10/15/14

Menanti Kereta Api Swasta

Menelusuri rel mati, menyaksikan bangunan-bangunan stasiun kuno, tampaknya lebih menyenangkan ketimbang menelusuri dan menyaksikan cara PT KAI membangun dirinya sekarang. Konon kabarnya, PT KAI bersikukuh untuk mengalihkan PSO alias subsidi kereta murah. Dengan segudang alasan, tapi satu akar rumpunnya : kepentingan kapital.

Kita tahu, kereta ekonomi AC dan bisnis selama ini mendapat kompetitor internal, dikanibal oleh saudaranya sendiri, KA ekonomi (yang sekarang juga sudah AC). Dengan fasilitas yang tidak terlalu jauh berbeda, tetapi harga tiketnya berbeda jauh akibat kereta ekonomi mendapat subsidi PSO.

Dengan alasan Commuter Line dipakai harian, sedangkan kereta api ekonomi jarak jauh tidak harian, maka PSO dialihkan dari kereta jarak jauh ke Commuter Line. Penasehat hukum PT KAI kecolongan satu butir dalih, bahwa Commuter Line sekalipun dipakai harian, itu digunakan oleh orang-orang yang punya pekerjaan, punya gaji. Sedangkan KA ekonomi lokal jarak jauh, dipilih oleh orang yang tidak mampu, yang mungkin juga pengangguran, tidak mendapat fasilitasi lapangan kerja dari negara yang terpaksa harus bepergian luar kota karena ada saudaranya yang sakit atau kesripahan.

Silahkan sesekali naik kereta ekonomi jarak jauh, tanyai penumpang bepergian dengan tujuan apa saja. Rakyat mengamanatkan transportasi umum kepada PT KAI dan Perum Damri. Kini Perum Damri harus menanggung beban sendiri.

Selama landasan kapitalistik selalu jadi orientasi pembangunan perkeretaapian, dia hanya akan bertahan jika dan hanya jika kereta api swasta belum muncul.

No comments:

Post a Comment