10/24/11

Level-Level Kebijaksanaan

Kebijaksanaan Level 0
Merasa sudah baik, merasa tidak ada masalah dengan diri dan lingkungannya. Berpenampilan bijaksana tidak berarti orang itu bijaksana. Contohnya ada dua orang berdiskusi, orang pertama mengolok-olok satu aliran tertentu dan membela-bela aliran lainnya, sedangkan orang kedua dengan bijaksana bilang "daripada mengolok-olok, mending diam". Tampaknya bijaksana, kan? Sayangnya, ketika orang pertama sedang mencari kebijaksaan, orang kedua memilih diam, tidak bergerak level kebijaksanaanya. Orang pertama belajar, menganalisis, membandingkan, dan orang kedua tidak memikirkan apa-apa.

Kebijaksanaan Level 1

Gusar. Gabung genk motor, nimbrung anak-anak pang, mencicipi rokok, sedikit2 minuman keras, ganja juga bisa. Dia gusar dengan kondisi sekelilingnya, dia resah dengan dirinya sendiri, tapi level kebijaksanaannya baru merangkak ke level yang masih terlalu rendah, wajar, malaikat juga maklum, dia masih mencari. Mendinglah ada usaha mencari, ada action, ketimbang yang level nol, adem ayem sok bijaksana padahal aslinya tidak sadar, tidak mencoba berpikir, apalagi action.

Kebijaksanaan Level 2.

Mengolok-olok. Ya seperti aku ini, kampus dijelek-jelekan, dosen dicaci maki, aliran yang berbeda dikritisi habis-habisan. Sudah menemukan sedikit titik terang. Sayangnya cuma baru sebatas pemikirian, belum bisa utuh berwujud satu konsep tindakan. Mendinglah, daripada ngerokok & mabok. Di level ini kesadaran akan permasalahan sekeliling dan diri sendiri sudah hidup, walau masih lamat-lamat lilin, belum seperti petromax.

Kebijaksanaan Level 3.

Tidak nyaman, tapi diam. Biar kampus membodohi dengan menyandera ijin ujian untuk memalak bayaran SPP agar segera lunas. Biar aliran-aliran tertentu mengabaikan hakikat-hakikat keindahan hidup heterogen. Biar banyak orang menggunakan parameter-parameternya sendiri yang tidak dimengerti. Sekalipun tidak nyaman, tapi tetap diam. Karena belum menemukan rumus bertindak yang bisa memperbaiki keadaan. Dan karena tidak tertarik lagi mengolok-olok, sudah capek menjelek-jelekan orang lain. Contohnya Pa Busyro Muqodas, sudah tahu bobroknya kondisi negeri ini, dia tetap gabung dipemerintahan, diam di kursinya, menjalankan perannya tapi tetap memegang karakternya. Dia sadar kondisi sekelilingnya tidak beres, tapi juga dia merasa tidak berdaya, ya sudah, diam saja.

Kebijaksanaan Level 4.

Mengubah dengan halus. Sampai-sampai yang diubah tidak merasa. Contohnya ya forum maiyah, tampaknya isinya banyak guyonan, diskusi-diskusinya sangat tidak formal. Tapi kalau cermat mempelajari dan menggarisbawahi materi-materinya, yang disampaikan adalah materi-materi sangat ilmiah dan mendasar yang perlahan menggeser pola berpikir orang-orang yang terlibat didalamnya tanpa dia sadari. Istilahnya Cak Nun "jamaah maiyah perlahan menjadi sakti, tapi tidak sadar akan kesaktiannya. Sadar-sadar pas perang, tahu-tahu menang"

Dunia tetap dunia, jangan paksakan dunia ini menjadi surga. Biarlah setiap orang bergumul dengan upgrading level kebijaksanaannya masing-masing.

No comments:

Post a Comment