1/19/09

Sebuah Entitas

Sukses, itu yang terpikir di benak saya sedari jam 03.00 dinihari dilepas pergi Ibu dan Bapak dari rumah hendak ke Kebumen tadi. "Harus sepagi itukah?', itu yang mereka tanyakan. Kebumen memang dekat, tapi serangkaian panjang hal kalau tidak selesai hari ini kacaulah besok. Nyatanya kata sukses itu terus bergaung, waktu terkejar rapih, kepala Dinas dan pejabat Setda juga ditemui, sukses, demi sukses terus mengalir...

Ya, itulah hikmah bisikan kata sukses di awal pagi. Bagi saya ketika berangkat tadi pagi, jumlah peserta tidak jadi soal. Saya hanya bersyukur, satu ide yang saya gagas sendiri bahkan tidak sempat saya rembug dengan teman saya sebelumnya, langsung saja cetak poster dan gagas time-schedule, hari ini mulai bergulir prosesnya.

Yang menjadi esensi expansi Semangat Donk out of box of Banyumas adalah saya berharap ini bisa menjadi trigger meng-out of box-an mindset teman-teman, yang saya tahu, saya lihat dan saya rasakan sudah sangat jumud. Kejumudan adalah istilah yang saya dapat dari Mas Akhsin, salah satu guru leadership saya di Rohis dulu yang sekarang sudah menenteng titel, menggandeng istri di usia sangat muda di Lion Air sana.

Kejumudan adalah awal kehancuran. Tak ada kata lain selain harus dihilangkan kejumudan itu, ini soal mindset, bagaimana mungkin kita akan sukses kalau kita sudah menjustis atau menghakimi diri kita sendiri sebagai orang malang, orang gagal, orang lelah. Sudahlah, untuk kesekian kalinya saya katakan, kesulitan ini bukan tanda kita salah jalan, kesulitan bukan resistor (penghambat) tapi transistor (penguat), kamu tak perlu percaya pada saya, itu musyrik namanya, percaya hanya pada Tuhan. dan percayalah saya adalah wakil Tuhan di muka bumi, yang berani melangkah, yang berani mengambil resiko, yang sedang ditempa kekuatan karakternya, yang bisa jadi kadang bahkan sering salah langkah.

Lihatkah siginifikannya pergerakan peningkatan kualitas diri kita. Dari obrolan berdua di kamar di atas kertas buram, sekarang ada di dinding-dinding ratusan sekolah, ada di folder-folder ijazah peserta training, terpampang di halaman web, bersyukurlah atas itu. Itulah kenapa saya mengajak keluar dari Banyumas, agar kita tidak Banyumas-sentris. Yakinlah, kita terus melaju, melesat, menjawatengahkan diri, mengindonesiakan semangat, dan menduniakan kiprah. Saya tahu kamu lelah, bisa jadi orang membacamu sedang putus asa, atas mimpi-mimpi yang tertunda.

Tuhan menuntun kita seperti menuntun runtut-runtutan judul kording, yang tidak sembarangan diurut-urutkan, Tuhan menjaga kita seperti menjaga degupan jantung dengan iramanya, hembusan nafas dengan kadar kerapatannya. Angkuh benar merasa kehendak kitalah yang paling hebat, padahal bukankah judul kording, jantung dan nafas itu diluar kehendak kita?

Satu pesan bermakna dari salah satu orang yang saya kagumi dia Hill, ya Napoleon Hill, dia katakan di buku spektakulernya, bahwa seorang yang memiliki satu impian dan ia sudah mengorbankan apapun di hari ini -kuliahnya, nilainya, kebersamaan dengan keluarga, penampilan, waktu senggang, kenyamanan tidur cepat bangun siang, dan banyak lagi-  demi impiannya itu, tidak ada hal lain yang akan terjadi padanya kecuali dia akan benar-benar mendapatkan apa yang dia inginkan.

Dan kalau dihubungkan dengan kata-kata dari Tata, "...di waktu terbaik."

Kenapa harus begitu? Karena tidak ada yang lebih mahal, kecuali "keyakinan", ya, keyakinan kitalah yang sedang diuji. Punya keyakinan yang kuatkah? Tidak mudah menyerahkah?

Maka, mulai hari ini, Semangat Donk bukan entitas kamar, bukan entitas kampus, bukan entitas lapisan masyarakat tertentu, bukan entitas lokal, tetapi entitas regional yang dalam waktu dekat akan menasional. Percaya?

No comments:

Post a Comment