Dulu mustahil kenal tokoh2 nasional. Dulu mustahil ada laptop belasan jumlahnya. Dulu mustahil, terkonek ke seluruh dunia melalui jaringan maya NON-STOP. sekarang? mustahil pergi entah kemana.
Begitulah mustahil sudah tidak lagi tampak di depan saya, pergi entah kemana. Yang ada tinggal 'mungkin'. Mobil, LCD..
Dan bukan hanya itu, kita semua bertitel sarjana, punya (ownership) satu-satu bisnis di bawah SDI atas keringat dari nol, 2 taun yang lalu, bukan franchise, lebih tergambar didepan saya adalah cabang.
Jadi, tenang saja, badai hari ini adalah penguat kapal 'karakter' kita. Kalau mau, saya bisa jelaskan dengan logis keyakinan saya atas ke-mungkin-an ini.
No comments:
Post a Comment