10/1/11

Tidak Butuh Hiburan

Sebetulnya, orang indonesia, apalagi dipedesaan, mereka sudah cukup bahagia. Hiburan tidak diperlukan bagi mereka. Tapi para pengamat, yang dibayar karena mengamati, yang hasil pengamatannya ya begitu itu, mereka punya asumsi masyarakat butuh hiburan.

Terlebih lagi, hiburan adl komoditas empuk jamaah kapitalis, karena gampang dijual, dan laku dijual mahal. Walhasil, mau wayangan saja, harus opening dengan ndangdutan dengan segala tandang polahnya dulu. Merasa nggak pede, kalau yg seksi2 nggak dikeluarin dulu, masyarakat pada ogah menyimak.

Ya begitulah, akhirnya segolongan seniman tampil bukan mempersembahkan karakternya. Tapi menyajikan yang dia kira masyarakat suka, yakni hiburan murahan.

Enaknya gabung di grup orkestra gamelan JAMUS KALIMASADA menurutku yaitu, tegas dgn karakternya. Bukan sekedar menyajikan yang penonton mau, tapi membawa pesan2 sesuai karakter kita, gending dan wayang dakwah.

Enggak apa apalah, alirannya Muhammadiyah. Yang penting aku tetap netral, tidak ikut semangat komunal. Tentu dengan segala resikonya, salah satunya, karena payungnya Muhammadiyah, ya enggak bisa minta sponsor rokok. Kan rokok haram, hehe...

Begitulah, dari kapitalisasi hiburan... Menjejali masyarakat dengan hiburan, yg sebetulnya mereka tidak butuh, akhirnya menjadi merasa butuh, karena ya namanya juga dijejali, hingga pentas tanpa sponsor rokok
Sent from lapangan karangwangkal

No comments:

Post a Comment