7/26/12

#5 Ramadhan : Akibat Text-Minded

Masih ingat dengan lagu yang sering dinyanyikan jaman kita kanak-kanak berikut ini?

Sluku-sluku bathok
Bathoke ela-elo
Si Romo menyang Solo
Leh-Olehe payung motho

Pak jenthir lolo lobah
Wong mati ora obah
Yen obah medeni bocah
Yen urip nggolet duit


Ini adalah lagu nasehat jawa yang syarat makna, satu saja dulu maknanya, sluku-sluku bathok, itu ada yang memaknai bahwa bathok (kepala, pikiran) kita itu harus ada istirahatnya, agar tidak aus. Cara istirahatnya bagaimana? Dengan ela-elo, yakni dzikir Laaillahailallah. dan seterusnya.

Nah, sayangnya kita kadung sedari kecil, bahkan malah mungkin sedari belum lahir, sudah diajarkan untuk menjadi manusia tekstual, walhasil kita salah memaknai nasehat di bait terakhir dari lagu yang didayu-dayukan kepada kita sedari masih dalam gendongan sampai kita masuk SD kelas 1 itu.

Bait terakhir itu bunyinya : "Yen urip nggolet duit", akhirnya misi utama hidup ya cari uang beneran. Ada yang pergi jauh pisahan dengan keluarga seumur hidup, karena urusan penghidupan mereka. Ada yang hidupnya terpaksa absen setiap hari dengan mengeluh "aku malas, malas, malas, dan seterusnya". Ada yang merasa kehidupannya baru dimulai nanti, menunggu pensiun dulu.

Padahal text "yen urip nggolet duit" maknanya adalah "saat hidup saatnya makaryo (berkarya)".

Begitulah, ketika kita tidak bisa menyelamdalami sebuah kata hingga ke kedalaman maknanya, hanya sebatas text-nya saja, lagu nasehat yang begitu bijaksana bisa berubah menjadi pesan ajakan untuk menjadi materialis sejati.

Berapa persen orang mendaftar polisi karena ingin makaryo dibanding yang ingin gaji besar? Berapa persen orang menjadi anggota dewan karena ingin makaryo dibanding yang ingin penghasilan besar?

Berapa persen orang yang resah masih menganggur dan ingin segera makaryo dibanding yang resah menganggur dan ingin segera dapat uang?

No comments:

Post a Comment