8. Sukseskan wajib belajar sepanjang hayat
Dalam berproses sering kali kita tidak bisa terhindar dari masalah. Apa sebenarnya masalah itu? Sependapat dengan kata Aa Gym, masalah timbul adalah karena ketidakcukupan ilmu kita menghadapi kenyataan yang ada. Karena itulah, kuncinya ada pada ilmu. Ilmu hanya diperoleh dengan belajar.
Oleh sebab itulah, wajib belajar sesungguhnya bukan hanya Sembilan tahun, tetapi seumur hidup. Bayangkan saja kalau selepas lulus SMP kita tidak belajar lagi, apa kata dunia? Namun, kita harus memahami makna belajar dengan benar. Belajar tidak identik dengan sekolah, setiap orang yang sekolah belum tentu belajar. Setiap orang yang tidak sekolah tidak selalu tidak belajar. Karenanyalah banyak orang lulusan SD atau putus sekolah yang mencapai keberhasilan.
Belajar yang sesungguhnya adalah ketika kita membuka otak kita seperti parasut, menangkap pesan dari ayat kauliyah maupun kauniyah dan menerapkannya dalam berbagai keadaan yang kita hadapi.
Pada saat belajar, ada proses yang terjadi dalam otak kita, yakni terjadi arus elektrik dengan kecepatan luar biasa tinggi di dalam otak kita yang menyebabkan jaringan otak berkembang, sambungan antar sel dalam otak berkembang. Otak kita memiliki mekanisme yang luar biasa canggih, yang tidak akan kewalahan menyerap hal baru setiap detiknya sampai dua ribu tahun sekalipun, karena itu kita tidak perlu khawatir. Tugas kita adalah membaca sebanyak-banyaknya, bertanya pada orang-orang berilmu, menyerap pelajaran dari kejadian yang kita hadapi dan mengambil garis evaluasi dari kesalahan yang telanjur sudah kita buat.
Perjalanan kita dalam berproses menuju kesuksesan akan bertemu banyak dinamika, tidak ada pilihan lain kecuali secara kontinyu menambah ilmu dari waktu ke waktu dengan belajar, belajar tiada henti.
Dan sekali lagi, definisi belajar adalah berubah. Jadi, untuk mengukur seberapa banyak kita sudah belajar, caranya gampang, tinggal ukur saja seberapa banyak kita sudah berubah. Berubah dari sikap malas, dari susahnya untuk ontime, dari keinginan untuk sukses instan, mudah mengeluh, memandang orang lain jauh lebih baik sehingga yang ada adalah minder, mengubahnya menjadi sikap sebaliknya.
9. Cerdas Adversity Quotient syaratnya adalah tidak egois
Yang kita lakukan bukanlah sepandai mungkin menghindari masalah, tetapi adalah menguatkan bahu kita agar semakin kokoh menghadapi masalah. Sudah tentu kan, ujian untuk kelas 1 SMA jauh lebih sulit ketimbang ujian kelas 1 SMP? Begitupun, kita harus siap kalau semakin ke depan, masalah yang akan kita hadapi akan semakin berat.
Karena itu, memang lebih positif bila kita mengubah kata “Masalah” menjadi kata “Tantangan”, sehingga ibarat main game, adrenalin kita akan terus terpacu untuk waspada dan meningkatkan skill menghadapi tantangan musuh di level-level yang lebih tinggi.
Mengeluh, adalah musuh utama menuju kesuksesan, ibarat tuan kura-kura yang menjadi lawan Super Mario. Selalu saja datang, bahkan kadang dia datang dengan berkaki atau bersepatu roda. Bagaimana cara paling ampuh menghadapi sikap mudah mengeluh?
Sederhana, caranya adalah dengan sempatkan berjalan-jalan, ketika rasa ingin mengeluh muncul, ketika untuk bertindak terasa malas, cobalah berjalan-jalan di trotoar dalam kota atau masuk ke pasar tradisional, ada banyak guru-guru kita disana. Ada kakek yang sudah tua tapi masih memanggul dagangan meja kursi sedemikian banyaknya.
Ada seorang bapak yang mungkin anaknya banyak tapi hanya jualan mainan sederhana dari bambu yang belum tentu anak-anak tertarik membelinya, tapi itu ditelateni setiap hari. Dan banyak lagi lainnya, rasakanlah energi mereka, maka kita akan malu sendiri karena belum apa-apa sudah mengeluh.
