekayaan kata-kata,
agar aku bisa menjelaskan apa-apa yang selama ini tak bisa aku jelaskan dengan verbal,
apa-apa yang membuat selisih pandang,

atau,
anugerahi aku kekuatan hati,
seperti Engkau anugerahkan pada Napoleon, Honda dan Bung Karno,

agar tetap yakin,
dan membagikan keyakinan ini seluas-luasnya,
bahwa apa yang tampak hari ini,
bahwa apa yang dikerjakan hari ini,
bahwa apa yang didapatkan hari ini,
adalah proses,
proses semata-mata,
bukanlah hasil,
bukanlah tujuan akhir,

Dan wahai Engkau yang Jantungku ada dalam mekanisme-Mu,
karuniakan aku kemampuan,
menjadi manusia yan preventif terhadap kritik,
bukan semata-mata menjadi manusia yang reaktif terhadap kritik,

Demi Qalam,
dan apa yang mereka tuliskan,

Pertemukan aku dengan lebih banyak buku,
agar meluas wawasanku,
menebal keyakinanku,
melipatganda semangat dan kiprahku,
dan terpelihara,

Jadikan aku orang yang terbuka,
akan ilmu,
akan masukan perbaikan,

Amin..."

1/26/09

Krisis 10 tahunan

Teman, dunia terus berubah, budaya terus bergeser. Kita, manusia hanyalah bagian kecil dalam perputaran dunia dan budaya. Tahukah kamu bahwa dunia sudah mengalami krisis dua kali, dalam kurun waktu terdekat ini, pertama di tahun 1998 dan kedua di tahun 2008. Namun, apa yang terjadi dengan Indonesia? Negeri katulistiwa kita ini belum 'mentas' dari krisis pertama sudah dilibas krisis kedua, tanpa jeda

Leadership

Kepemimpinan bukan perkara menyuruh saja,
kepemiminan bukan perkara mendominasi saja,
kepemimpinan bukan perkara mendikte saja,
kepemimpinan bukan perkara menuntut laporan saja,
kepemimpinan bukan perkara berkoar-koar saja,

Pemimpin, dalam pengertian yang saya miliki, adalah seperti seorang yang berada di paling depan, diantara rombongan orang-orang, menembus ilalang dan belantara 'masa depan', dengan 'gaman' seadanya, 'memenclas', melibas apa-apa yang ada dihadapannya, agar serombongan itu bisa lewat...

Pembuka jalan, ya, mungkin itu yang saya pahami.

Dan pemimpin harus menyadari, mengakui kelemahan dirinya, bahwa pada saat membuka jalan, tidak selalu bisa menjadi sempurna dengan mengayomi semua, menggendong semua, memapah semua, atau membiarkan masing-masing asyik dengan permainannya sendiri-sendiri.

Tidak ada yang lebih dominan dari serombongan itu kalau kita berbicara soal keselamatan bersama. Belantara yang ditembus bukanlahj belantara main-main, kita tak tahu ada apa di depan sana, yang kita tahu ada sebuah peta gambaran ujung belantara itu yang bernama 'IMPIAN'. Kita juga tak dibekali navigasi beraneka rupa, kompas yang menuntun perjalanan kita itu bernama 'KEYAKINAN'.

Dan kita sadar misi, perjalanan serombongan ini dibatasi oleh waktu, jam tangan waktu itu bernama 'AKSI', dan hal yang membuat serombongan ini bisa berjalan bersama bukanlah kesamaan apapun, kecuali 'SEMANGAT'.

Dan hal lain yang harus disadari oleh seorang pemimpin adalah, bahwa kadang-kadang pemimpin dituntut untuk menjelaskan, kenapa yang ditebas, yang diberangus, adalah ilalang dan pepohonan di arah sini, bukan diarah lainnya ... Kenapa pemimpin begitu bersemangat menebas dan membersihkan ilalang dihadapannya, sementara serombongan yang dibawanya dia abaikan, logistiknya, keringatnya, keashyikan pribadinya... .Intuisi, ya, intuisi kadan tidak bisa diverbalkan dengan penjelasan.

Dalam kasus seperti ini, pemimpin dituntut untuk lebih mau belajar keras tentan komunikasi, bukan hanya komunikasi kata-kata, tetapi juga komunikasi hati yang disebut simpati dan empati.

Begitu juga serombongan yang dibawanya harus berusaha keras memahami, bahwa apa yang dicapai bersama sejauh ini bukanlah tujuan akhir. Itulah kenapa sang pemimpin masih terus menebas pepohonan, memberangus ilalang.

Be Different

Bai Saya Mr. Fahrur is not just matematika.... Beliau salah satu mentor terhebat saya. Disaat saya dan Hilmy kelimpungan menyelesaikan tulisan untuk Kording bulan ini, saya ketemu si Master Matematika Dahsyat ini...

Dari dulu tahu, apa yang selalu dia dengung2kan, seperti halnya tadi apa yang berulang dia lantang2kan?

Menjadi berbeda! Menjadi Berbeda! dengan serangkaian kata bijaknya dalam berbagai versi dia ungkapkan ajakan itu.

Sungguh Bukan mengepas-paskan, bukan sebuah kebetulan.

1/24/09

Jangan 'Kemaruk'

Jangan 'kemaruk', atau dibahasalainkan menjadi 'serakah', itu salah satu pesan yang begitu membekas di saya, saya dapat dari Bob Sadino, di sabuah kafe mewah di Bandung, d'Palm..

Apa si kemaruk yang dimaksud Om Bob?
Malas saya menjelaskan disini, inti yg saya tangkap, berdiri di dua kapal cuma akan jatuh,
kecuali kapal itu beriringan berjalannya...

Sejak itu saya berusaha untuk tidak kemaruk,

Mencontreng


Sudah tidak tahu lagi bagaimana saya harus verbalkan budaya kaum intelektual tingkat tinggi ini dipraktekkan.

Lagi lagi dan lagi lagi, cuma 1 orang yang mencontrengi, tanda bahwa list sudah selesai dilakukan.

Sebuah nilai 'minus' tersendiri, kalau satu list sudah beres tapi belum dicontreng, apalagi kalau belum beres, tidak menandai pula, apakah schedule telat atau sudah beres...

Sentimenkah

Dulu Peserta dari Primagama Jalan Bank Lebih dari 50 Orang, sekarang kok cuma 4. Tanya kenapa?

Bukan Sebuah Kebetulan

Nomor Name Tag Character Building AGA0216
Jumlah Rakaat Sholat dihitung waktu itu 61200

1/23/09

THE POWER OF WRITING


Bukan sekali dua kali saja saya merasakan dahsyatnya efek menulis,

Menulis itu Dahsyat!

UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945


Pembukaan

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan
inikemerdekaannya.

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.


Seminggu sekali, dari kelas 1 SD kita mendengarkan text ini dibacakan, pernahkah meresapi dalamnya makna

1/22/09

15 atau 25 tahun lagi

Saya hanya ingin sampaikan,
kalau tidak di tangan kita, di tangan siapa lagi Indonesia akan dibesarkan, dijayakan, disejahterakan?

JAWAB!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
sekali lagi JAWAB!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Di tangan para Caleg yang tidak malu menampangkan muka (memuakkan) di perempatan-perempatan jalan diatas banner berharga ribuan bungkus nasi rames?

Di tangan mereka yang cemas dengan IPK, berpikir keras untuk perut mereka, akan kerja dimana nanti saya setelah lulus untuk makan, memenuhi perut saya ini?

Di tangan mereka yang hanya pandai berdebat, beradu argumen dengan aksi 'nol' besar?

Di tangan mereka yan rajin tahajjud tetapi terdiam melihat keterpurukan bumi tempat kakinya dipijakkan tiap hari?

Di tangan mereka yang beralasan 'sibuk', padahal itu hanya dalih akan rasa takutnya dimutasi atau pekerjaannya tak diperpanjang lagi?

Di tangan siapa?





Kita! Itu jawaban terbaik menurut saya hari ini.

Yang punya mimpi besar melebihi jangakauan dirinya, yang membulat keyakinannya tak memikirkan beitu terpuruk keadaannya di hari ini,

yang beraksi diluar nalar orang-orang biasa, yang punya sumber semangat jauh diatas sekedar 'materi', yang terus mencari ilmu bukan untuk di-save saja tetapi terus diformulasi dan menerus dibagikan, yang berani menjalankan 'ide' dengan kepasrahan hasil hanya pada Yang Di Atas,

yang bersungguh-sungguh, fokus, peka menangkap peluang demi peluang, memperbaiki detail demi detail menuju kesempurnaan, yang selalu berusaha berbaik sangka atas apapun kondisi, yang selalu memilih untuk bergerak sepelan apapun ketimbang diam, mending salah ketimban diam, karena dari salah, yakin, ada pelajaran untuk perbaikan, ketimbang hanya diam,

yang memahami potensi tak ternilai manusia akan muncul hanya ketika berkolaborasi, menghubungkan antara satu orang dengan orang lainnya, menghubungkan antara satu ide dengan ide lainnya, menghubungkan antara satu peluang dengan peluang lainnya, menghubungkan antara peluang dengan ide, antara ide dengan orang dan antara orang dengan peluang, yang memahami bahwa hanya cinta dan doa yang menjadi bekal ketekunan dan hanya ketekunanlah yang akan melahirkan satu keberhasilan berkarakter, keberhasilan sejati

yang memahami bahwa makna sukses adalah berbagi, ya berbagi sebagai tanda berkelimpahan,

seandainya kau dapat berpikir dengan demikian mendalam, tentang satu negeri yang kita cintai ini, yang kita pijak setiap hari, dua atau tiga dekade lagi, takkan tega kau serahkan ini selain pada orang-orang yang lebih baik dari kita,

bukan mereka, ya, tapi kita, dan orang-orang yang lebih baik dari kita,

sungguh, seandainya pikiranmu sampai pada titik itu, tak ada celah yang membuatmu dapat mengeluh atas beratnya hari ini, demikian indah, sangat indah tak terperi,

berpikirlah, mendalam berpikir dalam perenungan, untuk satu cinta, cinta pada negeri yang membesarkan kita hingga hari ini

1/21/09

3B : Rumus Kenali Sahabat

Teman dekat dan sahabat bisa dikenali (truely kenal) hanya dengan 3B. Ini rumus yang saya dapat dari Pa Supardi Lee di PPIB (Pusat Pengembangan Islam Bogor) dulu :

B pertama :
Berperjalanan (bersafari, musafir) dengannya

B kedua :
Bermalam dengannya (kalau tidak salah tepatnya, bermalam dirumahnya)

B ketiga :
Berbisnis dengannya

Akan ketahuan tuh watak dan tabiat asli teman baik/sahabat kita. Bisa menerimakah kita? Baik dan jeleknya? Sahabat sejatikah kita?

7B, pelajaran dari Bafak 7

Babakan fakultas 7, nama Kosan saya di Bogor 2005 lalu,

1 Berani melangkah. Itu satu ciri utama seorang entrepreneur
2 Bisnis. Demam bisnis dan anti Karyawan, salah satu ilmu yang paling saya geluti di Bogor
3 Bijaksana. Oleh seorang teman saya dikenalkan istilah ini dari buku Gue Never Die
4 Bersegera menikah. Kali pertama terslenting itikad untuk menyegerakan menikah
5 Berinisiatif. Tanpa inisiatif tidak ada bisnis yang jalan, tak ada entrepreneur yang sukses
6 Berpositif thinking. Tanpa positif, orang jauh dari sikap, siap menikah
7 Belajar. Setiap hari adalah belajar, baik salah atau benar sikap kita, pelajarilah, perbaikilah, sempurnakanlah

Cutting Stiker

Sekarang sudah punya cutting stiker, padahal awalnya dulu hanya coretan di atas kertas buram, antara saya dan Hilmy, di satu sudut kamar bernama 212,
saya tak lupa huruf "S" di dalam kotak berwarna merah yang di print di atas kertas buram itu.

Sekarang kotak itu sudah hilang...

