1/1/09

Malam 1 Januari di Widarapayung

First Experience, melihat pantai di malam hari, pasang ...

Satu pesan saya dapati di inbox : pantaskah seorang yang mengaku musuh budaya hedonisme, malam tahun baru ada di keramaian pantai selatan? ditengah gelamor anak muda hiruk pikuk terompet dan buncahan-buncahan kembang api.

Bagi saya tak beda dengan setahun lalu menyepi dari hiruk pikuk kota ke lereng salah satu gunung di tengah pulau Jawa naik dari arah Bambangan, atau tahun sebelumnya di JIC bersama Arifin Ilham, atau tahun sebelumnya lagi bersama anak-anak Rohis SMA berkumpul di jalan tengah alun-alun Purwokerto menyaksikan lautan manusia.

Kalau saya memilih tidur, saya tak pernah tahu, bagaimana pantai menyambut pergantian tahun dengan botol-botol hijau bergambar bintang, menyalakan mesin motor di tengah malam, menggerung-gerungkannya seolah-olah beradu keras, gaduh tak terperikan, sembari dalam hati saya bertanya, "Apa maksudnya mereka melakukan itu?"

Tak tahu pula, mengira-ira berapa kalkulasi uang yang terogoh dari kantong untuk membeli dan membakar sekedar, kembang api.

Ekspresi bodoh, oleh anak-anak muda bodoh, di negeri yang kaya raya. Bagaimana tidak kaya, cukup setengah jam dari pasar karangmangu, kita bisa melihat dahsyatnya pemandangan sawah dan air terjun. Cukup 15 menit dari stasion Kroya kita bisa melihat deburan ombak dan indahnya horison cakrawala pantai indah, bersih, menakjubkan. Atau hanya 10 jam dari basecamp Bambangan, kita bisa berdiri di puncak tertinggi Jawa Tengah, menyapu pandangan hingga gunung cermei di barat, bromo-lawu di timur, pantai utara jawa dan samudera hindia di selatan, spektakuler.

Negeri sekaya ini, yang diisi oleh anak-anak muda yang tak mengerti arti berlalunya satu tahun. Dan akan segera berlalu dengan cepatnya lagi 1 tahun yang akan datang.

1 Januari depan, saya berharap bisa menyaksikannya, atau hal lain yang baru, yang berbeda lagi, bersama istri tercinta, di atas mobil pribadi, amin.

No comments:

Post a Comment