“Lebih baik bersusah-susah di waktu muda mengusahakan kemandirian, ketimbang bersusah-susah di waktu tua menanggung malu”, begitulah seharusnya semboyan yang kita pegang agar tidak mudah mengeluh. Agar siap bekerja di bawah tekanan, tahan banting dan terjaga istiqomah kita. Karena memang istiqomah kuncinya. Apa faktor penentu istiqomah itu, yakni ketekunan (tidak modah bosan) dan kegigihan (tidak mudah menyerah).
Dan benahi motivasi kita, sebenarnya untuk apa sukses yang sedang kita usahakan ini? Orbitkanlah motivasi kita pada kemanfaatan orang lain, itulah cara menguatkan adversity quotient atau kecerdasan ketahan-malangan kita.
Misalnya, bahwa ketika kita sukses, yang bahagia bukan hanya diri kita, tetapi juga keluarga, sahabat dan tetangga kita. Bahwa ketika kita bisa menjadi seorang tokoh dalam bidang tertentu, yang dipikirkan bukan seberapa popular kita, tetapi seberapa banyak orang yang akan mendapatkan ilmu dan inspirasi dari kita. Bahwa kalau kita tidak mudah menyerah, akan banyak orang disekeliling kita yang ikut tersemangati. Bahwa ketika kita kaya, akan semakin banyak nominal zakat dan infak kita. Dan seterusnya, terus perkikis sifat egois kita dan arahkan perhatian pada kemanfaatan untuk orang lain.
10. Tiga hal istimewa
Modal yang kita punyai sungguh luar biasa, pertama adalah diri yang istimewa. Perangkat yang ada dalam tubuh dan jiwa kita sangatlah fungsionable, dengan perawatan sederhana yakni asupan nutrisi yang higienis dan olahraga yang seimbang semua bisa diberdayakan dengan potensi hasil yang luar biasa besar. Sayangnya, kita terlalu sibuk memandang hebat orang lain dengan tanpa sadar telah mengkerdilkan diri sendiri. Pandangan skeptis terhadap diri sendiri ini harus kita ubah terlebih dahulu.
Lalu apa modal kedua? Yakni waktu yang istimewa. Tidak ada yang perlu disesali atas masa lalu, karena semuanya sudah terjadi. Masa lalu kita perlukan hanya sebagai bahan evaluasi dan inspirasi untuk langkah kita selanjutnya.
Begitu juga tidak ada yang perlu ditunggu dari masa depan, masa depan kita adalah hari ini. Karena tidak ada yang tahu bagaimana dengan masa depan kita, apakah kesempatan masih ada seluas saat ini? apakah tantangan baru tidak akan hadir pada waktu yang kita tunggu itu? Waktu yang kita punyai hanya saat ini.
“Never till tomorrow what you can do today”, kita dibekali akal-pikiran dengan kemampuan yang superdahsyat untuk memikirkan, apa yang bisa dikerjakan saat ini. Karena kesuksesan selalu berawal dari mengerjakan hal-hal yang bisa dijangkau, “lakukan sesuatu yang kamu anggap bisa, lalu lakukan sesuatu yang kamu anggap mungkin dan tiba-tiba kamu telah melakukan hal yang luar biasa.”
Dan yang ketiga adalah kita memiliki proses yang istimewa, karena sesungguhnya setiap kejadian yang menimpa kita mengandung hikmah dan pelajaran didalamnya. Yang paling mendasar saja, kesuksesan kecil yang kita terima, mengandung hikmah untuk kita bersyukur, dan kegagalan yang menimpa kita mengandung hikmah untuk kita bersabar. Belum hikmah-hikmah lainnya, hikmah berupa tantangan untuk meningkatkan kreativitas, untuk meningkatkan kemampuan komunikasi, untuk meningkatkan ketahanan menghadapi tekanan, kemampuan untuk menajamkan visi, dan banyak lagi.
Karena itu, jangan remehkan kejadian-kejadian yang menimpa kita, ibarat kejadian itu adalah batu, maka telusurilah batu itu, karena dibaliknya ada udang yang berharga bagi kita.
No comments:
Post a Comment