Sungguh saya bangga, karena sesungguhnya semua ini diluar mekanisme saya, ini mekanisme Tuhan dan saya, Hilmy, kita ada di dalam mekanisme itu.

...Menjadi Fenomenallah! Insya Allah...

Menyuruh itu Mulia

Karena menyuruh itu mulia,
cerminan orang yang tidak egois, perfeksionis, merasa bisa mengerjakan semuanya seorang diri,
cerminan orang yang berbaik sangka bahwa orang-orang disekelilingnyapun ingin bahagia dengan berkontribusi,
cerminan orang yang ikhlas lapang tangan membuka diri untuk berkomunikasi,
cerminan orang yang percaya kepada orang lainnya,
cerminan orang yang membuka lengan merangkul memberi kesempatan untuk sukses bersama,
cerminan orang yang memiliki jiwa leadership,

karena di dunia ini tak ada yang bisa dikerjakan seorang diri, karena itu belajarlah menyuruh, karena menyuruh itu ada ilmunya, tentang tata kata, etika, perwaktuan, tata hubungan antara satu hal dengan hal lainnya,

sungguh, menyuruh bukan pekerjaan hina, bahagialah jika bisa menyuruh, jika berani menyuruh,
kalau hari ini kamu belum bisa menyuruh, belajarlah,
belajarlah,
kecuali kamu tak pernah memimpikan untuk berkiprah besar

Ujian Karakter

Bahkan sekarang sebelum jadi asisten, calon trainer ESQ harus menjalani tahap sebagai marketing dan event organizer training dulu. Itulah ketangguhan ilmu yang diperoleh dari sekedar event organizing.

Bekerja sendirian, saya pernah, bahkan sering. Berapa sering pada tidur duluan, pulang duluan, sementara saya harus sampai pagi-pagi buta. Maka itu ketika kemarin di Kebumen harus sendirian ngetik dan nggunting2i label ditinggal Andri dan Fikry bagi saya bukan hal yang menyedihkan.

Berlatihlah, seperti Karyanto menyiapkan Gedung Setda sendirian, sementara 2 orang lainnya pergi ke Purworejo dari bangun tidur (belum mandi acan) dan pulan-pulang peserta sudah ada yang datang, 2 orang lainnya sedang telpon2 untuk event besoknya lagi, 2 orang lainnya sedang sebar brosur di cilacap dan yang lainnnya lagi tak tahu kabarnya.

Berlatih seperti Naim, yang Ngurus Even Banjarnegara, dia fotokopi sendiri, ngurus rekomendasi sendiri, tanda tangan 300 surat lebih sendiri, lipat-lipat sendiri, klip sendiri, dan antarkan surat itu sendiri. Tidak mengeluh dia.

Berlatihlah seperti Andri, yang saya cuma urun tulisan, sementara urusan iklan, kertas, naik cetak, turun cetak dia tidak pernah keluhkan garap itu sendiri.

Terlihat saat ini, siapa yang karakternya menguat dan siapa yang letoy. Tak perlu saya verbalkan itu, pesan saya, lebih sungguh-sungguhlah belajar. JANGAN PERNAJ LIHAT HASIL KERJA KITA DENGAN APA YANG KITA DAPATKAN HARI INI. BESOK ...

Dari Mas Akhsin tentang Leadership

Akhsin Muamar, salah satu staf Lion Air saat ini yang baru menikah belum lama kemarin, orang luar biasa jebolan SMA 2 Purwokerto.

Dulunya ketua Rohis, dua angkatan diatas kepengurusan saya. Dari dia lah saya belajar begitu berkesan tentang ketangguhan seorang pemimpin (The strenght of Leader).

Waktu itu Idul Adha, kali pertama saya ikut acara Rohis, belum jadi pengurus waktu itu, dan saya kebagian tugas motong-motong daging kambing, menjijikan pertama, sumpah... pertamanya pengen pulang aja... tapi pertamanya dipaksain, lama-lama enjoy juga, kenyal, asyik juga motong-motong daging kambing.

Ketika semua belepotan dengan darah dan keringat, darah kambing maksudnya, eh, si mas Akhsin sang ketua Rohis malah cuma sliwar-sliwer puter-puter dari mushola, ruang guru, lahan pembantaian kambing dan tempat yang akan dipakai untuk pembagian nanti sambil mententeng kertas dan bolpoint di atas clip board.

"Sombong nian sang ketua Rohis", pikir saya waktu itu, apalagi waktu itu saya belum mengenal dekat dia.

Nyatanya, itulah gaya leadership yang bisa dibilang mensukseskan pengkurbanan kambing tahun itu pada khususnya dan kepengurusan Rohis tahun itu pada umumnya. Mas Akhsin memang tidak turun ke bawah meraasakan bagaimana kenyalnya daging dan tajamnya pisau, tetapi dia ketat mengontorl setiap pergerakan daging-daging yang masuk kemasan dan bagaimana persebaran tiket.

Akibatnya, tahun itu acara idul adha sukses, tidak seperti tahun sebelumnya yang katanya kacau balau karena calon penerima daging berdesak-desakan masuk, daging tercuri, kresek tidak merata, ya.

Itulah, yang sering tidak disadari oleh tim, sama seperti yang saya pikirkan waktu itu, pemimpin yang baik bukan pemimpin yang apa-apa dipegang. Bagi saya pemimpin yang baik adalah pemimpin yang cerdas menjalankan dua fungsi. Pertama KOORDINASI dan kedua DELEGASI.

Clipboard yang dipegang mas Akhsin adalah center dari koordinasi, dan suara dia yang lantan menyuruh sana dan menyuruh sini adalah menjalankan fungsi delegasi. The Result, even sukses.

Gaya kepemimpinan macam itu yang saya akui jempolan pernah saya lupakan satu setengah tahun terakhir, dan mulai akan saya coba terapkan lagi, agar struktural tim terjaga, misi berjalan dan visi tercapai. Saya tidak bisa menjelaskan kesemuanya secara verbal kepada tim, yang saya minta hanya tim lebih mau belajar, memahami posisinya dalam struktural besar terwujudnya Indonesia Emas. Diposisi mana kamu, saya akan ambil bagian?

Pekerja Keras

Bekerja keras adalah salah satu bentuk totalitas aksi (Total Action). Sebut saja Rhea, saya suka dengan hasil kerjanya, walaupun di depan cerewetnya melebihi panci yang jatuh dari anak tangga ke 1945 tugu monas, tetapi tuntas apa yang menjadi tugasnya. Habis pulsa saya untuk SMS-an, tetapi setidaknya saya ayem, karena ketika dilapangan mendapati kenyataan berbeda dari yang sudah direncanakan adalah bukan hal yang aneh, manuver demi manuver, itu kunci keberhasilan satu misi.

Atau sebut lainnya Naim, cocok dengan salah satu kredo saya "jadikan setiap even menjadi inspirasi even selanjutnya", ya, di jalan jangan takut mencoba hal baru, turun bagi-bagi brosur di perempatan, presentasi dihadapan anak SD yang sebelumnya belum direncanakan. Itu nilai lebih dari seorang pengemban misi.

"Dont just do what I tell U!"

1/20/09

Muhammad Rizky

Rani 'heboh sendiri', pertama yang memberikan frasa itu ke saya. Entahlah, saya menyukai nama itu. Bolehkah untuk nama pena nanti?

"Nuuun. Demi pena dan apa yang mereka tuliskan."

1/19/09

Jiwa Semangat Donk

Hidup sebagai seorang samurai, sempurna dan kedsiplinan yang sangat tinggi melebihi kaum lainnya, kehormatan diri lebih berharga dari nyawanya. Lalu bagaimana hidup sebagai seorang Semangat Donk?

Ini yan saya rasakan dan belum sempat saya sampaikan sebelumnya. Bahwa sesungguhnya hari-hari kita adalah pembuktian atas apa yang kita tuliskan di Koran Dinding. "Nuuuuun, walqolami walayasdurun...". Mencapai keberhasilan itu biasa, tetapi mencapai keberhasilan yang sebelum keberhasilan itu tercapai sudah tergambar dalam impian di benak kita, itulah istimewa. Itulah The Power of Dream.

Bisa membeli mobil itu biasa, tapi memberanikan diri membeli mobil saat uang belum ada di tangan, itulah istimewa. Itulah The Power of Believing.

Bertindak dengan maksimal, kerja keras, itu biasa. Tetapi bertindak dengan inisiatif, sebagai perwujudan pribadi yang peka akan kebutuhan sekeliling dan peluang yang bisa diambil disekeliling, itulah istimewa. Itulah The Power of Action.

Bersungguh-sungguh dalam semangat itu biasa, tetapi bersemangat dengan satu niatan diatas nilai-nilai materi, itulah istimewa. "Kanggo sebo mengko sore..", saya suka mengistilahkan itu. Itulah The Power of Spirit.

...Knowledge, Idea, Focus, Positive, Choice, Synergy, Love...

Menjadi kaya, sejahtera, berkelimpahan itu biasa, tetapi memiliki semangat berbagi melebihi kecemasan kita akan kehidupan kita hari esok bagaimana, itulah istimewa. Pa Zainal Abidin dan Uztadz Yusuf Mansyur guru besar kita soal ini. Itulah The Power of Success.

Karena itulah, kording istimewa, sangat istimewa. Karena itulah Kording terus terbit, sefluktuatif apapun pendapatan iklan. Terus, harus terus, menulis.

Regional Entity By Roadshow ICE. Road to National begin with Matematika Dahsyat 3

1 Umum Indonesia Cerdas Emosi I 2009
-spanduk roadshow 1x5 meter 1
-backdrop roadshow 2x4 meter 1
-poster A3 setengah rim
-kolom metrobis dan advertorial koran

a Otak Kanan
i brosur dan presentasi di kelas 5 dan 6 SD SD favorit
ii brosurman di mall, bank
iii surat smp-sma

b Temu OSIS
i surat smp-sma, u.p. pembina osis/kesiswaan
ii outgoingcall data dari disdik

c Workshop Asmaul Husna
i surat terbuka diprint ukuran poster di masjid-masjid strategis kabupaten
ii surat untuk tamir dan remaja masjid melalui tamir masjid agung
iii surat untuk semua kecamatan dan kelurahan di kota untuk perwakilan tokoh masyarakat, tokoh pemuda melalui kantor pos
iv surat smp-sma u.p. pembina rohis, pengurus rohis, guru agama
v surat guru-guru sd melalui upk

d Psiko-edukasi
i. surat smp-sma dua versi, untuk kepsek dan undangan terbuka
ii. surat guru-guru sd melalui upk

2 Follow up Indonesia Cerdas Emosi I 2009
-follow up diklat psiko-edukasi 4x pertemuan

Keukeuh,

Mana pantas saya mendapatkan seseorang, sementara keukeuh saya tak bisa mengalahkan keukeuhnya. Sampai hari ini, saya siap kehilangannya sesiap saya mendapatkannya,

Januari, 15 Januari 2009 (Hari ini harga BBM luluh, jadi 4.500)

Sebuah Entitas

Sukses, itu yang terpikir di benak saya sedari jam 03.00 dinihari dilepas pergi Ibu dan Bapak dari rumah hendak ke Kebumen tadi. "Harus sepagi itukah?', itu yang mereka tanyakan. Kebumen memang dekat, tapi serangkaian panjang hal kalau tidak selesai hari ini kacaulah besok. Nyatanya kata sukses itu terus bergaung, waktu terkejar rapih, kepala Dinas dan pejabat Setda juga ditemui, sukses, demi sukses terus mengalir...

Ya, itulah hikmah bisikan kata sukses di awal pagi. Bagi saya ketika berangkat tadi pagi, jumlah peserta tidak jadi soal. Saya hanya bersyukur, satu ide yang saya gagas sendiri bahkan tidak sempat saya rembug dengan teman saya sebelumnya, langsung saja cetak poster dan gagas time-schedule, hari ini mulai bergulir prosesnya.

