6/28/14

Nederland & Sepeda

Nederland berarti tanah yang datar. Begitulah negeri kincir angin ini dinamai sesuai dengan topografi wilayahnya yang begitu datar, tanpa gunung, dataran tertingginya saja hanya beberapa puluh meter dari atas permukaan laut. Memang 60% wilayah negeri ini posisinya lebih rendah dari permukaan laut, termasuk bandara terbesarnya, Sciphol, ada 4 meter dibawah permukaan laut.

Ini di tepi laut, dibawah ada saluran air yang letaknya dibawah permukaan air laut. Kok bisa ya?

Miniatur bandara Schiphol di Taman Mini Madurodam. Pesawatnya bisa jalan loh...

Karena tanahnya datar, maka sepeda menjadi favorit digowes untuk berpergian oleh penduduk disana. Dimana-mana terlihat orang bersepeda, kakek-nenek, tua-muda, miskin-perlente, mahasiswa-eksmud berseliweran menggenjot sepeda. Sampai-sampai perbandingan jumlah sepeda dan mobil disana adalah 3 : 1.

Parkir Sepeda

Kalau di Indonesia yang tanahnya bergunung-gunung, tentulah susah memasyarakatkan sepeda. Ngos-ngosanlah kita dipaksa bersepeda dari Purwokerto ke Baturraden misalnya. Hahaha... Tapi taruhlah misal Indonesia itu datar semua, lantas apakah sepeda menjadi favorit dipakai? Ah, belum tentu, masih ada faktor berikutnya, yakni faktor : gengsi. Gengsi donk naik sepeda, dikira enggak bisa beli sepeda motor saja.

Dan masih banyak faktor-faktor penghambat lainnya. Pemandangan yang menarik di Nederland adalah dijalan-jalan, berbagai moda transportasi tumpang tindih di jalur yang sama, tetapi harmonis. Jalur mobil dipakai bersama dengan trem, disampingnya ada jalur sepeda, disampingnya ada jalur pedestrian. Persilangan dan perempatan ditata dengan apik dengan lampu merah untuk mobil tersendiri, untuk sepeda tersendiri, untuk pejalankaki juga tersendiri.

Tombol lampau hijau untuk pejalan kaki



Penjaluran transportasi yang baik, didukung dengan jumlah armada yang memadai, sehingga tak perlu menunggu lama apalagi menunggu sopir ngetem, membuat moda transportasi umum menjadi nyaman untuk digunakan. Dari mulai kota Den Haag yang sepi, sampai Amsterdam yang ramai, semua berjalan dengan baik.
Ya jalan raya, ya jalan truk, ya jalan sepeda, ya jalan orang, ya jalan trem, jadi satu tapi tertib

Selain dari moda transportasinya, yang menarik lainnya dari negari ini adalah penhargaan mereka terhadap ruang dan bangunan. Tata kota yang fungsional membuat negeri ini jadi percontohan bahkan oleh negara-negara Eropa lainnya. Bangunan-bangunan awet terpelihara, sampai yang tua-tua juga masih berdiri rapi dan terawat. Pantas saja toko cat dan bangunan tidak njeprah berdiri dimana-mana, karena negeri ini tidak hobi merobohkan dan membangun bangunan baru.

Berfoto di depan Holland Spoorwagen, bangunan tua yang dipelihara

Beda dengan negari yang bangunan-bangunan lama diberangus atas nama pembangunan, anak cucu yang lahir dimasa kini tidak bisa melihat jejak-jejak kakek dan buyut mereka, tidak tahu kebesaran masa lalu mereka, tidak tahu disini ada ini disitu ada itu, dulu ini dibangun dengan begini, dulu itu dibangun karena begitu dan seterusnya.

Kemudian satu hal lagi, size untuk billboard mungkin sangat mahal disana, sehingga sampah visual sangat minim. Nama jalan, papan nama gedung dibuat kecil saja. Iklan-iklanpun dibuat dalam ukuran kecil saja, tidak seperti billboard rokok dan seluler di Indonesia yang betul-betul jadi sampah visual ditengah keasrian kota. Karena papan-papan nama dibuat kecil, maka kita harus jeli saat mencari alamat.

Iklan-iklan berukuran kecil, tidak menyampahi pemandangan kota

No comments:

Post a Comment