11/19/14

Salam Dua Ribu

BBM Naik, aku dengar pengumumannya pas aku sedang Mocopatan. Baru beranjak dari Mocopatan jam 3.30 pagi, memang harga sudah naik. Beruntung, aku diselamatkan dari keinginan membaur dengan para pengantri, yang kalau itu terjadi pasti aku kena banyak caci, terutama dari para motivator, sekalipun niatnya cuma ingin membaur merasakan festival di SPBU yang tidak terjadi setahun sekali itu.

Aku sudah tidak punya stok kesal dan marah atas lagi-lagi tindakan pembodohan yang dilakukan oleh tindakan inlander kontemporer saat ini. Kesal dan marahku sudah aku habiskan sewaktu PT KAI mengalihkan Publis Service Obligation alias subsidi kereta ekonomi jarak jauh ke commuter line dengan alasan yang sangat musykil dan membodohi. Dialihkannya tarif KA jarak jauh ke KA commuter line itu bukan karena alasan-alasan yang mereka sebutkan kok, alasannya cuma agar KA bisnis dan KA ekonomi komersial lebih laku karena tidak mendapat nested kompetitor dengan harga subsidi yang sangat timpang. Pun demikian dengan kenaikan BBM, agar stasiun pengisian bahan bakar komersial milik asing lebih laku, karena tidak mendapat kompetitor bersubsidi.

Ini bukan barang baru, kelanjutan dari yang sudah Pak Harto tanda tangani di awal berkuasa dulu. Bahwa negara harus melakukan (1) pencabutan subsidi, (2) pengurangan subsidi dan (3) swastanisasi di segala bidang.

Selain tidak punya hasrat untuk protes dan marah, aku juga tidak punya ruang untuk protes dan marah. Katanya, yang berhak protes hanya yang kemarin mencoblos. Yah, itulah kekonyolan dan kedunguan konsep kebangsaan kita. Yang dianggap memiliki bangsa ini hanya yang menyetujui pemilu dan ikut mencobloskan diri. Owalah, klenik kontemporer apalagi ini. Betul-betul akut kejumudan konsep berbangsa dan bernegara rakyat kita ternyata.

Salam dua ribu. Selamat protes, selamat marah, selamat berbangga diri merasa tidak perlu protes dan merasa bisa menahan diri dari marah.

Ini pesan bagus bisa untuk diresapi :

"Anda boleh untuk tidak marah, tidak protes atau tidak mengamuk. Asal minimal Anda tahu bahwa Anda sedang dibodohi."

No comments:

Post a Comment