Yang menjadi esensi expansi Semangat Donk out of box of Banyumas adalah saya berharap ini bisa menjadi trigger meng-out of box-an mindset teman-teman, yang saya tahu, saya lihat dan saya rasakan sudah sangat jumud. Kejumudan adalah istilah yang saya dapat dari Mas Akhsin, salah satu guru leadership saya di Rohis dulu yang sekarang sudah menenteng titel, menggandeng istri di usia sangat muda di Lion Air sana.

Kejumudan adalah awal kehancuran. Tak ada kata lain selain harus dihilangkan kejumudan itu, ini soal mindset, bagaimana mungkin kita akan sukses kalau kita sudah menjustis atau menghakimi diri kita sendiri sebagai orang malang, orang gagal, orang lelah. Sudahlah, untuk kesekian kalinya saya katakan, kesulitan ini bukan tanda kita salah jalan, kesulitan bukan resistor (penghambat) tapi transistor (penguat), kamu tak perlu percaya pada saya, itu musyrik namanya, percaya hanya pada Tuhan. dan percayalah saya adalah wakil Tuhan di muka bumi, yang berani melangkah, yang berani mengambil resiko, yang sedang ditempa kekuatan karakternya, yang bisa jadi kadang bahkan sering salah langkah.

Lihatkah siginifikannya pergerakan peningkatan kualitas diri kita. Dari obrolan berdua di kamar di atas kertas buram, sekarang ada di dinding-dinding ratusan sekolah, ada di folder-folder ijazah peserta training, terpampang di halaman web, bersyukurlah atas itu. Itulah kenapa saya mengajak keluar dari Banyumas, agar kita tidak Banyumas-sentris. Yakinlah, kita terus melaju, melesat, menjawatengahkan diri, mengindonesiakan semangat, dan menduniakan kiprah. Saya tahu kamu lelah, bisa jadi orang membacamu sedang putus asa, atas mimpi-mimpi yang tertunda.

Tuhan menuntun kita seperti menuntun runtut-runtutan judul kording, yang tidak sembarangan diurut-urutkan, Tuhan menjaga kita seperti menjaga degupan jantung dengan iramanya, hembusan nafas dengan kadar kerapatannya. Angkuh benar merasa kehendak kitalah yang paling hebat, padahal bukankah judul kording, jantung dan nafas itu diluar kehendak kita?

Satu pesan bermakna dari salah satu orang yang saya kagumi dia Hill, ya Napoleon Hill, dia katakan di buku spektakulernya, bahwa seorang yang memiliki satu impian dan ia sudah mengorbankan apapun di hari ini -kuliahnya, nilainya, kebersamaan dengan keluarga, penampilan, waktu senggang, kenyamanan tidur cepat bangun siang, dan banyak lagi-  demi impiannya itu, tidak ada hal lain yang akan terjadi padanya kecuali dia akan benar-benar mendapatkan apa yang dia inginkan.

Dan kalau dihubungkan dengan kata-kata dari Tata, "...di waktu terbaik."

Kenapa harus begitu? Karena tidak ada yang lebih mahal, kecuali "keyakinan", ya, keyakinan kitalah yang sedang diuji. Punya keyakinan yang kuatkah? Tidak mudah menyerahkah?

Maka, mulai hari ini, Semangat Donk bukan entitas kamar, bukan entitas kampus, bukan entitas lapisan masyarakat tertentu, bukan entitas lokal, tetapi entitas regional yang dalam waktu dekat akan menasional. Percaya?

1/18/09

Kebuboy

Itu mungkin nama kecil Kebumen. Di balik Backdrop chek2mail, sambil dengarkan mas ARIF RH membawakan otak kanan dahsyat. Ketawa2 sendiri saya,

Wah, ternyata memang Otak Kanan Dahsyat nggak kalah Dahsyatnya dengan Matematika Dahsyat! Akan saya boomingkan ini. Saya Optimis. Ini content bagus! Mas Arif pembawa materi bagus! Tinggal saya jadi manager event yang bagus, maka menasionallah Semangat Donk Indonesa.

Ini mungkin jalan lompatan sebelum masuk M, ya, ratus juta dulu. Tunggu pembuktian postingan ini. Mau jadi penonton? atw Pendukung?

1/16/09

Lelah tak terperi, Menyenangkan tak terkira

Tapak-tapak jejak Soedirman, Road to Jateng from Banyumas, Goes to Indonesia. Pulang dari Kebumen punya LCD. Pulang dari Purworejo punya apa...

Apa?

Avanza... Ah yang bener? Tak usah dipikir buat yang tak percaya, menghambat saja. Kawan, ini bukan untuk gelamoriaku, tapi ini jawaban dariku atas keraguan selama ini..

Jalan ini hebat! hanya itu yang aku yakini. Semoga kau juga!!!

Sekarang saya percaya

Saya, kita, tak lama lagi akan jadi tokoh nasional. Diantara kita ada yang ragu pada gaya leadership saya, pada keyakinan saya, pada tajamnya visi saya,

Kalau karena itu harus tersingkir dengan sendirinya, saya juga yang akan sedih. (Bukan Hilmy yang saya maksud, tak ragu sedikitpun pada komitmen dan keyakinannya)

Inilah proses, yang dulu sering saya sebut seleksi alam, tak pernah berhenti seleksi alam. Bertahan! atau mati! Berubah! atau mati.

Dan Januari ini, Berbeda! atau mati! HARUS menulis kau, HARUS!

Kerja Rodi : Bikin Mandulnya Alat Vital Produktivitas

Ya, alat vital bernama spirit entrepreneurship menjadi letoy bahkan mandul akibat kesalahan yang disepelekan. Jualan barang, dan keuntungannya semua untuk kas organisasi. Terus dapat apa donk yang jualan.

Bagi saya persentase memiliki dampak gede. Berapa persen buat yang jual, berapa yang masuk kas. Dengan begitu, semangat progresivitas akan terpupuk.

SUSU ULTRA STRAWBERY


Dari Susu Segar, kaya kalsium alami, 14 vitamin & 9 mineral.
Susu Ultra dipersiapkan menggunakan teknologi UHT dan dikemas secara aseptik. Kualitasnya tetap terjaga selama kemasan masih tertutup meskipun tidak disimpan dalam lemari es.
Dengan kemasan multilapis kedap cahaya dan udara yang melindungi susu dari pengaruh suhu dan sinar matahari yang dapat menurunkan kualitas susunya.
Disarankan minum susu UHT kaya kalsium sekurang-kurangnya 2 gelas (500ml) setiap hari untuk melengkapi kebutuhan keluarga akan 14 vitamin dan 9 mineral. Susu UHT cocok untuk anak usia diatas 1 tahun.
Ingredients: Fresh Milk, Sugar, Stabilizer, Strawberry Flavor, Carmine Color (CI 75470).
Nutrition Facts
Serving Size 1 Pack (200ml / 6.76 fl.oz).
Serving Per Container: 1.
Amount Per Serving
Total Energy: 140kcal.
Energy from Fat: 30kcal.
Contain Biotin 5.1mcg, Inositol 10.4mg, Choline 38mg, Chloride 185mg, and Cuprum 6.3mcg per serving.
Shake Before Opening. Once opened consume immediately.
Diproduksi Oleh: PT Ultrajaya Milk Industry Tbk, Indonesia.
BPOM RI MD 405710196022.

1/14/09

Apa si Kaya itu?

Kaya Mindset itu gajah.
Kaya Harta itu semut.

Orang yang kaya harta saja bisa saja terperangkap dalam persepsi sempit dirinya sendiri, jalannya pelan (jalan peningkatan kualitas diri) dan arahnya entah, seperti gajah yang mengikuti semut.

Orang yang kaya mindset saja memiliki kunci-kunci kekayaan harta. Sebut saja jiwa pembelajar sebagai bantuk kekayaan mindset, semangat untuk maju, kemampuan untuk supel, bukankah itu pintu-pintu rejeki. Seperti semut yang mengikuti gajah. Lho? memang bisa? bisa, karena semut bisa menaiki punggung gajah tetapi gajah tidak bisa menaiki punggung semut.

Di kampus, kita diajari bagaimana caranya menjustifikasi diri. Dan diajak untuk bisa memaksimalkan keahlian kita agar bisa diterima sebagai satu bentuk komoditas yang dibutuhkan pasar, pasar dunia kerja.

Di luar kampus, saya diajari bagaimana caranya mengeksplorasi diri, menemukan titik terkuat dan terlemah di dalam diri, berinteraksi, survive, keberanian mengemukakan gagasan, keberanian melangkah dalam kondisi tidak ideal.

Itulah beda keduanya. Satu alasan kenapa saya tak merasa bersalah tak berangkat praktikum hari ini. 20 juta akumulasi uang kuliah yang sudah saya hamburkan bisa kembali dengan satu atau dua derajat saja tingkat kekayaan mindset saya, saya naikkan.

Tapi satu atau dua tahun saya forsir diri saya di empat tembok ruang kelas di kampus, bisa-bisa otak saya menjadi kerdil, nyali saya mlempem, inspirasi saya tumpul, dan serangkaian justis (pembenaran) kepada diri sendiri yang demikian memprihatinkan lainnya. Akibatnya, hanya untuk 20 juta mungkin saya harus 20 tahun mengais 'tong sampah' rejeki.

Banggalah, coba bandingkan dengan rekan-rekan selifting kita, siapa yang pencapaiannya paling besar, siapa yang kekayaan mindsetnya paling tinggi? Kalau cuma titel S1, beli 20 juta juga bisa. Kalau cuma NIP dari profesi PNS, siapa yang tahu presiden mendatang akan meluncurkan program nasional prihatin bersama dan perampingan PNS besar-besaran.

Teman, jangan mempertuhankan negara. Negara ini dibangun bukan oleh para PNS, tapi para pembelajar yang mereka belajar dari alam langsung.

Teman, jangan mempertuhankan keahlian. Tidak ada jaminan orang terus akan mau membayar keahlian kita hingga tua dan mati nanti.

Teman, jangan bangga kau kaya hari ini, kalau mindsetmu kerdil. Dan banggalah yang mindsetnya hebat tetapi dari segi materiil belum mencukupi. Ini proses, yakinlah, kamu sudah pegang kuncinya, tinggal menunggu The Best Timing

Mus, Mustahil

Dulu mustahil kenal tokoh2 nasional. Dulu mustahil ada laptop belasan jumlahnya. Dulu mustahil, terkonek ke seluruh dunia melalui jaringan maya NON-STOP. sekarang? mustahil pergi entah kemana.

Begitulah mustahil sudah tidak lagi tampak di depan saya, pergi entah kemana. Yang ada tinggal 'mungkin'. Mobil, LCD..

Dan bukan hanya itu, kita semua bertitel sarjana, punya (ownership) satu-satu bisnis di bawah SDI atas keringat dari nol, 2 taun yang lalu, bukan franchise, lebih tergambar didepan saya adalah cabang.

Jadi, tenang saja, badai hari ini adalah penguat kapal 'karakter' kita. Kalau mau, saya bisa jelaskan dengan logis keyakinan saya atas ke-mungkin-an ini.

Sosialisasikan 'Mencontreng'

Bukan cuma KPU yang mensosialisasikan suara sah bila tanda gambar pada surat suara diberi tanda dengan satu contrengan, saya juga sedang getol mensosialisasikan budaya 'mencontreng'.

Inilah hal yang paling membuat saya gemes, berpuluh program dibahas, didealkan, dikomitmenkan dan dijalankan, tapi tidak ada feedback laporan. Kalau pada berdalih, 'kan ga ditanya?' itu SALAH BESAR.

Satu komitmen yang sudah diijabkabulkan penerimaan dan pengerjaannya, berarti tercakup di dalamnya adalah ending dari task itu : laporan.

Saya hanya bisa memfasilitasi, membuat cheklist dan kolom kosong untuk dicontreng, itu saja. Agar saya crita dan koordinasi program selanjutnya juga enak, nda ilfeel seperti kemarin-kemarin.

Karena itu, contrenglah, laporkanlah, jangan menunggu ditanya. Mencontren adalah hal sepele tapi punya arti besar terhadap kontinuitas program, sementara baru Andri diantara sekian banyak, yang sudah memegang teguh budaya 'mencontreng'. Yang lain mulai ya!

