7/3/09

Mangkok dan Bubur Pisang Ijo

Ini pelajaran dari Ria yang saya janjikan mau saya posting ke pembaca kemarin. Sumber aslinya adalah dari Mario Teguh..

Soal Kewibawaan dan Karisma, keduanya adalah seperti mangkok dan bubur yang akan dituang ke mangkok itu. Disinilah kita harus menyadari adanya ranah ikhtiar manusia dan ranah tawakal manusia yang ekuivalen dengan ranah murni kekuasaan Allah SWT.

Agar berhasil dapat bubur Pisang Ijo yang lezat--selezat Es Pisang Ijo depan Patung Kuda Unsoed yang harganya 3.000an, buka dari jam 10.30 sampai 14.30--maka tugas kita adalah menyiapkan mangkoknya.

Begitulah, membangun kewibawaan adalah ibarat kita menyediakan mangkok. Sementara karisma adalah bubur yang akan dituang apabila mangkok sudah siap. Begitulah makanya orang yang memiliki kharisma, yang menjadi magnet bagi lainnya adalah orang yang memiliki kewibawaan.

Bagi saya, kewibawaan bukan selalu berarti harus bertubuh gembur dan bersuara manstab. kewibawaan lebih pada kesungguhan menguapayakan "satunya kata dengan perbuatan", lebih pada kesungguhan menambah ilmu, kesungguhan menaruh hormat pada orang lain dengan menepis ego.

Kewibawaan adalah ranah ikhtiar manusia, dan kharisma adalah hak prerogatif Allah SWT. Nah, pelajaran itu saya dapat siang kemarin, dan langsung saya diberi-Nya kesempatan praktikum sore harinya.

Sore hari itu saya harus memutuskan suatu hal yang menyangkut dana yang tidak sedikit, orang yang tidak sedikit dan keadaan yang bagi saya perlu cermat, sangat cermat. Maka saya buka kembali file pelajaran siangnya, bahwasannya ada pembagian ranah, yakni ranah manusia dan ranah Tuhan.

Dan betul, tepat pukul 19.00 harus saya putuskan dengan mudharat yang paling minimal. Maka, setelah saya maksimalkan ikhtiar saya, karena hanya itu ranah yang saya punyai, maka setelah diakhiri dengan koordinasi dan penghitungan dan analisis fakta secara cermat, saya tentukan tugas terakhir saya adalah mengirim persoalan ini ke ranah berikutnya, ranah Tuhan.

Manusia berencana, Tuhan yang menentukan. dan Alhamdulillah, satu bisikan mantap terbesit beberapa menit sebelum 19.00, walau masih dengan beberapa persen keraguan. Dan dengan meminggirkan ego saya, maka saya ikuti suara hati saya itu sebagai sinyal dari zona luar, ranah Tuhan. Dan, kuliah serta praktikum saya hari kemarin, tuntas, dengan nilai A. apa itu A? A = Ayem Alhamdulillah.

No comments:

Post a Comment