10/18/09

Lagi Rajin Kuliah. Kenapa?

Sudah berapa orang santer membicarakan, sekarang lagi mulai rajin kuliah nih?
Rizky menjawab pertanyaan "kenapa" yang terbesit dalam benak mereka?

Hm, apa karena sekarang saya sudah insaf? huehe, insaf dari apa ya...
Apa karena sekarang saya sudah free? Hm, memang ada free-nya seorang entrepreneur?
Apa sekarang saya sudah pandai? Pandai manajemen waktu maksudnya?

Tidak ada yang berubah, tidak ada keinsafan atas apapun, entah tidak tahu alasan orang lain, yang jelas rajinnya saya kuliah sekarang tidak karena telah menyesali ketidakrajinan masa lalu. Ini benar adanya.

Loh iya, seandainya saya tidak setidakrajin dulu, apa iya saya mendapatkan hal sebanyak hal yang telah saya peroleh hingga saat ini?

Masih ingat tulisan saya jaman dulu, bagaimana seorang anak kelas 1 SMP hingga anak itu tumbuh besar memasuki semester akhir kuliah, anak itu masih merasakan kepanikan yang sama ketika menghadapi test semester 1 pas awal SMP dan test semester akhir di kuliahnya?

Atau kisah seorang yang sudah mengoptimalkan segala sesuatunya dan menggerutu dengan hebatnya ketika dia hanya mendapat nilai B atas mata kuliah yang dia ambil?

Atau berapa banyak orang-orang intelek dengan IPK diatas 2,00 ketika ditanya, terus dari sini mau kemana? mereka menjawab "hufh, belum tahu lah..."

Yah, bagaimana sikap saya yang begitu moderat kali ini dengan perkuliahan bukanlah sesuatu yang saya paksakan, bukan sesuatu yang mati-matian saya datangkan motivasi agar saya kerasan di kampus. Ini mungkin yang disebut kesadaran. Saya belum bisa menjelaskannya dalam bahasa verbal, intinya, kalau dulu saya kuliah karena "seharusnya" saya memang kuliah, seperti halnya teman-teman yang lain, sedangkan sekarang adalah karena kesadaran.

REFORMASI IBADAH

Hal ini pula yang ingin saya terapkan dalam ibadah. Kalau kemarin saya ditanya, kenapa saya beribadah, maka jawabnnya, "karena memang saya seharusnya beribadah...". Hm, walau belum menemukan utuh, tapi, saya sekarang paham, betapa indahnya ibadah kalau dasarnya bukan karena "seharusnya", tetapi karena "kesadaran."

Tanpa kesadaran, hanya berbalut kata "seharusnya", artinya religiusitas kita kosong tanpa spiritualitas. Karena kesadaran letaknya di dimensi spiritualitas kita.

Regards


Rizky

No comments:

Post a Comment