Praktikum

Nitip dulu ya,

1/12/09

Baru Pernah, Cuma Ber-4 pula, Benar2 Baru Pernah ...

Dulu mimpi, dan hari ini terjadi. lagi-lagi the power of dream terbukti. 12 laptop numpuk-numpuk seperti beras zakat fitrah. Purbalingga, Gedung Gapensi, 12 Januari 2009, event terkacau sepanjang Semangat Donk ada. Anna, Rhea, Karyanto, Bu Wiwit & 8929. Tkz

1/11/09

Panthera Tigris

harimau   Kerajaan: Animalia
   Filum: Chordata
   Kelas: Mammalia
   Ordo: Carnivora
   Familia: Felidae
   Genus : Panthera
   Spesies: Panthera tigris


Harimau atau macan (Panthera tigris) tergolong dalam kerajaan hewan dalam Phylum Chordata (mempunyai saraf tulang belakang), sub-phylum vertebrata (bertulang belakang), kelas mamalia (berdarah panas, berbulu dengan kelenjar susu), pemakan daging (Carnivora), keluarga Felidae (kucing), genus panthera, spesies tigris (harimau).

Harimau tersebar luas di Asia, mulai dari Turki kearah timur, populasi terbanyak terdapat di Asia tenggara. Harimau biasanya memburu mangsa yang agak besar seperti rusa, kijang, babi, kancil, tetapi akan memburu hewan kecil seperti landak apabila mangsa yang agak besar itu tidak ada.

Harimau dikenal sebagai kucing terbesar, harimau pada dasarnya mirip dengan singa ukurannya, walaupun sedikit lebih berat. Beda subspesies harimau memiliki karakteristik yang berbeda juga, pada umumnya harimau jantan memiliki berat antara 180 dan 320 kg dan betina berbobot antara 120 dan 180 kg. Panjang jantan antara 2,6 dan 3,3 meter, sedangkan betina antara 2,3 dan 2,75 meter. Di antara subspesies yang masih hidup, Harimau Sumatra adalah yang paling kecil dan Harimau Siberia yang paling besar.

Loreng pada kebanyakan harimau bervariasi dari coklat ke hitam. Bentuk dan kepadatan lorengnya berbeda-beda subspesies satu dengan yang lain, tapi hampir semua harimau memiliki lebih dari 100 loreng. Harimau Jawa yang sekarang sudah punah kemungkinan memiliki loreng yang lebih banyak lagi. Pola loreng unik setiap harimau, dan dapat digunakan untuk membedakan satu sama lain, mirip dengan fungsi cap jari yang digunakan untuk mengindentifikasi orang. Ini bukan, bagaimanapun juga, metode pengidentifikasian yang disarankan, terkait kesulitan untuk merekam pola loreng pada harimau liar. Sepertinya fungsi loreng adalah untuk kamuflase, untuk menyembunyikan mereka dari mangsanya.

Ada sembilan subspesies harimau dalam genus Panthera. Enam di antaranya masih hidup pada masa sekarang. Tiga subspesies harimau selebihnya telah dianggap punah secara resmi. Berdasarkan warna harimau dapat dikelompokan menjadi 4 kelompok, harimau warna normal, harimau putih berloreng, harimau putih seluruhnya (pure white), harimau warna mas (golden tiger)

Hari ini 11 Januari (setahun Mission Statement)

Sebelas Januari Bertemu
Menjalani Kisah Cinta Ini
Naluri Berkata Engkaulah Milikku
Bahagia Selalu Dimiliki
Bertahun Menjalani Bersamamu
Kunyatakan bahwa Engkaulah jiwaku

Akulah Penjagamu
Akulah Pelindungmu
Akulah Pendampingmu
Di setiap langkah-langkahmu

Pernahku Menyakiti Hatimu
Pernah kau melupakan janji ini
Semua Karena kita ini manusia

Akulah Penjagamu
Akulah Pelindungmu
Akulah Pendampingmu
Di setiap langkah-langkahmu

Kau bawa diriku
Kedalam hidupmu
Kau basuh diriku
Dengan rasa sayang
Senyummu juga sedihmu adalah Hidupku
Kau sentuh cintaku dengan lembut
Dengan sejuta warna

1/10/09

Chance v.s. Character

Ketika menemukan peluang bahagia,
Ketika berhasil melewati kesulitan bahagia,

Mana yang lebih bahagia diantara keduanya?
Kedua!

Itulah perbandinan karakter dan kesempatan. Jadi mana yang kita cari, karakter apa kesempatan?

1/9/09

Avanza is trigger

Ya, hanya triger, nyatanya saya naik motor china, Jepang sampai Papua Nu Gini, naik mobil carry 86, daihatsu 1994 sampai Innova 2005 juga tak jadi soal selama ini. Namun demikian, yang tidak kita sadari, mental miskin finansial itu masih membelenggu kita. Secara teoritis kita masih menganut manhaj 'kebutuhan mengikuti pendapatan' bukan yang seharusnya 'pendapatan mengikuti kebutuhan', Nyatanya bukan satu dua kali saya membuktikan kebenaran manhaj orang-orang sukses ini.

Mental miskin adalah expresi seorang materialis yang tak sadar bahwa dirinya materialis. Apa si materialis itu? maknanya demikian mendalam bagi saya, yakni orang yang nilai dirinya belum bisa berlepas diri dari nilai diri materi (finansial). Karena itulah Andri berkomitmen untuk kording tidak boleh tidak terbit satu bulanpun, apapun yang terjadi. Atau Hilmy berkomitmen, kedepannya harus ada pemisahan yang jelas antara Semangat Donk sebagai komunitas dengan Semangat Donk sebagai lembaga profesional. Atau saya berkomitmen untuk Avanza bersama sebelum Jazz pribadi.

Ini bukan sekedar komitmen, sudah dibuktikan kording tidak pernah untuk tidak terbit, kalaupun ada keterlambatan itu karena kendala teknis non-finansial, begitu juga soal free hotspot di L22, sesungguhnya itu bukan pemborosan walaupun saya amat menyayangkan kalau itu hanya digunakan untuk berhura-ria dengan chating (dengan para trainer misalnya), ada hal lain yang bisa kita kerjakan, kita cari dan kita pelajari, jalan terbuka lebar. Namun demikian, soal produktivitas internet saya tempatkan di urutan prioritas kedua, rasa-rasanya upaya saya sudah maskimal untuk menggenjot SDCP, untuk membangun semangatdonk.com, dan fokus di prioritas pertama saya adalah mengeluarkan diri kita dari perangkap 'kita miskin', menjadi 'kita kaya'.

Ketika kesadaran sudah beralih dari 'kita miskin' menjadi 'kita kaya', maka bukan hanya gaya hidup yang meningkat, sesungguhnya gaya hidup yang dalam hal ini free hotspot dan avanza hanyalah trigger, tetapi yang kita pancing sebenarnya adalah metalitas produktif kita. Karena sesungguhnya tidak ada satu hal yang bisa membantah bahwasannya kita itu punya potensi, potensi, bukan sekedar potensi biasa tetapi sangat brilian, sayang kita belum bisa keluar dari 'perangkap' miskin, masuk ke 'kendaraan' kaya, untuk produktifitas yang lebih.

Sebenarnya kita mampu, sayangnya kita amat minim melatih bawah sadar kita untuk menyadari itu, maka hanya inilah pencapaian maksimal dan kerja keras kita. Ubah diri kita, dan dunia kita akan berubah. Diri yang dimaksud di sini adalah bawah sadar. Dan bawah sadar itu perlu dipicu dengan stimulan, itulah trigger.

Inilah pembelajaran di universitas-harapan, kampus sejati kehidupan kita, tidak diajarkan oleh dosen mata kuliah apapun di kampus-kampus kampungan yang membodohi mahasiswanya sendiri dengan menyekat, mempersempit sudut pandang dan pola pikir mahasiswanya, dan mereka manut-manut saja.

1/8/09

Saya Tidak Normal

Keberhasilan yang akan saya dapat nanti bukan bisa membangun rumah atau sekedar mengangsur mobil, bahkan mimpi-mimpi sayapun bukanlah mimpi orang normal, begitupun apa yang akan saya dapat.

Jalan hidup yang saya pilihpun adalah jalan yang berbeda dari kebanyakan orang normal, aneh, menantang, misterius, tetapi bagi saya, inilah hidup.

Juga pernikahan yang akan saya jalani bukan pernikahan yang diawali dengan siap segala sesuatunya. Seperti Ustadz Aris Ahmad Jaya, yang membuat bahagia kami bukan materi, baik di awal maupun kesudahannya, tetapi keyakinan menjemput mimpi bersama. Berbeda dari normalnya, tetapi indah, saya tak bisa melukiskan itu.

1/7/09

Dualisme

Saya belum dapat mata kuliah ini, jadi saya sekarang masih bingung

S Coret


Huruf 'S' hitam dicoret merah itu artinya dilarang berhenti. rambu semacam ini ada di sepanjang jalan orang-orang yang punya keyakinan yang kuat akan tujuannya, rambu semacam ini yang membuat dia tidak mudah menyerah, putus asa,

Tidak ada kata berhenti baginya

Nilai A


"Ada yang mesti kita periapkan, hati yang menerima, jiwa yang rela dan keikhlasan..."

Keikhlasan adalah mata kuliah yang saya dapatkan 2 tahun di Purwokerto ini, sekitar sesemester terakhir malah, saya hadapi praktikumnya, semoga saya lulus dengan nilai A.

Karena memang tidak ada yang perlu disesalkan, disayangkan, semua sudah terjadi, perubahan tidak bisa dihindari, saya hanya bagian kecil dari semua itu. Yang saya yakini, ini semua adalah mekanisme-NYA. Sang pendegup jantung dengan irama indahnya, Sang pelukis pelangi dengan paduan warna lembutnya.

AT Mahmud

Pelangi pelangi
Alangkah indahmu
Merah (jingga) kuning hijau (biru nila ungu)
Di langit yang biru

Pelukismu Agung
Siapa gerangan
Pelangi Pelangi Ciptaan Tuhan

1/6/09

Semuanya Menyerah

Semuanya menyerah,
satu demi satu menyerah,
tinggal aku dan Engkau?

aku masih boleh melangkah kan?
yakinkan aku, kali ini aku akan lulus kan?

semua aku serahkan pada mekanisme-Mu,
seperti aku serahkan degupan jantungku dan aliran darahku
tugasku hanya melangkah, ke arah mimpiku kan?

Dari Ita

Jangan pernah bayangkan kamu tak mendapatkan apa yang kamu inginkan,tapi coba bayangkan kamu telah menggenggam keinginan tersebut......Jiwa dan realita hati dan pikiran unsur yang dimiliki seseorang untuk dapat memaknai sesuatu

Dari Dayu

Manusia itu pada dasarnya hanya bermimpi...Untuk mendapatkan sesuatu itu diawali dengan mimpi, ALLAH menghadiahkan kita mimpi agar kita dapat mencapai keinginan kita,dari mimpi jugalah kita mampu menciptakan,bereksperimen dan mampu menghasilkan,mimpi memberi kita hidup mimpi membawa cita-cita kita dan dari mimpi pulalah cinta itu berawal


Permasalahan paling utama dari manusia adalah mereka tidak mau bereksperimen dengan mimpi mereka,mereka tidak menindak lanjuti mimpi mereka dan mereka hanya menganggap mimpi sekedar mimpi

Bedanya

Pegawai akan berkata, "perhitungan saya terwujud",
Pengusaha akan berkata, "mimpi saya terwujud",

perhitungan itu pekerjaan si semut 'sadar',
mimpi itu pekerjaan si gajah 'bawah sadar'.

1/5/09

Teman

Ia selalu meyakinkanku untuk menjunjung tinggi mimpi-mimpi kami, lalu ia membakarku untuk selalu mencapainya. Ia adalah antitesis sikap pesimis, panglima yang mengobrak-abrik mental penakut, dan hulu balang bagi jiwa besar. Ia telah membawaku mengalami hidup seperti yang kuinginkan.

