1/2/09

Transistor v.s. Resistor



Kenapa jalan ke rumah saya tanjakan pertama adalah tanjakan yang paling curam?
Kenapa jalan ke pancuran 7 anak tangga di tower pertama adalah anak tangga yang paling tinggi derajat kemiringannya?

Kesulitan itu tantangan, bukan penghambat. Ya, kesulitan itu salah satu jenis transistor, tapi orang sering menganggapnya resistor, membuat orang itu mendapat nilai jelek pas keluar dari lab praktikum karena kesalahan itu. Fatal, karena akibat kesimpulan yang salah, penyusunan laporanpun menjadi salah kaprah.

Satu hal yang mendasar, kenapa kesulitan letaknya di awal, agar kita teruji menghadapi medan, rute selanjutnya. Seandainya saja di tanjakan pertama kita memilih untuk berhenti dan berbalik, makan kita tidak akan menikmati indahnya rute, view dan end destination yang tak pernah kita temui sebelumnya.

Namun ketika di awal dengan nafas tersengal-sengal, keringat mengucur, peluh memendar, tak ada kata berhenti, maka di rute selanjutnya ketika kita mendapati tanjakan lagi, kita sudah terlatih, sudah bertambah kuat.

Begitu juga soal menikah, dari teman baik saya, Aan, dia bercerita, sebenarnya alasan-alasan orang menunda pernikahan adalah dekat dengan dalih. Ortu minta PNS dulu, Ortu minta sarjana dulu, Ortu bilang "pengen nyawang anake" dulu.

Itu adalah tantangan dari ortu, seolah mereka bertanya, "apa wis tenanan kowe nduk?". Kalo sudah beneran kuat komitmen kita, tentu kita akan menerjang hambatan2 itu. Bukan akan dicap durhaka kita, tapi orang tua akan menilai keberanian dan kesungguhan kita.

"Lah pakne, dilarang gini aja anak kita wis mundur, tandane rung tenanan..." begitu pikir ortu kita. Nah, dalih itu tidak ada habisnya, bahkan kabarnya Dayu punya kamus dalih 1001 alasan, hahaha maaf, bercanda Day...

Intinya, kesungguhan adalah satu instrumen menuju gerbang indah ibadah bernama 'pernikahan'. Kesungguhanlah membuat bakul warung tenda angkringan bernama 'kafa alun-alun' diijinkan menikah oleh ortunya. Kesungguhan membuat bakul basgor di depan masjid ponpes babakan fakultas 7 dengan modal wajan kecil dan tusukan bakso bisa menghidupi keluarganya.

Bukan diri kita yang mendatangkan rejeki, bukan negara yang menjaminkan rejeki. Kalau Allah lahirkan kita lengkap dengan jantung dan pembuluh darah, begitu pula diri kita lengkap dengan kebutuhan rejeki dan jodoh kita.

Dan salah satu bentuk keyakinan hakiki kepada-NYA adalah, kita mengoptimalkan ikhtiar, dan berbaik sangka atas sebaik apapun takdir hasil yang DIA tentukan. Allah, kalau dia jodohku, bukalah hatinya untuk menerimaku dan hatiku untuk menerimanya, dan mudahkan proses kami dalam waktu yang hemat.

Jika bukan, kabulkanlah dalam ijabah doa terbaik dari-MU. Aku serahkan urusan ini seperti aku serahkan jantung dan pembuluh darah ini bekerja atas mekanisme-MU. Semoga aku tergolong hamba-hambamu yang terus mendekat pada ketinggian ikhlas, amin... Aku selalu percaya ENGKAU akan senantiasa memudahkan rezekiku.Dan, terima kasih ya Allah, ENGKAU kumpulkan aku dengan orang-orang yang mencintai-MU.

No comments:

Post a Comment