Kepemimpinan bukan perkara menyuruh saja,
kepemiminan bukan perkara mendominasi saja,
kepemimpinan bukan perkara mendikte saja,
kepemimpinan bukan perkara menuntut laporan saja,
kepemimpinan bukan perkara berkoar-koar saja,
Pemimpin, dalam pengertian yang saya miliki, adalah seperti seorang yang berada di paling depan, diantara rombongan orang-orang, menembus ilalang dan belantara 'masa depan', dengan 'gaman' seadanya, 'memenclas', melibas apa-apa yang ada dihadapannya, agar serombongan itu bisa lewat...
Pembuka jalan, ya, mungkin itu yang saya pahami.
Dan pemimpin harus menyadari, mengakui kelemahan dirinya, bahwa pada saat membuka jalan, tidak selalu bisa menjadi sempurna dengan mengayomi semua, menggendong semua, memapah semua, atau membiarkan masing-masing asyik dengan permainannya sendiri-sendiri.
Tidak ada yang lebih dominan dari serombongan itu kalau kita berbicara soal keselamatan bersama. Belantara yang ditembus bukanlahj belantara main-main, kita tak tahu ada apa di depan sana, yang kita tahu ada sebuah peta gambaran ujung belantara itu yang bernama 'IMPIAN'. Kita juga tak dibekali navigasi beraneka rupa, kompas yang menuntun perjalanan kita itu bernama 'KEYAKINAN'.
Dan kita sadar misi, perjalanan serombongan ini dibatasi oleh waktu, jam tangan waktu itu bernama 'AKSI', dan hal yang membuat serombongan ini bisa berjalan bersama bukanlah kesamaan apapun, kecuali 'SEMANGAT'.
Dan hal lain yang harus disadari oleh seorang pemimpin adalah, bahwa kadang-kadang pemimpin dituntut untuk menjelaskan, kenapa yang ditebas, yang diberangus, adalah ilalang dan pepohonan di arah sini, bukan diarah lainnya ... Kenapa pemimpin begitu bersemangat menebas dan membersihkan ilalang dihadapannya, sementara serombongan yang dibawanya dia abaikan, logistiknya, keringatnya, keashyikan pribadinya... .Intuisi, ya, intuisi kadan tidak bisa diverbalkan dengan penjelasan.
Dalam kasus seperti ini, pemimpin dituntut untuk lebih mau belajar keras tentan komunikasi, bukan hanya komunikasi kata-kata, tetapi juga komunikasi hati yang disebut simpati dan empati.
Begitu juga serombongan yang dibawanya harus berusaha keras memahami, bahwa apa yang dicapai bersama sejauh ini bukanlah tujuan akhir. Itulah kenapa sang pemimpin masih terus menebas pepohonan, memberangus ilalang.
No comments:
Post a Comment