Hidup dengan tantangan dan gelegak mara bahaya. Bersamanya aku melepuh terbakar panas matahari, limbung dihantam angin dan menciut dicengkeram dingin. ...

Semuanya telah kami rasakan, dalam kemenangan manis yang gilang-gemilang dan kekalahan getir yang paling memalukan, tapi selangkahpun kami tak mundur, tak pernah. Kami jatuh, bangkit, jatuh lagi, dan bangkit lagi.

Cobaan tak pernah berhenti

Lagi-lagi, kini beda lagi, hardware speaker 1257 mati. Ke Jogja lagi, ngurus garansi lagi,
yah mau bagaimana lagi, begitulah, begitu juga di rumah tangga,

Bukankah hidup adalah perpindahan dari satu masalah ke masalah lainnya.

Yang penting hidup harus tetap berjalan, hari ini tiga jadwal tertunda tidak boleh tertunda seperti renang pagi tadi : Bayar kontrak L22 tahun ketiga, donor darah dan ke DI Panjaitan.

Ke Gramednya besok saja, Insya Allah

Kuliah?

Kuliah, kuliah kok untuk cari duit? Ya to, dapat nilai bagus, wisuda dengan predikat excellent, dapat kerja, dapat gaji, bisa beli makan, perut kenyang, perut, perut, perut... Sependek itukah visi kita?

Kalau cuma cari duit, kalau cuma isi perut, sok dagang bakso itu lebih realistis. Loh, kita punya otak, punya imajinasi, jangan dikira jadi Raja Bakso itu mustahil.

Ini nih pikiran yang sudah ddibelenggu tanpa sadar oleh empat dinding kelas di kampus. Sayang disayang, memperangkan otak sendiri, dilupakan dengan potensi tak ternilai yang kita miliki, manut saja sama label yang diberikan sang dosen. Tega sekali kau pak dan bu dosen..??!!

Lalu kalau cari duit bisa didapat dengan jualan bakso, buat apa dong kuliah? Saya juga tidak tahu

1/4/09

Front Desk

Teman, kau tahu berapa lama waktu untuk SDI sekedar memiliki front desk? Dua tahun, ya dua tahun. Apa artinya? Yakinkah betapa kuatnya karakter yang sedang tergembleng pada diri kita? Senyata mimpi-mimpi yang sudah terwujud, begitulah tampak nyata dihadapan saya, bahwa sukses finansial itu tinggal satu kali klik saja, ya, satu kali klik, bukan double klik sekalipun. Saksikan kebenaran kata-kata ini!

Hati-hati dengan peluang


Berbisnis, untuk bisa memulainya haruslah ada peluang. Tapi kenapa kok kita harus hati-hati dengan peluang? Suatu ketika saya ikut acara di Dinasti, membahas tentang bisnis properti, apa yang dikatakan?"Properti merupakan bisnis yang sangat menjanjikan, tidak pernah lesu", dikesempatan berikutnya saya mendapati komentar dari seorang pengembang perumahan mewah di Purwokerto, "Banyak mas yang lebih jago dari yang kemarin ngomong di Dinasti."

Atau kasus lainnya, "Motivasi merupakan komoditas yang tidak ada habisnya, semua orang butuh dan semua orang harus terus mengulang-ngulangnya", dan dikesempatan lain saya mendengar begitu derasnya terpaan argumen tentang komersialisasi training motivasi. Atau hal lainnya lagi, katanya "Agrobisnis merupakan usaha yang sangat prospektif, apalagi kalau bisa menembus pangsa ekspor" dan dikesempatan lainnya saya mendapati fakta, "kebanyakan pebisnis agro se-kancah internasional gulung tikar bukan karena kekurangan pasar, tetapi karena kewalahan memenuhi permintaan pasar, kontinuitasnya ambruk dan kredibilitasnya jeblok".

Atau lainnya lagi "Bisnis kuliner tidak pernah ada matinya", nyatanya saya mendapati berapa puluh warung yang gulung tikar, awalnya sepi, lama-lama bangkrut".

Dari situ saya berpikir tentang tukang bakso, bagaimana kalau dia tidak pandai menyikapi peluang, melihat es cingcau ramai, dia berganti aliran jadi jualan cingcau, ketika melihat tukang jagung rebus lebih ramai diapun berganti lagi, pertanyaannya, kapankah sukses akan menghampirinya?

Inilah yang saya maksud dengan hati-hati dengan peluang, teman, ketahuilah bahwa dunia ini penuh dengan peluang, sangat penuh, saking penuhnya, kapasitas keahlian kita tidak akan menutupi jumlah peluang yang mungkin dikerjakan oleh manusia. Tapi pertanyaannya, apakah sukses adalah milik orang yang memiliki banyak peluang? belum tentu. Sukses adalah milik mereka yang mau loyal, dengan integritasnya, spesifik mengerjakan peluang.

Penjelasan ini ilmiah dan sangat logis, mengapa demikian? Karena peluang hanyalah pintu awal, sementara tititan lanjutan setelah melewati pintu itu ada yang namanya 'jam terbang'. Ketahuilah bahwa ketika kita masuk ke pintu peluang baru, ada orang-orang yang telah lama melewati pintu itu dan memiliki jam terbang tinggi. Maka pertanyaannya, siapakah yang akan menang disitu?

Begitu juga ketika kita sudah menetapkan satu pintu peluang yang kita ambil, kalau kita keukeuh ada di pintu itu, percayalah, sesepele apapun pintu itu, lambat laun jam terbang kita akan meninggi dan bisa mengarahkan kemudi ke pulau keberhasilan. Karena itulah, satu kesimpulan besar yang musti kita pegang erat-erat, genggam kuat-kuat, bahwa : Bisnis yang bagus bukanlah bisnis yang mudah, karena kalau bisnis itu mudah, bisa jadi sudah banyak orang yang menjejak di dalamnya dan kita bukan lagi yang pertama, dan bisnis yang mudah akan mudah pula disusuli oleh orang-orang sesudah kita, dan bila orang-orang yang menyusul itu memiliki kapasitas lebih dari kita, misalnya lebih mau kerja keras, lebih banyak belajar, lebih banyak relasi, lebih tahan banting, maka kita akan tersalip dan resiko terbesar kita adalah gulung tikar.

Ya, kesulitan yang kita temui dalam bisnis bukanlah pertanda pilihan peluang yang kita ambil salah, kesulitan itulah justru tanda langkah kita benar. Ketika kita bisa tetap bertahan maka jam terbang kita akan meninggi di bidang yang kita tekuni, dan ketika kesulitan itu tak kunjung habis, itu tandanya tidak banyak orang yang bisa menyusul apalagi mendahului kita.

Dari seorang penulis buku "Joshua Wahyudi" namanya, dia mengatakan, banyak peluang untuk mencapai sukses, mudah itu, tetapi yang terpenting adalah bagaimana mempertahankan sukses, apa alat mempertahankan sukses itu, tidak lain adalah 'karakter', dan karakter hanya bisa lahir dalam diri manusia dari kawah candradimuka bernama 'kesulitan'.

Sulit itu bukan lampu merah untuk berhenti, sulit itu tanjakan yang menantang kita untuk meningkatkan posisi kita di atas permukaan bumi. Semangat berjuang, meraih mimpi-mimpi.

Magang Menikah?

Wahyuningsih, "Rizky, hebat idealismenya", Putra, "Rizky, berani mengambil keputusan-keputusan besar", Hilmy, "Rizky, pantas menikah lebih dulu", Nurcahyaningsih, "Rizky, banyak ide dan tingkah polah".

Satu dua tahun pertama bahtera pernikahan, ingin saya bawa berpesiar. Pacaran dulu istilahnya, karena memang sebelum akad, tidak ada aktivitas pacaran diantara kami. Soal pakaian yang menumpuk, banyak laundry, piring-piring kotor, bisa dicuci bersama, urusan nafkah itu urusan saya, tugasmu hanya melanjutkan study hingga ke program profesi, agar jadi keahlian berarti, soal jalan-jalan, setiap haripun bisa, kalau ada duit, kita jalan-jalan menyambangi sanak saudara seantero Jawa, kalaulah tak ada duit, cukup keliling kompleks, ke GOR, atau Rajawali. Soal momongan, DIA yang lebih tahu yang terbaik.

Nyatanya, mau jadi pegawai kantor pajak saja harus magang 1 sampai 2 tahun pasca pendidikan. Kenapa di pernikahan tak boleh magang dulu setelah ijab. Pasangan muda haruslah rela dicerca kalau belum rajin ikut arisan RT, kalaupun nafkah kurang, tak ada celanya pinjam ke orang tua atau mertua. Yang penting kita punya potensi, pinjam bukan untuk hura-hura konsumtif, banyak hal bisa kita garap bersama, indah.

Dari sebuah buku, "Kita tidak bisa belajar bisnis hanya dari pelatihan dan buku-buku bisnis, tapi kita bisa belajar bisnis dengan memulai menjadi seorang pebisnis", bukankah esensi bisnis macam ini ekuivalen dengan esensi pernikahan? "Kita tidak bisa belajar menjadi suami/istri hanya dari pelatihan dan buku-buku pernikahan, tapi kita bisa belajar menjadi suami/istri dengan memulai menjadi seorang suami/istri."

Bukankah pasangan kita adalah figur istimewa bagi kita? Lalu kenapa kita lebih memilih belajar sendiri, atau belajar dari orang lain, kenapa tidak memilih belajar bersama-sama saja dengan sang istimewa itu?

Ketika membaca postingan ini mungkin 999 dari 1000 orang akan berkomentar, "Ah, Rizky terlalu idealis, belum tahu si bagaimana peliknya masalah di rumah tangga yang sebenarnya...", Komentar macam apa itu, seolah-olah tidak pernah mendengar dalil, "Allah tidak akan memberi cobaan di atas kemampuan sang hamba" juga dalil lain, "Ujian adalah tarbiyah (pendidikan) yang meningkatkan derajat manusia", atau dalil lainnya lagi, "Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu...".

Be The First or Be The Number One


Menjadi orang nomor 1 di negeri ini sesuai dengan bidang saya,
that is my ultimate goal,

Karena itu sesungguhnya 'presiden' hanyalah trigger. Yang terpenting bukan jabatan politik yang saya emban, yang terpenting bukan istana merdeka menjadi rumah saya. Lebih penting dari itu, saya bisa membuat kiprah besar, saya lahir hanya sekali, mati hanya sekali, apalah artinya tidak bisa berkiprah besar.

Seberapa ukuran besar itu? Minimal setaraf kiprah presiden. Pada saatnya nanti saya bisa mengambil keputusan yang bisa memberi kemaslahatan ke-seantero negeri. Bisa membuat gebrakan aksi yang manfaatnya merebak keseluruh pelosok tanah air. Ini mungkin, sebut saja Ary Ginanjar, kiprahnya mendunia, Purdi E Chandara gebrakannya membawa banyak kemajuan untuk bangsa ini, Yusuf Mansyur bisa membawa satu lentera paradigma baru 'the power of giving', dan banyak lagi lainnya. Bukankah mereka adalah orang-orang nomor 1 di bidangnya?

Ketika generasi mereka berlalu, siapa yang akan menjadi pengganti mereka? lebih letoykah dari mereka, atau lebih dahsyat? Itu tergantung mimpi kita hari ini. 'First is first, second is nowhere'.

Dengan menjadi orang nomor 1,
Bangsa ini layak mengantarkan kepergian saya dengan senandung gugur bunga,
Seluruh penduduk negeri ini mengirimkan al fatihah dan lantunan doa,
Istri saya menjadi seorang wanita mulia, Ibu Bangsa,
Anak-anak saya akan menjadi generasi rabbani, kader hebat pengganti saya,
Orang tua saya bangga akan peluh keringat dan untaian doa sedari saya muda,
Indonesia akan berjaya,
Sedikit bekal untuk menghadap-Nya

Visi dan Misi Rizky

Hidup harus ada yang menjadi tujuan, ada yang menjadi pegangan, ada yang menjadi tumpuan. Itulah Visi, Misi, Nilai dan Peran, seperti yang diajarkan di training Mission Statement. Apa Visi-Misi Pribadi saya?

