10/13/11

Ma'ruf dan Ihsan

Ini bukan tentang nama dua orang ya. Kali ini aku mau berbagi insight kemarin saat main ke rumah mas Wiwid di Dukuh Waluh. Dia berbagi tentang cara dia menjaga komitmen dalam bisnis.

Misalnya ketika dia sedang memesan gula ke petani "tolong besok gula selesai ya, begitu selesai telepon saya, saya akan datang dan bayar langsung". Lalu di hari besoknya betul, ketika gula selesai, sekian detik petani langsung telepon, dan sesuai komitmennya, mau kondisi hujan atau panas, mas Wiwid langsung datang dan membayar.

"Sebenarnya saya datang besok juga bisa mas, saya kan selalu sediakan waktu longgar untuk pengiriman barang, biasanya semingguan, tapi karena ini komitmen, ya hari itu selesai dan saya bilang langsung saya datang, ya saya datang hari itu."

Petani bilang ketika mas Wiwid datang, "Loh, besok juga kan bisa mas, hujan-hujan begini". Dan kalimat itulah akhirnya menjadi pembangun kepercayaan yang luar biasa. bahwa mas Wiwid orang yang berkomitmen, wong besok saja bisa, kok tetap maksain sekarang. Omongannya bisa dipegang berarti.

Hal ini nampak sepele, tapi dampak jangka panjangnya luar biasa. Terlebih untuk soal bisnis. Bagaimana kok luar biasa? Begini...

Kebaikan itu macam-macam, diantaranya ada Ma'ruf, ada Ihsan. Kalau kamu berbuat baik karena aturan hukum, itu namanya Ma'ruf. Sedangkan kalau kamu berbuat baik karena hati nurani, bukan karena ancaman hukum apa-apa, itu namanya Ihsan.

Kalau kamu tidak pernah bolos kuliah karena kalau bolos nilaimu dikurangi, maka kebaikanmu itu Ma'ruf. Tapi kalau yang Mas Wiwid lakukan, secara aturan seminggu lagi diambil juga tidak menghambat pengiriman, tapi karena hatinya sudah bertutur lewat mulut mau datang hari itu juga, maka itu kebaikan ihsan.

Ma'ruf melahirkan kerapihan, ya seperti di kampus itu, ruang kelas penuh demi aturan absen, di dalam blackberryan, tidur, baca komik, ngobrol sendiri. Dan Ihsan melahirkan peningkatan level fikriyah, karena hati nurani kita dipakai, tidak diabaikan, tidak karatan, tidak lumutan, tidak dol.

Makanya jangan bangga kepada pemilik kampus yang mahasiswanya baik-baik karena dipaksa peraturan. Banggalah pada suatu forum dimana tidak ada kewajiban apa-apa, tapi kok yang ikut pada baik-baik.

Dan setelah kemarin dapat pelajaran dari Mas Wiwid, hari ini langsung kena praktikumnya aku. Aku dan Hilmy punya komitmen tiap tanggal 13 datang ke Pak Ahmad Tohari, minta disembur, diwuwur disana, hehe...

Tapi hari ini lumayan padat. Dan akhirnya kita diskusi via SMS. sampai posting ini dirilis belum ada kepastian mau jadi datang ke Jatilawang sana atau enggak. Tapi prinsipnya, tidak ada kewajiban apapun yang mengikat kita untuk datang kesana, tapi justru karena tidak ada kewajiban itu, maka berarti nurani kita hidup karena komitmen kita untuk datang ditepati karena hati nurani bukan atas dasar peraturan. Ihsan, bukan sekedar Ma'ruf.

Kita lihat saja nanti akhirnya datang apa tidak kesana. Hehe...

Asal orang bisa membaca peraturan, dan masih punya rasa takut dengan absensi, dia bisa Ma'ruf. Tapi hanya orang yang hidup hati nuraninya (di dalamnya ada akal sehat juga), yang bisa berbuat ihsan.





No comments:

Post a Comment