RIZKY DWI RAHMAWAN
Visi :
Menjadi wakil-Nya yang mampu berkiprah besar di dunia, ditandai dengan layak mendapat predikat No. 1 di bidang yang saya jalankan, di tanah air ini, sebagai bekal menghadap-Nya nanti (Kanggo sebo mengko sore)

Misi :
Meningkatkan kualitas diri,
Mengembangkan komunitas motivasi,
Pilar-pilar mandiri,
Kontribusi sosial,
Kemampuan syiar spiritual, di bidang pembelajaran kecerdasan moral bangsa

Nilai :
Sembilan-sembilan suara hati dengan dua diantaranya sebagai triger : Cerdas (Smart) dan Berkemauan (Willing)

Peran :
Sebagai generasi rabbani, yang membagikan ilmu, menambah ilmu, membagikan lagi, menambah ilmu lagi

Apa Visi-Misi pribadimu?

Mimpi-mimpi Rizky

Mimpi saya untuk bisa mengakses internet tanpa harus ke warnet sudah terwujud,
Mimpi saya untuk memiliki sebuah situs internet dengan searh engine dan buku tamu sudah terwujud,
Mimpi saya untuk menjadi penulis sudah terwujud , 23 edisi sudah tulisan saya beredar,
Mimpi saya di L22 terparkir mobil-mobil bagus sudah terwujud,.
Mimpi saya L22 memiliki front desk dan sekretaris sudah terwujud,
Mimpi saya tamu-tamu berdatangan dan menyalami saya dengan rasa hormat sudah terwujud,
Mimpi saya bisa menyetir mobil-mobil bagus hingga ke depan rumah sudah terwujud,
Mimpi saya memiliki sahabat baik satu visi sudah terwujud, sejak lama malahan,
Mimpi saya untuk memiliki olahraga rutin sudah terwujud,
Mimpi saya untuk bisa menghabiskan 1 buku dalam 1 hari sudah terwujud,
Mimpi saya untuk kenal dekat dengan pendiri ESQ sudah terwujud, baru Mas Ridwan si belum Pa Ary,
Mimpi saya memiliki laptop berukuran imut 12 inchi sudah terwujud
Mimpi saya memiliki nomor HP 165 sudah terwujud, dua malahan, bahkan blog dan emailpun rizky165, bukan mengkultuskan, hanya identitas semata,
Mimpi saya untuk menemukan calon pendamping sevisi sudah terwujud, doakan bisa melangkah ke jenjang legal dan barokah tahun ini,

Seiring dengan itu, saya mulai sering menuai terpaan angin dream stealer dan badai kritik, sebut saja sikap saya yang training-sentris, atau perjalanan saya ke Patrajasa, Lembang atau terakhir ke Widrapayung kemarin. Awalnya saya selalu klarifikasi setiap kritik, saya selalu cemaskan celoteh para dreamstealer. Seiring dengan perkembangan waktu, saya mulai bisa menutup telinga dan tetap melangkah tanpa menghiraukan semua itu.

Saya tak pernah merayakan tahun baru, jangankan masehi, hijriyahpun tidak. Pergantian tahun adalah momentum yang baik untuk melakukan refleksi diri, melakukan flashback dari setahun yang lalu kita sudah habis berapa dan sudah dapat apa, untung atau rugi? bukan finansial saja. Dan setelah itu melanjutkan dengan perenungan, kedepan, perbaikan apa yang akan dibuat. Saya menyebut ini sebagai chekpoint, sebagaimana pada system restore komputer kita.

Soal saya ke widarapayung, atau tahun yang lalu saya ke jalur pendakian slamet, atau tahun lalu saya ke dzikir nasional Jakarta Islamic Center, atau tahun sebelumnya ke alun-alun bersama anak-anak Rohis SMA 2. Itu pilihan yang saya buat secara sadar, dan bukan untuk meleburkan diri dengan mereka yang merayakan, dan saya pergi tidak membawa identitas apapun, tidak dengan fosma, sepertihalnya tahun lalu tidak dengan identitas founder Semangat Donk, atau tahun lalunya lagi tidak dengan IPB saya, atau tahun lalunya lagi tanpa membawa nama Rohis SMA 2.

Dan mulai hari ini, bagi saya kritik adalah konsekuensi atas semakin besarnya kiprah saya, bagi saya kritik hanyalah angin lalu, kecuali kritik yang membawa perbaikan. Dan dreamstealer, bukan teman saya, bukan beban pikiran saya, karena saya tahu apa yang saya lakukan dan saya tuju, walau saya tak pernah tahu apa yang akan saya dapatkan.

Style yang Bagus

Fikry : Hem warna muda, jaket hitam khas trainer, bolpen laser, celana bahan hitam
Narkim Dwi Pamungkas : Baju SDTC, celana bahan
Andri : Batik putih
Karyanto : Batik SMC
Indie : Baju SDTC, Rok hitam longgar
Hilmy : Hem hitam, celana hitam, khas ATS
Mas Hendro : Kaos berkerah putih casual traveling
Aan Betutu : Gamis, celana tiga perempat
Arini : baju longgar lengan panjang, kerudung besar, rok rapih
Ambar : Gamis hijau
Tata : Baju longgar, kerudung besar, rok jeans biru rapih
Ayu : Blezer hitam khas ATS MCB, atau baju longgar lengan panjang motif hijau lembut, rok hitam longgar, kerudung rapih, kalung hp
Huda : Baju koko, sarung, peci hitam
Rizky : Hem violet, celana bahan atau kaos putih, celana tiga perempat
Azis : kaos berkerah,  peci putih
Mas wendy : Baju koko coklat
dokter sari : bluz baju langsungan biru
bunda ery : idem

Dimana Rumus Energi Potensial Menjadi Energi Kinetik?

Saya berpikir tentang seberapa percayakah dia terhadap kapasitas saya, seberapa percayakah orang tuanya. Sementara kiprah saya masih kasat mata, tetapi demikian, saya teringat satu kalimat yang saya yakini 100% 'keajaiban akan muncul bagi orang-orang yang berani mengambil resiko mencoba hal baru'.
Setelah saya menikah, saya membayar kontrakan rumah, listrik, telepon dan langganan internet Indosat M2, belanja dapur, belanja kebutuhan istri, membiayai sisa-sisa semester kuliah istri, program profesi, tugas, praktikum, kerja lapangan, arisan, kondangan, kunjungan kalau ada saudara dan kerabat yang sakit, iuran RT, wisata mingguan, fitnes, bensin mobil, tak terduga.

Orang kiri akan pusing memikirkan itu, orang kanan bisa menemukan celah, bukankah saya punya ratusan daftar nama dalam phonebook? Berapa persen diantara mereka adalah orang-orang luar biasa, sebut saja Pa Mungkas, Pa Zainal Abidin, Mas Andri Maadsa, Cryo, Otong, Putra, Pemkab, Jogja Bursa Buku. Bukankah saya punya segudang keahlian, menyusun proposal, melipat surat, menawarkan barang, mengadakan lobi kegiatan, memberikan pelatihan motivasi, menulis, berbicara, menjajakan produk, membuat kerajinan, mengkombinasikan ide. Lalu berpikir lagi, bukankah saya dikelilingi orang-orang hebat, sebut saja Hilmy, Ria Marliana, Mas Hendro, Aan Betutu, Bu Nuniek, dokter Sari, Mas Ryan Kayyisu. Lalu saya melanjutkan berpikir, bukankah orang tua saya mendukung penuh langkah-langkah yang saya ambil. Lanjut lagi pikiran saya, bukankah saya punya segepok tulisan penyemangat di blog 'the power of dream' yang merupakan kumpulan pelajaran dari perjalanan hidup saya, tanda jam terbang saya sudah tinggi. Dan pikiran saya tertuju pada, bukankah ada Allah bersama saya, yang mencukupi kebutuhan saya, yang membuat saya mampu menjemput jodoh saya, yang menjawab pertanyaan saya, yang mengabulkan apa yang saya minta, yang menghargai sedekah saya, Yang Maha Sempurna.

Coba perhatikan, panjang mana paragraf pertama dan kedua di atas? setelah membaca paragraf kedua dan mencoba membaca paragraf pertama lagi, masih samakah ketakutan dan pesimisme awal kita? kalau sama dengan yang saya rasakan, jawabannya : tidak. Seperti kemarin saya berbincang dengan Hilmy dan Andri, kita itu punya energi potensial yang tidak terperikan besarnya, tapi tidak tahu rumus mengubahnya menjadi energi kinetik. Ya, itulah bedanya dengan tukang angkringan alun-alun Banyumas, potensinya bisa jadi cuma itu, tapi dia tahu rumus mengubahnya menjadi kinetik, jadi maksimallah potensi kecilnya itu dimanfaatkan. Bukankah potensi kita berlipat-lipat lebih ketimbang tukang angkringan yang tidak tahu joomla, yang tidak pernah mendapat rekomendasi Dinas Pendidikan, yang tak pernah disalami ucapan selamat oleh Wakil Bupati, yang tak pernah makan bersama Bob Sadino, yang tidak pernah mendapat nasehat privat dari Pa Waidi, yang tidak terpikir untuk foto bersama Ary Ginanjar yang tidak pernah dipuji oleh Ridwan Mukri, yang tidak tahu bagaimana membuat entri baru pada blog, yang tidak paham stempel proposal itu dikiri atau dikanan tanda tangan.

Dahsyat tidak sebenarnya kita, bagaimana kalau dibandingkan dengan tukang angkringan? bakul somay? pedagang basgor? Tidak malu mereka bisa menikah, mampu menghidupi keluarga kecil, bahagia dalam kemuliaan menjalankan sunnah rasul dan menjaga diri demi kedekatan dengan-Nya? Dahsyat itu baru kita rasakan kalau kita sudah memahami rumus mengubah potensi itu menjadi kinetik. Dan tahukah, kalau yang tahu rumus itu adalah istri kita, rumus dahsyat itu ada di istri kita, yang akan dia bisikkan di malam pertama nanti, karena itu menikahlah.

Pe eN eS

saya tidak pernah tau apa yang saya dapatkan, tapi saya tau persis apa yang saya inginkan...

Kalau saya ikuti arus berpikir orang kebanyakan, maka masa depan saya pasti, pasti pakai seragam PSH setiap hari kecuali minggu. Gajinya segitu-segitu saja, ambil kredit ini kredit itu, relasi saya paling tinggi kepala Unit Pendidikan Kecamatan, bla.. bla.. bla...

Ya, mungkin tidak jauh berbeda dengan Bapak saya sekarang. Apa yang akan saya bawa pas mati nanti, apa orang akan melupakan saya dan saya yakin berhak atas surga yang mulia.

Merdeka atau mati, merdeka pikiran saya dari belenggu dominasi otak kiri, hedonisme dan krisis tanah air. Saya bahagia dengan pencapaian ini, dengan impian-impian ini, dengan komunitas ini...

Saya masih mungkin untuk berkiprah mengabupaten, memprovinsi, mengindonesia, mendunia dan mengakherat. Walau saya tau saya tidak sempurna, tidak bisa futsal, renang apalagi basket

Dan saya masih yakin atas mimpi-mimpi saya, walau lagi-lagi Honda Jazz kemarin tertunda. Kalau saya salah diingatkan, ya maaf merepotkan, sudah bikin salah, minta diingatkan lagi

Soal Kritik Mengkritik

Founder ESQ LC ini pantaslah dijuluki sang kritikus hebat. Gagasan The ESQ Way-nya yang mendunia merupakan buah yang lahir dari upaya kritisnya terhadap konsep pemikiran dan pelatihan SDM kreasi Steven R. Covey. Mengapa hebat? Ary Ginanjar bukan hanya menghadirkan fakta dan bantahan-bantahan, Ary memberikan kritik lengkap dengan solusinya, maka buah kritiknya bukan sebatas kontroversi orang perorang tetapi sebuah terobosan baru training yang memadukan konsep kecerdasan emosional dan spiritual yang saat ini telah mendunia, saking padatnya traffic, dia sudah tidak punya waktu untuk mengisi pelatihan dengan konsep yang dia gagas yang menyempurnakan konsep Covey kecuali di Ibukota-Ibukota Negara.

Solutif, itulah kritikus yang hebat. Kritikus yang hanya pandai menguak fakta, kadang malah perlu dicibir dan dinafikan keberadaan mereka, saya mengistilahkan 'numpang tenar', sebut saja Abu Sangkan dengan bukunya 'Spiritual Salah Kaprah', saya tertegun membaca, menelaah dan mendiskusikan konsep yang dikemukakan oleh buku ini dengan beberapa orang yang saya 'ajeni' sesuai bidang ilmunya. Sebuah paradigma berbeda yang mencengangkan, namun demikian, buku yang diobsesikan laris manis terdongkrak penjualannya karena orang-orang tertarik dengan kontroversi temanya ini ternyata 'layu sebelum berkembang', surut sebelum sempat booming.

Ya, bukan karena konsep kritiknya yang tidak menarik, justru menurut saya sangatlah cerdas dan logis, namun demikian, kesalahan ada pada pengemasan konsep itu. Sederhananya, hanya menguak fakta, dan kurang dari sisi solusi. Berbeda dengan kelahiran buku Rahasia Sukses ESQ yang saat ini sudah hampir menembus penjualan satu juta copy dan telah terbit dua versi bahasa, Inggris dan Indonesia serta tiga kluster pembaca, Dewasa, Remaja dan Anak-Anak. Buku yang ditransformasikan dalam bentuk training itu menjadi bentuk solutif, dalam bahasa sederhana, ketika Ary mengatakan 'Covey itu kurangnya begini, Ary menyajikan langsung, begini lebih baik...'. Sekali lagi saya tuliskan 'lebih baik', bukan 'yang terbaik'.

Seandainya Abu Sangkan bisa menyajikan satu paket solusi yang bisa menggeser kiprah ESQ tentu ini terobosan baru untuk kemajuan kecerdasan moral bangsa ini, bukan sekedar menyulut kontroversi orang-orang yang awam akan spiritualitas dan pembelajaran akan kecerdasannya. Nyatanya Abu tidak bisa.

Begitu pula dengan blog 'mengintip-dunia'nya Firdaus Putra, saya mengakui ilmiah, saintis dan sistematisnya penulisan blog ini. Selamat saya sampaikan atas kemenangannya dalam salah satu kompetisi blog berhadiah 5 juta beberapa waktu lalu. Namun demikian, saya mengistilahkan sang penulis yang pernah memberikan pesan pada saya untuk 'wisdom' justru penulis sendiri yang tidak wisdom.

Silakan, orang awam saja bisa menelaah postingan-postingan blognya, ini seperti Aa Gym dengan hikayat tukang pelnya, ketika sang pembantu selesai  mengepel ruangan, majikan bukan mengucapkan terima kasih atas satu ruangan yang lantainya sudah mengkilap, tetapi hanya menerawang sudut ruangan dan mencemooh karena terlewat satu kotak keramik masih kotor.

Kritik semacam ini tidaklah memberikan kontribusi apa-apa terhadap perkembangan kecerdasan moral bangsa, alih-alih memberikan nilai tambah perbaikan, malah menyulut kontroversi tak berdasar. Ada dalam salah satu self-comment Firdaus yang mengatakan bahwa dirinya kecewa atas tanggapan-tanggapan yang masuk justru tidak bersifat substansi. Hanya penyerangan-penyerangan terhadap personal sang penulis. Untuk ini saya ada dua tanggapan, pertama, comment2 saya di waktu2 yang lalu dinafikannya, silakan dianalisis comment-comment saya, banyak hal mendasar dan substansi yang saya ungkap disitu, dan itu tidak disebutkan. Sebut saja soal pemilihan PT adalah bentuk strategi, soal trainer bukanlah ustadz atau ulama tetapi pelatih SDM, soal pengelolaan wakaf keuntungan merchandise dan masa depan Menara 165. Saya rasa itu sangat substansi.

Kedua, kenapa para pembaca memberikan komentar yang tidak substansial adalah karena bentuk penyajian kritik itu sendiri yang 'tidak pada tempatnya'. Dalih kritik disampaikan untuk perbaikan amatlah tidak bisa dibenarkan bila ditampilkan di blog, Ary Ginanjar sebagai obyek kritik sangat terbuka untuk menerima masukan, bahkan saya sudah beberapa kali memfasilitasinya, terakhir kemarin undangan pertemuan saya di Atrium Hotel, tetapi baginya itu tidak penting, lebih penting agenda lain. Dengan memberikan kritik langsung pada obyek akan membuat keniscayaan perbaikan, bukan sekedar polemik.

Disinilah saya pantas memprediksi kritikan disampaikan untuk memancing pembaca, sehingga traffic naik, populer dan bisa menjadi blog yang menang. Tentu, saya bukan blogger semacam ini.

Masih berkaitan dengan ketida-wisdom-an Firdaus, satu hal lagi saya sampaikan, silahkan perhatikan bukan hanya postingannya seputar ESQ, beberapa postingan lain, Firdaus menguak fakta pada satu sisi sempit tertentu saja, yang kesemuanya negatif, tak ada apresiasi positif, ini tentu akan menggelincirkan pembaca yang tidak memahami fakta lengkap atas pemikiran yang diangkat oleh Firdaus itu sendiri. Ya, argumentasi-argumentasi yang disusun dalam point-point kritiknya yang diangkat hanyalah yang mendukung argumentasi mendasar yang dia angkat, tak disebutkan pengakuan-pengakuannya atas kebenaran konsep, kehebatan pemikiran, kecemerlangan ide, atau hal-hal positif lainnya sebagai sebuah bentuk kebijaksanaan berpikir melingkar, wisdom.

Sekedar saran, Abu Sangkan memiliki kesempatan untuk membuat training yang lebih sempurna dari ESQ, bukan sekedar buku kontroversial. Firdauspun punya kesempatan luas untuk menyampaikan kritik langsung pada Ary Ginanjar, saya bisa membantu, jika memang tujuan kritik adalah penyempurnaan konsep pembelajaran kecerdasan moral, bukan sekedar memancing kontroversi peningkat traffic pengunjung, bila memang sudah risih dengan komentar-kmentar tidak substansi seperti yang dia keluhkan di self-comment-nya. Ya, saya memfasilitasi penuh diskusi secara substansi, diskusi semacam itu ya dengan orang-orang yang substansi, Ary Ginanjar dan para trainer, bukan dengan menyusun argumentasi untuk kepentingan tertentu dan menggelapkan pengakuan-pengakuan atas kebenaran konsep, kehebatan pemikiran, kecemerlangan ide, kebesaran kiprah, kekuatan persaudaraan, kestabilan pilar ekonomi, kebesaran hati dan kemajuan progresif.

Karena sayapun seorang kritikus, namun demikian, saya lebih suka meneladani Ary Ginanjar ketimbang dua lainnya, Komunitas Semangat Donk yang saya dirikan bersama Hilmy Nugraha merupakan satu bentuk ekspresi kritik melihat kecemasan atas ESQ yang begitu fenomenal tetapi perlu dibenahi dalam hal maintenance alumni, bukan dalam bentuk komentar parsial, namun tindakan penyambung tongkat estafet upaya peningkatan kecerdasan moral bangsa.

Inilah yang kami lakukan, yang dari hari ke hari terus menunjukkan peningkatan yang semakin signifikan, telah nyata dihadapan saya terwujudnya visi yang kami canangkan ini, inilah satu bentuk kritik solutif untuk kemajuan pendidikan moral bangsa, bukan dengan menampilkan sisi-sisi negatif dalam postingan blog atau buku kontroversi, tapi dalam upaya nyata yang diharapkan mampu menyambungkan dan melengkapi kiprah besar pergerakan sebelumnya. Kami tidak banyak menuai kontroversi, tapi kami memberikan banyak kontribusi solusi, itulah kritik sejati. Kritik yang menyambung tangga menuju kesempurnaan, bukan kritik penaik popularitas, apalagi sekedar penaik traffic. Belajarlah menjadi kritikus-solutif, banyak lahan mencari uang tanpa harus memicu kebingungan orang awam. Ada jalan yang begitu mudah untuk bertemu dengan orang-orang substasi untuk berdialog dan menyampaikan kritik secara substansi. Kecuali alasan memberikan kritik adalah demi perbaikan yang dikritik hanyalah alasan kosong, dalih.

inovasi Sang Caleg


Bersepeda motor melewati lampu merah karang jambu, ada pemandangan menarik bagi saya, "ini baru namanya inovasi", ujar saya.

Ya, dua caleg satu baliho. Hemat kan?

Nah, kepada para Caleg, bisa ditiru tuh, kalau perlu 10 Caleg 1 baliho. Penghematan. Karena saya tahu persis harga 1 meter persegi baliho Anda itu bisa buat makan 10 kali nasi telor untuk tukang becak.

Tegakah para calon wakil rakyat, membiarkan fotomu terpampang sementara tukang becak di bawahmu tak makan?

Kepada rakyat, saya belum jadi presiden, jadi belum bisa menginstruksikan dan membuat kebijakan apapun, hanya bisa menghimbau : janganlah mau dibodohi oleh orang-orang narsis yang suka memajang fotonya di perempatan jalan besar-besar. Pakai duit siapa tuh bikinnya? siapa nanti yang mau mengganti? nggak murah loh bikin begituan, belum ongkos pasangnya, belum pajaknya...

Ah, keterlaluan elit politik negeri ini. Bangsa ini sudah bodoh, masih saja dibodohi. Teganya dikau?!

Next Leader


"Hanya ada satu presiden pada satu waktu dan kami ingin menghormatinya," Obama. Coba nanti kita lihat ada perubahan apa di 20 Januari

Untuk Palestina

Saudaramu ini tak bisa banyak membantu, hanya lantunan sendandung doa, semoga Allah berikan kekuatan.
Tak tergerak untuk menjadi relawan berangkat kesana,
Tak tersentuh untuk ikut dalam barisan demo dan aksi,
Tak juga meneruskan SMS simpati,
Tak juga mengirim ke rekening peduli,

Sungguh, saya belum bisa banyak berguna. Tapi saya berjanji akan terus berusaha untuk menjadi lebih berguna,

Al Fatihah ...

1/2/09

Label

Beberapa orang memberikan labelnya sendiri pada saya, terakhir putra, teman sejak SMA, dia sampaiakan tanpa saya meminta, Rizky itu : Cerdas dan Berani Mengambil Keputusan Besar.

Atas chat dengan Putra itulah, keraguan saya atas ketidakmungkinan sirna, berganti menjadi 'mungkin'. Dan Ikhtiar saya selanjutnya adalah menguatkan kta 'mungkin' itu, hingga bersemayam dalam-dalam dalam bawah sadar saya.

Mungkin

Transistor v.s. Resistor



Kenapa jalan ke rumah saya tanjakan pertama adalah tanjakan yang paling curam?
Kenapa jalan ke pancuran 7 anak tangga di tower pertama adalah anak tangga yang paling tinggi derajat kemiringannya?

Kesulitan itu tantangan, bukan penghambat. Ya, kesulitan itu salah satu jenis transistor, tapi orang sering menganggapnya resistor, membuat orang itu mendapat nilai jelek pas keluar dari lab praktikum karena kesalahan itu. Fatal, karena akibat kesimpulan yang salah, penyusunan laporanpun menjadi salah kaprah.

Satu hal yang mendasar, kenapa kesulitan letaknya di awal, agar kita teruji menghadapi medan, rute selanjutnya. Seandainya saja di tanjakan pertama kita memilih untuk berhenti dan berbalik, makan kita tidak akan menikmati indahnya rute, view dan end destination yang tak pernah kita temui sebelumnya.

Namun ketika di awal dengan nafas tersengal-sengal, keringat mengucur, peluh memendar, tak ada kata berhenti, maka di rute selanjutnya ketika kita mendapati tanjakan lagi, kita sudah terlatih, sudah bertambah kuat.

Begitu juga soal menikah, dari teman baik saya, Aan, dia bercerita, sebenarnya alasan-alasan orang menunda pernikahan adalah dekat dengan dalih. Ortu minta PNS dulu, Ortu minta sarjana dulu, Ortu bilang "pengen nyawang anake" dulu.

Itu adalah tantangan dari ortu, seolah mereka bertanya, "apa wis tenanan kowe nduk?". Kalo sudah beneran kuat komitmen kita, tentu kita akan menerjang hambatan2 itu. Bukan akan dicap durhaka kita, tapi orang tua akan menilai keberanian dan kesungguhan kita.

"Lah pakne, dilarang gini aja anak kita wis mundur, tandane rung tenanan..." begitu pikir ortu kita. Nah, dalih itu tidak ada habisnya, bahkan kabarnya Dayu punya kamus dalih 1001 alasan, hahaha maaf, bercanda Day...

Intinya, kesungguhan adalah satu instrumen menuju gerbang indah ibadah bernama 'pernikahan'. Kesungguhanlah membuat bakul warung tenda angkringan bernama 'kafa alun-alun' diijinkan menikah oleh ortunya. Kesungguhan membuat bakul basgor di depan masjid ponpes babakan fakultas 7 dengan modal wajan kecil dan tusukan bakso bisa menghidupi keluarganya.

Bukan diri kita yang mendatangkan rejeki, bukan negara yang menjaminkan rejeki. Kalau Allah lahirkan kita lengkap dengan jantung dan pembuluh darah, begitu pula diri kita lengkap dengan kebutuhan rejeki dan jodoh kita.

Dan salah satu bentuk keyakinan hakiki kepada-NYA adalah, kita mengoptimalkan ikhtiar, dan berbaik sangka atas sebaik apapun takdir hasil yang DIA tentukan. Allah, kalau dia jodohku, bukalah hatinya untuk menerimaku dan hatiku untuk menerimanya, dan mudahkan proses kami dalam waktu yang hemat.

Jika bukan, kabulkanlah dalam ijabah doa terbaik dari-MU. Aku serahkan urusan ini seperti aku serahkan jantung dan pembuluh darah ini bekerja atas mekanisme-MU. Semoga aku tergolong hamba-hambamu yang terus mendekat pada ketinggian ikhlas, amin... Aku selalu percaya ENGKAU akan senantiasa memudahkan rezekiku.Dan, terima kasih ya Allah, ENGKAU kumpulkan aku dengan orang-orang yang mencintai-MU.

Sukses itu Meresonansi




Tidak lama berselang setelah saya beli laptop, teman baik saya menyusulnya. Secara fisik mac lebih baik, karena memang lebih mahal, selisih xxx juta lebih man... Namun demikian, saya tak pernah menyesal atas pilihan saya, itu yang terbaik untuk saya, ukurannya.... empuknya tuts klik kanan dan klik kirinya.... performanya... ya, walau saya akui itu tidaklah sempurna, saya mencintai apa adanya, satu kata : fungsionable.

Demikian pula soal menikah, saya yakin antara saya dan Hilmy tidak akan berselang lama. Secara garis waktu impian, saya dulu sebelum Hilmy, karena saya Mei dan Hilmy September. Artinya proses yang dia jalankan Mei adalah proses yang sudah mungkin saya jalankan Februari. Dekat, dekat sekali...

Allah yang menyimpan rahasia ini. Dia yang tahu yang terbaik untuk masing-masing kita. Tugas saya, kita, hanya mengoptimalkan ikhtiar. Tetapi memang resonansi sukses itu ada. Itulah salah satu alasan kenapa kita harus bersemangat untuk sukses. Agar teman baik kitapun terresonansi, mendapat manfaat.

1/1/09

Label Diri oleh Lingkungan

Sewaktu SD saya lebih pandai dari yang lain, bukan karena otak saya lebih besar dari teman yang lain. Karena lingkungan menstimulasi saya dengan label 'pandai', sedangkan yang lain tidak mendapatkannya. Alih-alih mereka sekolah menjadi cerdas, tetapi malah menjadi semakin yakin bahwa diri mereka adalah 'anak kampung sejati'.

Adik saya juga begitu, karena anak guru, lingkungan mencapnya dengan 'label' istimewa, dan istimewalah prestasinya. Adik saya yang berikutnya juga begitu, dan adik saya yang terakhir juga saya kira akan begitu juga.

Itulah kenapa masuk kelas 2 SMA, prestasi akademik saya menurun, dair rangkin 4 paralel semasa SMP eh, rangkin 37 di kelas 3 SMA. Bukan karena otak saya aus, tapi karena stimulasi label 'lingkungan' yang berubah.

Saya punya cap 'lemot', 'tukang tidur', jauh dari cap cerdas dan pandai seperti semasa SD. yang dapat label 'cerdas' ya mereka yang nilainya 9 dan 10.

Label yang ditempelkan pada diri kita, yang terus terbiasa menempel dari hari ke hari membuat yang pandai dan mendapat label pandai akan terus menjadi pandai. Dan yang bodoh dan mendapat label 'lemot' akan semakin bodoh-lemotlah dia. Karena terbiasa.

Begitu juga dalam organisasi, seseorang akan punya pengaruh kepemimpinan dominan atau kerdil itu tergantung dari bagaimana orang-orang disekelilingnya memberi label atas dirinya. Kalau terlalu banyak perintah, sedikit2 disalahkan, kerdillah dia. Tapi kalau sering dilepas dan diberi kepercayaan, dan dibiarkan berbuat salah hingga dia memperbaikinya, maka berkembanglah kepemimpinannya.

Belajar dari masa SD itulah, saya jadi paham, di lingkurang rumah tanggapun 'labeling' punya pengaruh luar biasa. Kalau istri kita seringkali, terbiasa untuk minta dimengerti, minta dituruti, menyuruh ini menyuruh itu, menasehati ini menasehati itu, maka kita yang tadinya pribadi yang brilian bisa jadi kerdil hanya karena 'label' dari istri kita.

Tapi kita yang tadinya pribadi kutukupret, tapi sehari-hari sang istri selalu minta diajari, percaya atas apapun keputusan kita, memberi pengertian, memaklumi kesalah kita, membuat kita berani melangkah, maka berdikarilah diri kita, dari yang tadinya pribadi kutukupret bisa jadi pemimpin yang brilian.

Itulah dahsyatnya efek 'label'. Maka jangan salahkan toko buku kalau kertas label mahal.

Core & Clading


Ibarat Fiber Optik, pemikiran saya sedang berjalan berlawanan arah, melawan arus yang mengalir di dalamnya.
Awalnya berat, hampir tergerus di bagian clading, nyatanya sekarang saya bisa survive. Sudah tidak bergeming saya atas arus pemikiran mayoritas yang cukup menggerus. Itu karena jam terbang dan pengalaman.

Namun demikian, dream stealer sejati memang adalah orang-orang terdekat. Begitulah, yang membuat label yang saya coba lekas rekatkan tak kunjung merekat kuat justru adalam orang2 terdekat di sekeliling saya. Tragis. Saya yakin mereka tidak sengaja melakukan itu, hanya mereka tidak tahu.

Lagipula saya yang salah, sebuah konsekuensi atas akumulasi kesalahan-kesalahan saya. Nah, saya hanya percaya, kalau arus pemikiran mayoritas itu clading dan arus pemikiran para dream stealer sejati adalah core, maka sayapun bisa mengangkat diri, untuk lagi-lagi tidak bergeming.

Abaikan saja! Karena memang ego adalah komponen tak terpisahkan dalam kolaborasi. Tanpa Ego, tak ada kolaborasi. Dariapda saya kepikiran terus...

Malam 1 Januari di Widarapayung

First Experience, melihat pantai di malam hari, pasang ...

Satu pesan saya dapati di inbox : pantaskah seorang yang mengaku musuh budaya hedonisme, malam tahun baru ada di keramaian pantai selatan? ditengah gelamor anak muda hiruk pikuk terompet dan buncahan-buncahan kembang api.

Bagi saya tak beda dengan setahun lalu menyepi dari hiruk pikuk kota ke lereng salah satu gunung di tengah pulau Jawa naik dari arah Bambangan, atau tahun sebelumnya di JIC bersama Arifin Ilham, atau tahun sebelumnya lagi bersama anak-anak Rohis SMA berkumpul di jalan tengah alun-alun Purwokerto menyaksikan lautan manusia.

Kalau saya memilih tidur, saya tak pernah tahu, bagaimana pantai menyambut pergantian tahun dengan botol-botol hijau bergambar bintang, menyalakan mesin motor di tengah malam, menggerung-gerungkannya seolah-olah beradu keras, gaduh tak terperikan, sembari dalam hati saya bertanya, "Apa maksudnya mereka melakukan itu?"

Tak tahu pula, mengira-ira berapa kalkulasi uang yang terogoh dari kantong untuk membeli dan membakar sekedar, kembang api.

Ekspresi bodoh, oleh anak-anak muda bodoh, di negeri yang kaya raya. Bagaimana tidak kaya, cukup setengah jam dari pasar karangmangu, kita bisa melihat dahsyatnya pemandangan sawah dan air terjun. Cukup 15 menit dari stasion Kroya kita bisa melihat deburan ombak dan indahnya horison cakrawala pantai indah, bersih, menakjubkan. Atau hanya 10 jam dari basecamp Bambangan, kita bisa berdiri di puncak tertinggi Jawa Tengah, menyapu pandangan hingga gunung cermei di barat, bromo-lawu di timur, pantai utara jawa dan samudera hindia di selatan, spektakuler.

Negeri sekaya ini, yang diisi oleh anak-anak muda yang tak mengerti arti berlalunya satu tahun. Dan akan segera berlalu dengan cepatnya lagi 1 tahun yang akan datang.

1 Januari depan, saya berharap bisa menyaksikannya, atau hal lain yang baru, yang berbeda lagi, bersama istri tercinta, di atas mobil pribadi, amin.

Langen Tirto, The Swimming Pool

Baru malamnya saya posting,
paginya saya buktikan,
dan benar!

Bahwa memang bukan bukan seberapa keras kita memeras keringat,
tapi seberapa cerdas kita menginternalisasikan kata 'mungkin' ke jiwa (bawah sadar) kita.

Bawah sadar lebih dominan, sayangnya selama ini terbelenggu, sehingga kita tidak terlatih untuk menjadikannya mumpuni memimpin perjalanan diri kita menjemput impian.

Umpama alam sadar adalah semut, maka bawah sadar adalah gajah. Sayangnya kita sudah terlalu lama membiarkan gajah mengikuti jejak si semut, padahal semut jalannya pelan.

Maka, mulai sekarang latihlah agar gajah bisa berjalan di depan, dia bisa jauh lebih cepat. Lalu, semut tak bisa mengikuti nanti? Siapa bilang? Gajah tidak bisa naik semut, tapi bukankah semut bisa naik ke punggung gajah.

Dan semua berjalan lebih cepat, bukan, sangat cepat.

Continous Writing

Heran saya, kadang saya bertanya-tanya, kok, saya bisa menulis sepanjang ini?

Iri kadang saya, tiap melihat tulisan teman-teman lain, banyak komen di bawahnya, walau cuma 2,3 atau 4 karakter yang menurut saya tak bermakna

Muak saya, terhadap tulisan-tulisan manja berorientasi perasaan-sentris, tulisan macam ini bukan ada dimana-mana, di kumpulan tulisan saya sendiri, yang sedang saya coba untuk kurangi dan hilangkan

Tetap menulis saya, walau taka da komen, bahkan walau tak dibaca siapapun sekalipun. Dibalik label positif yang saya coba rekatkan kuat-kuat pada diri saya, saya mengakui ketidakberdayaan dan kejelekrupaan diri saya. Pantaslah, ini balasan atas sikap-sikap saya selama ini.

Karena memang akibat itu lahir karena sebab, cause then effect.

1 Januari 2009